40. Langsa

217 9 0
                                    

~happy reading~
°°°
~warning typo!!!~
°°°

Pagi pun tiba kini Senja menatap koleksi mainan miliknya dengan sesekali mengusap-usap perutnya yang semakin hari semakin membesar, saat dirinya tengah mengusap-usap tiba-tiba Senja merasakan tendangan kecil diperut nya membuat Senja terkejut dan senang tentunya sudah beberapa kali sang bayi menendang perut Senja dengan senangnya.

"Ya ampun sayang, kenapa hmm pagi-pagi udah seneng aja" Monolog Senja dengan terus mengusap-usap perutnya.

Bayi yang dikandungan nya kini terus menendang perut Senja membuat Senja sedikit merintih karena ulah sang bayi yang terlalu keras menendangnya.

"Akh, kamu kenapa sayang kenapa nendang Bubu terus" Kata Senja lembut dengan terus mengusap-usap perutnya lembut.

"Sayang, kamu kenapa?" Tanya Langit yang baru saja datang dari arah tangga.

"Adek nendang terus, tapi nendang nya keras banget"

"Adek, kenapa ko nendang Bubu kasian lho Bubu nya nanti sakit, ngga boleh nakal ya" Kata Langit dengan mengusap-usap perut Senja bahkan beberapa kali di kecup nya.

"Gimana masih sakit?"

"Engga ko udah lumayan, adek mungkin pengen di elus-elus sama Baba nya" Jawab Senja dengan tersenyum.

"Bener ya dek, aduhh anak Baba gemesin banget makin ngga sabar liat kamu keluar sayang"

Langit terus mengusap dan mengajak ngobrol sang bayi sedangkan Senja hanya tersenyum melihat sang suami yang begitu antusiasnya dengan anak yang di kandungannya, bahkan tak jarang Langit menenangkan sang bayi yang terus-menerus menendang perut Senja dan hal itu memang cukup berhasil dan sang bayi pun akan diam.

"Nanti siang kita ke rumah Mama ya"

"Ngga ke rumah Bunda, udah lama kan kita ngga ke rumah Bunda"

"Tadinya mau gitu tapi kata Bunda di rumah Mama aja soalnya nanti pada di sana semua"

"Ada acara apa, tumben banget pada kumpul semua?" Tanya Senja heran.

"Kurang tau sih aku, coba aja nanti kita tanya sekarang kamu mandi gih"

"Syapp kapten" Kata Senja dengan hormat setelahnya dia pun pergi menuju kamarnya guna membersihkan tubuhnya.

Sedangkan Langit dia hanya duduk diam dengan menatap sebuah foto pernikahan dirinya dan Senja, dan mengalihkan pandangan nya ke arah lukisan sebuah motor hitam dengan sebuah nama yang unik dan satu tanda tangan yang diyakini milik seseorang yang memberikan lukisan itu.

"Onel, motor itu ternyata namanya onel" Monolog Langit dengan sedikit tersenyum.

Beberapa menit pun berlalu kini Senja keluar dari kamar mandi dengan baju terusan berwarna putih dan mengikat rambutnya dengan simpel setelahnya dia pun memutuskan untuk mengoles sedikit krim di wajahnya.

"Oh iya liontin nya"

Senja pun mengambil liontin biru milik sang nenek Langit dan memakai nya di lehernya, setelahnya dia pun beranjak dari duduknya dan menghampiri Langit yang sibuk dengan ponselnya.

LANGSA (on going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang