Stay

445 28 5
                                    

Hwanharu

Junghwan
Haruto

Cw// incest, twins

Request dari kak harukece
Semoga suka^^

Deburan ombak menemani hatinya yang terasa sepi. Haruto duduk tepat diatas bebatuan, menikmati sinar mentari yang kini menyelimuti tubuhnya. Terasa hangat, namun juga dingin disatu waktu.

Angin kencang di pantai pagi itu seakan tak ingin membiarkan Haruto tenang barang sejenak, hembusannya menyentuh permukaan kulit Haruto yang memang tidak tahan dingin. Membuat si kelahiran 04 itu memeluk dirinya sendiri, sebab masih ingin menikmati indahnya mentari pagi.

Biasanya Haruto tak sendiri, ia kerap kali ditemani seorang lelaki jika datang ke pantai ini. Namun, sejak saat itu semua berbeda. Tak ada lagi sosok tinggi nan gagah yang menemaninya. Ia kini hanya seorang diri, ditemani kicauan burung dipagi hari.

Rumah eyang Haruto memang dekat pesisir pantai, hanya dengan menggunakan sepedanya saja ia sudah bisa bertandang ke sana.

"Kakak, nanti masuk angin sayang. Sini dulu sebentar, bunda pakaikan minyak angin."

Begitu memang panggilan dari keluarganya. Haruto adalah anak sulung, ia memiliki seorang adik yang juga seumuran dengannya. Junghwan namanya, kembaran haruto lebih lambat 15 menit yang mana mengharuskan Junghwan memanggilnya dengan embel-embel kakak.

Sedang apa anak itu sekarang?

Haruto rindu kehadiran Junghwan di sisinya. Adiknya pergi sudah lumayan lama, dan bodohnya Haruto tidak mencegahnya kala itu. Hanya karena sebuah perasaan yang tidak seharusnya ada.

"Kak, g-gue suka sama Lo."

Pengakuan junghwan kala itu membuat Haruto menjauhi adiknya sendiri. Mulanya ia tidak menganggap serius ucapan Junghwan, namun segala perilaku yang ditunjukkan adiknya malah membuatnya risih. Dan akhirnya Haruto pergi menjauh, keluar dari rumah dengan dalih ingin mandiri serta supaya jarak tempuhnya lebih dekat dengan sekolah.

Katakanlah Haruto pengecut, karena setelah ia menjauhi Junghwan, adiknya justru semakin menjadi. Dan Haruto malah semakin menutup diri, padahal perasaan yang tak seharusnya itu muncul begitu saja, bukanlah kehenadak Junghwan juga.

Haruto tidak ingin berakhir seperti itu, mereka bersaudara, kembar pula. Perasaan itu tidak seharusnya ada dan Haruto benci kala dirinya menjadi begitu jahat pada Junghwan.

"Kak, biar gue yang pergi. Lo tetap disini, ya? Temani bunda, gue bisa jaga diri. Soal pengakuan gue waktu itu, Lo lupain aja. Gue juga bakal berusaha buat hapus semuanya. Maafin gue karena udah buat ini jadi sulit. Gue pamit."

Haruto tidak ingin Junghwan pergi, hanya saja lidahnya begitu kelu untuk sekedar menyuarakan inginnya. Haruto ingin Junghwan tetap disini, menemaninya seperti saat-saat dahulu. Haruto rindu Junghwan.

"Ju, perlu kamu tau, aku kehilangan kamu begitu dalam."

Sakit rasanya. Entah Junghwan merasakan hal yang sama atau malah justru jauh lebih pedih perasaanya.

"Kembali Ju, aku kangen kamu.."

Hanya riak air yang menjadi temannya berkeluh-kesah saat ini.

"Kakak, kangen adek hmm? Mau telpon?"

Haruto mengigit bibir, ia lupa kalau bundanya masih berada disana.

"Nda, Junghwan ga pernah telpon Haru. Dia.. dia mungkin ga kangen ya, sama Haru?"

"Ko ngomongnya gitu? Setiap adek telpon, dia nanyain kakak terus loh. Kamunya aja ga pernah mau kalau disuruh ngobrol sama adek. Kenapa hmm?"

Membisu. Ia tak tahu harus menjawab seperti apa, tidak mungkin ia jujur pada bundanya soal semua ini kan?

