Seminggu sudah setelah pertemuan di kafe hari itu, kini tibalah waktu yang di nantikan. Aku mondar - mandir dengan perasaan cemas dan panik. Sesekali aku menoleh ke arah pintu ruangan kelas, berharap akan kedatangan Indri secepatnya pagi ini. Tidak lama setelah itu, dari jauh tampak Indri berlari kecil menuju ke arahku. Seketika itu, aku merasa sedikit tenang melihat kehadirannya.
"Akhirnya sampai juga", ujar Indri ketika posisinya sudah berada di sampingku. Tampak dia sedang berusaha mengatur napasnya.
"Ndri, kamu kenapa lama banget sih. Dari tadi aku sudah nungguin juga. Kenapa buru - buru sekali? Tidak usah lari - lari juga, Ndri."
"Aduh Bel ... aku capek banget habis lari kencang mencari kamu. Kamu ingat ini hari apa? Bagaimana dengan keputusanmu nantinya dengan pertanyaan bang Yovan seminggu yang lalu?", tanya Indri balik sambil masih tetap mengatur nafasnya.
"Aku tidak tahu bagaimana caranya untuk menjelaskan perasaan ini. Aku pun belum tau bagaimana perasaanku terhadap Bang Yovan saat ini", tuturku.
"Lalu, nanti kamu jawab apa kalau Bang Yovan tanya?", tanya Indri.
"Aku sudah menyiapkan jawabannya. Nanti pulang sekolah, aku akan ikut kamu menemui Bang Yovan, tapi jangan pikir jika aku menerima tawaran Bang Yovan, ya. Aku akan menjelaskannya nanti di sana", jelasku.
"Kenapa tidak sekarang saja kamu ceritakan padaku?", tanya Indri penasaran.
"Aku ingin kamu mendengarkan langsung ketika aku menyampaikannya ke Bang Yovan, agar jawaban ini tidak akan menjadi kesalah pahaman?".
"Jika itu sudah menjadi keputusanmu, aku harap itu akan jadi yang terbaik nantinya. Bang Yovan tampan dan baik. Apa kamu tidak suka sama dia, Bel?", tanya Indri kemudian.
"Kenapa sahabatku ini jadi baperan? Biasanya dia sangat jarang bawa - bawa perasaan ketika kami tidak satu pemikiran", batinku heran.
"Bukan begitu, Ndri. Aku dan Bang Yovan baru sekali ketemu, Ndri. Tidak mungkin secepat ini kuterima cintanya. Aku tidak bisa percaya begitu saja padanya. Bagaimanapun juga, sebagai seorang cewek, aku harus hati - hati, 'kan?"
"Tetapi, Bang Yovan kelihatannya cowok baik. Tampaknya dia sungguh - sungguh menyukai kamu. Buktinya, selama ini dia terus berusaha untuk bisa mendekatimu"
"Entahlah. Masuk yuk, sebentar lagi bel bunyi, tuh."
Bel tanda pelajaran di mulaipun berbunyi. Akhirnya, kami masuk dan mengikuti proses belajar hingga waktu pelajaran untuk hari ini selesai.
* * *
Sepulang sekolah, seperti biasanya aku selalu bersama Indri, apalagi hari ini aku janji akan bertemu Bang Yovan lagi di kafe langganannya untuk memberikan jawaban pertanyaannya seminggu yang lalu. Memperhatikan sekeliling, tidak sengaja pandangan mataku beradu tatap dengan Bang Yovan. Seketika kami pun saling menundukkan pandangan kami saat bertemu siang ini.
"Bang Yovan", sapaku ketika melihat Bang Yovan sudah menungguku di tempat yang sudah kami janjikan untuk bertemu.
"Hm", Bang Yovan hanya berdeham menunggu kelanjutan ucapanku.
"Sepertinya... sepertinya aku belum bisa jadi pacar Abang", ujarku menunduk ketakutan ketika sudah duduk berhadapan dengan Bang Yovan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Juorney Of Love (Terbit - Remake)
Romance( Kisah Nyata) Kegagalan cinta pertama kami karena hasutan dari seorang sahabat sehingga menimbulkan kesalahpahaman di antara kami,membuat hubungan kami berakhir tanpa kata putus. Bertahun - tahun kami terpisah jarak dan waktu hingga suatu ketika ka...