09

116 21 6
                                    

Annyeong, everyone!! Balik lagi dengan author cherry!

Oh, kali ini. Cherry gak sendirian loh. Cherry ada project duet sama author Pizza! Ini salah satu cerita yang kita buat.

Mari kita persembahkan, author kita! realpacarsatya

Ini project sesama Carat. Carat merupakan salah satu fandom Kpop yang sangat terkenal.

Semoga kalian suka, dan jangan lupa tinggalin jejak dan kasih komen ya!!

Cerita ini, update setiap hari rabu. Mengikuti jadwal 'Gose/Going Seventeen.'

🍒🍕🍒🍕🍒🍕

"Melanjutkan hidup seperti ini, memang terkadang terasa seperti berdiri di ujung pisau. Karena masa depan tak kunjung datang, dan masa lalu telah berlalu. Kita sedang berdiri di atas pisau bernama 'saat ini.'"

🍒🍕🍒🍕🍒🍕

Dipta memasuki rumah sederhana, yang mampu membuatnya rindu akan kenangan di setiap sudutnya. Lelaki itu meraih bingkai yang lumayan kecil, ia mengelus foto kedua orang tuanya dengan tatapan lembut. Senyumnya mengembang sangat hangat, "Dipta kangen deh, kenapa setelah kalian pergi, Kazura juga ikut pergi? Jadi makin sepi, hahaha," dia tertawa canggung.

Sebelum air matanya mengalir deras, Dipta memutuskan kembali keluar dari rumah itu. Ia mengambil sepedanya, lalu menggoes sepeda itu ke 'rumah' abadi, seseorang yang sangat ia cintai dulu.

Cukup jauh, tapi itu tidak menjadi masalah besar untuk Dipta. Setelah sampai di tempat yang ia ingin kunjungi, ia terlebih dahulu mencari tempat untuk memarkirkan sepedahnya di depan palang besi yang bertuliskan 'TPU Raya.'

Tangannya memegang erat sekantung plastik putih yang berisikan berbagai macam bunga, "Assalamualaikum." Ya, sudah menjadi kebiasaan Dipta mengucapkan salam sebelum memasuki tempat itu.

Kazura Salma Magrovannya.

Nama yang sangat panjang, dan sangat indah. Nama itu terukir jelas di atas batu nisan yang kini tengah ditatap Dipta. Ia tak ingin menangis, sungguh. Meskipun sudah terhitung lama sekali, gadis yang ia cintai meninggalkannya, tapi perasaan itu masih tetap ada. Ia bisa merasakan bahwa, Kazuranya masih ada di sisinya.

"Assalamualaikum, Zura. Maaf baru bisa jenguk kamu, jangan khawatir, aku udah jenguk Ibu sama Bapak kok, kemarin lusa. Sekarang giliran aku jenguk kamu," setelah itu Dipta mencari posisi enak untuk duduk, sebelum ia curahkan semua hari-harinya, pada makam yang ada di hadapannya itu.

Sebelum itu, ia merapalkan do'a terlebih dulu, kepada perempuan yang pernah ia cintai, kepada perempuan yang pernah membuat sejarah bahagia di hidupnya, kepada perempuan yang tidak akan pernah ia bisa lupakan dari pikirannya.

Dipta menghembus nafas kasar, "Hey. Bukannya kamu dulu pernah bilang, kalo aku bisa gapai cita-cita aku, kamu akan datang untuk merayakan pencapaianku?"

"Sekarang cita-citaku sudah tercapai, dan kamu mungkin di atas sana bisa melihat, bahwa kini lelakimu sudah bisa kamu banggakan. Terus kamu gak mau datang 'kah?" tanyanya kepada batu nisan yang mengkilat akibat terkena sinar matahari.

Dipta tertawa hambar, "Zura, apa kamu tau? Sekarang ada perempuan, yang sikap serta sifatnya mirip banget sama kamu. Senyumnya, kehangatannya, bener-bener persis kaya kamu, Zura! All about she, itu bener-bener ingetin aku sama kamu."

The Ballerina [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang