Hari minggu yang di nantikanpun tiba, sesuai janji, aku akan menjemput Karina ke rumahnya untuk segera ke rumah Indri.
Hari ini kami janji akan berkunjung ke tempat wisata baru yang beberapa hari yang lalu sempat kami bahas.
Tempat itu berupa bukit yang luas yang menyuguhkan alam yang sangat luas, apalagi jika malam hari, tempat ini pasti akan sangat indah dan sejuk.
"Ka, sudah siap belum sih?, lama amat", ucapku saat sudah di depan kamar Karina.
"Tunggu sebentar, ini lagi dandan bentar", jawab Karina.
"Buruan", aku menatap tajam ke arah Karina.
"Sabar!".
"Hello, yang bakal ketemu pacar itu siapa sih?", tanyaku kesal.
"Iya kali yang sudah punya pacar, siapa tau aku juga bakal dapat pacar, lagian buru - buru amat sih yang mau ketemj pacar", jawab Karina pede.
"Terserah lu deh Ka, kalau lima menit lagi belum siap, aku tinggal", ancamku.
"Iya.. iya, ini sudah siap, ayo berangkat", ajak Karina menarik tanganku untuk segera mencari angkutan umum.
Setelah menunggu sebentar, kamipun berhasil menaiki angkutan umum yang akan membawa kami ke rumah Indri.
Seperti biasanya, ojek yang akan membawaku agar sampai ke rumah Indri, pasti akan lebih dulu melintasi rumah bang Yovan, karena sudah menjadi kesepakatan dan cara kami untuk bertemu, akhirnya bang Yovan yang sudah berjanji dengan bang Azam segera menyusulku dan Karina ke rumah Indri.
Sesampainya di rumah Indri, kamipun di persilahkan duduk. Aku merasa pertemuanku dan bang Yovan kali ini ada yang beda, bang Yovan terlihat begitu cuek dan lebih banyak menatap ke arah Karina.
Tidak lama kemudian, aku melihat Indri sudah berdandan rapi.
"Kita jadi ke tempat wisata itu?", tanya Indri.
"Ayo!", ucap Karina dan Bang Azam serentak.
"Bela, kamu bareng bang Yovan saja ya sama motor, biar kami jalan saja, kan di sini cuma bang Yovan yang bawa motor", usul Indri.
Aku hanya bisa terdiam, karena aku mulai merasakan ada ke anehan tang tidak aku mengerti.
"Baiklah", jawabku singkat.
"Ayo!", ajak bang Yovan padaku.
Aku hanya bisa mengikuti naik ke motor bang Yovan dengan perasaan terpaksa. Sepanjang perjalanan, bang Yovan tidak banyak mengajakku bicara, seketika itu perasaanku semakin memanas dan tidak karuan. Bang Yovan membawaku pergi meninggalkan rumah Indri, memacu motornya menuju tempat yang akan kami tuju.
Setelah menempuh perjalan hampir lima belas menit, sampailah kami di perbukitan yang di maksud, karena kami datangnya dengan motor, sudah tentu kami akan sampai duluan.
Melihat bang Yovan yang masih belum menyapaku, membuatku semakin kesal, namun lama kelamaan bang Yovanpun sepertinya muli menyadari gelagat anehku.
"Bel, kok diam saja?", tanya bang Yovan.
"Harusnya aku yang tanya itu sama abang, kenapa dari awal aku datang abang diam saja, bahkan waktu aku ikut lomba ke kota abang, abang sama sekali tidak peduli padaku", ucapki menjawab pertanyaan bang Yovan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Juorney Of Love (Terbit - Remake)
Romance( Kisah Nyata) Kegagalan cinta pertama kami karena hasutan dari seorang sahabat sehingga menimbulkan kesalahpahaman di antara kami,membuat hubungan kami berakhir tanpa kata putus. Bertahun - tahun kami terpisah jarak dan waktu hingga suatu ketika ka...