Pada dasarnya Haruto jugalah hanya manusia biasa, yang perasaanya pun tak bisa diatur sedemikian rupa. Sesak, rindu dan penyesalan semakin dalam ia rasa. Haruto hanya ingin Junghwan dan bukan yang lainnya.

"Haru mau Junghwan, nda. Boleh ga?"

"Adek masih belum liburan, kak. Kalau mau, kakak aja yang susul adek ya? Nanti bunda kabari adek biar kakak dijemput di stasiun, mau?"

Gelengan diberikan, ia tak mau merepotkan dan bukankah lebih baik memang tidak perlu diberitahukan? Haruto akan buat kejutan untuk Junghwan.

"Haru mau kasih Junghwan kejutan, bunda jangan kasih tahu ya!"

Senyuman hangat didapatnya, bunda adalah wanita paling pengertian yang Haruto miliki.

.

Hari keberangkatan tiba, hatinya berdebar gembira. Haruto tidak menyangka akan seperti ini rasanya, apakah dulu Junghwan juga berdebar kala akan bertemu dengannya?

Tunggu dulu.. apakah ia sudah berdamai dengan keadaan? Atau justru Haruto memiliki perasaan yang sama dengan Junghwan pada akhirnya? Entahlah, yang Haruto rasakan hanyalah ia yang begitu gembira akan bertemu saudaranya lagi.

Haruto tidak sabar, ia ingin melihat raut bahagia Junghwan atas kehadirannya. Junghwan akan bahagia, kan, saat bertemu dengannya nanti?

"Aku datang, Ju. Aku datang."

Senyuman tak luntur dari wajah ayu Haruto. Pipinya bahkan bersemu, hanya karena memikirkan bagaimana respon dari adiknya. Pemandangan indah seakan menggambarkan suasana hati Haruto saat ini.

Haruto tidak sabar, beberapa saat lagi ia akan bertemu dengan Junghwan. Bunda bilang, Junghwan hari ini tidak ada jadwal. Yang mana berarti, Haruto bisa langsung menemuinya di rumah yang ditempati Junghwan.

"Aku harap kamu masih seperti dulu."

Iya, Haruto sudah membulatkan tekadnya. Ia sudah sadar dengan perasaannya dan ia juga sudah menerima semuanya. Ia sudah belajar dari kesalahannya.

Toktok!

Pintu yang diketuknya beberapa kali itu langsung terbuka. "Juju!"

Dan Haruto yang sudah tidak sabar langsung menerjang orang yang membuka pintu untuknya. Tanpa melihat terlebih dahulu siapa orangnya. Masa bodoh pikirnya itu pasti Junghwan, karena siapa lagi selain si bongsor itu kan?

"Lepas! Lo apa-apaan sih, bertamu asal nyosor aja!"

Salah Haruto memang, tidak apa-apa, marahi saja.

"Siapa, Ji?"

"Juju!"

Haruto menerobos masuk, tidak memperdulikan orang yang tadi dipeluknya tertabrak atau bahkan terdorong olehnya.

"Haru? Ko- kamu bisa sampai sini? Sama siapa?"

"Juju, Haru kangen!"

Pelukannya tak terbalaskan, membuat Haruto berpikir yang tidak-tidak. Bahkan Junghwan kini melepasnya secara paksa.

"Ngomong sekali lagi!"

"Haru kangen?"

"No! Intonasinya kayak yang awal kamu bilang."

Haruto kembali melebarkan senyumnya lalu.. "Juju! Haru kangen~"

Katanya sambil lagi-lagi menerjang Junghwan dengan pelukan. Siapa yang lebih tua disini sebenarnya?

Haruto tidak mendengar apapun dari Junghwan, namun pelukan yang dibalas sudah cukup baginya. Junghwan yang tidak menghindarinya adalah hadiah pertemuan yang diharapkannya. Tidak peduli bagaimana perasaan adiknya itu, apakah masih sama atau malah sudah berpindah ke lain hati. Pada orang yang membukakannya pintu tadi misalnya? Asalkan Junghwan tetap tinggal dan berada disisinya, bersamanya. Haruto tidak peduli.

-fin-

Hai haii~
Hwanharu lagii~

(Hwanharu incest ada 2 versi)

Happy weekend!

One shot | Haruto HaremTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang