Bab 2 ( Pertemuan pertama )

131 98 10
                                    

Kriiing...

Bel pun berbunyi dengan nyaringnya, pertanda jam pelajaran untuk hari ini telah berakhir. Guru yang mengajar di kelas kami telah berjalan keluar, disusul dengan murid - murid lain yang juga sudah keluar dari kelas menuju parkiran sekolah.

"Bel, kita setelah ini jadi ketemuan sama bang Yovan, 'kan?", tanya Indri yang tiba - tiba mengingatkanku akan janji kami untuk bertemu dengan Bang Yovan.

"Iya, asal kamu juga ikut menemaniku", jawabku.

"Yuk, kita ke kafe langganan Bang Yovan! Pasti Bang Yovan sudah menunggu di sana", ujar Indri, menarik tanganku menuju gerbang sekolah untuk mencari angkutan umum.

"Ayo", jawabku gugup dan cemas. Jujur, ini adalah pertama kalinya aku pergi untuk menemui seorang laki - laki yang sama sekali belum pernah kulihat wajahnya.

Setelah menaiki angkutan umum yang lewat di depan sekolah, akhirnya kami sampai di kafe yang biasa di pakai Bang Yovan untuk menongkrong, juga sekedar memantau dan memperhatikanku dari jauh. Begitulah kata Indri. Kafe ini sebenarnya searah dengan rumahku, yang tidak jauh dari sekitar kafe. Sementara, ternyata kafe ini berlawanan arah dengan rumah Bang Yovan dan Indri.

"Ndri, kamu yakin membawaku ke sini? Nanti ketahuan orang tuaku bagaimana? Mereka pasti marah jika tau aku keluyuran pulang sekolah", ujarku, takut ada yang melihat dan memberitahukan hal ini pada orang tuaku kalau aku keluyuran saat masih memakai seragam sekolah.

"Ayolah, Bel! Laki - laki yang akan kita temui juga memakai seragam sekolah yang sama seperti kita. Tidak ada yang akan memberitahukan pada orang tuamu. Kalaupun ada, kita bisa kasih tau mereka kalau Bang Yovan itu teman sekolah kita dan kita akan berencana untuk mengerjakan tugas sekolah", ujar Indri menenangkan perasaanku yang gelisah, tidak karuan dan takut jika ada yang melapor kepada orang tuaku.


"Oke", jawabku singkat.

Kami akhirnya berjalan memasuki kafe tersebut. Di pojokan sebelah belakang kafe, tampak dua orang laki - laki memakai seragam SMP berlambang sekolah lain seakan sedang memperhatikan kedatangan kami.

"Bel, kita duduk di sini saja ya?", ujar Indri sambil memilih kursi ke arah belakang kafe agar tidak ada warga sekitar yang melihatku ada di dalam kafe tersebut.

"Bang Yovan, sini...", teriak Indri, tiba - tiba melambaikan tangannya memanggil salah seorang laki - laki tadi yang memperhatikan kedatangan kami tadi.

Laki - laki yang bernama Yovan itu pun berjalan menuju meja yang kami tempati. Ada perasaan takut dan was - was dalam diriku saat melihat laki - laki itu berjalan mendekat ke arah meja kami. Perlahan, aku memberanikan diri untuk melihat matanya yang indah dan tampak berbinar menatap ke arahku. Ada perasaan aneh ketika laki - laki itu menatapku. Hatiku merasa bergemuruh, seakan berdetak lebih cepat. Inikah yang namanya jatuh cinta? Ditatap seperti itu, aku jadi merasa malu dan hanya bisa menundukkan wajah.

"Hai!", sapa laki - laki itu ketika posisinya sudah sampai di meja yang sudah kami duduki.

"Hai juga", jawabku bersama Indri dengan serempak.


"Boleh gabung duduk di sini?" tanyanya.

"O, boleh. Silahkan", jawabku gugup.

Juorney Of Love (Terbit - Remake)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang