21

41 2 0
                                    

Annyeong, everyone!! Balik lagi dengan author cherry!

Oh, kali ini. Cherry gak sendirian loh. Cherry ada project duet sama author Pizza! Ini salah satu cerita yang kita buat.

Mari kita persembahkan, author kita! realpacarsatya

Ini project sesama Carat. Carat merupakan salah satu fandom Kpop yang sangat terkenal.

Semoga kalian suka, dan jangan lupa tinggalin jejak dan kasih komen ya!!

Cerita ini, update setiap hari rabu. Mengikuti jadwal 'Gose/Going Seventeen.'

🍒🍕🍒🍕🍒🍕

Dipta keluar ruangan Aya dengan perasaan sedih, kecewa, sakit, dan marah yang menjadi satu. Pikirannya benar-benar tidak bisa dijelaskan, bahkan ia tidak peduli dengan beberapa pasang mata yang tengah menatapnya. Dan kini, mata lelaki itu bertemu dengan mata yang membuat ia kembali marah.

Sinta, yang tak lain ibu kandung dari Aya. Wanita paruh baya itu tengah menongol dengan seorang wanita tua dengan senyum yang sangat manis. Wajah yang membuat mata Dipta menyipit, karena ia tau, hal itu Sinta lakukan hanya untuk mendapat perhatian publik semata. Tanpa berpikir panjang, dia menghampiri Sinta dengan langkah pelan.

"Ternyata benar ya. Di dunia ini, banyak iblis yang menyerupai malaikat." Dipta menarik napasnya sekejap, dan hanya sedetik, Sinta menoleh ke arah laki-laki yang tengah berbicara sembari memandang dirinya.

"Selama 10 tahun, bagaimana rasanya menyembunyikan kejahatan anak anda sendiri. Dan selama 10 tahun--saya hidup dalam gelapnya keadilan!" seru Dipta, yang setiap katanya penuh penekanan.

Sinta melirik kiri, dan kanan. Lalu membawa Dipta menuju tempat yang lumayan sunyi, agar tidak ada orang yang bisa mendengar percakapan mereka. "Jadi anda sudah mengetahuinya? Tentang kejadian 10 tahun silam?" tanya Sinta.

"Ya. Saya tau dari mulut anak anda sendiri!" jawab Dipta.

Bahkan, percakapan mereka terkesal terlalu formal. Lelaki itu tak peduli.

"Oh. Bagus, jika anda sudah mengetahuinya," ucap Sinta dengan santainya.

Dipta mengusap wajahnya dengan kasar. "Saya butuh keadilan! Saya ingin, kasus ini dibuka kembali! Karena anda--saya kehilangan keluarga saya! Karena anda, saya kehilangan kebahagiaan saya, dan karena anda... saya hidup dalam kesengsaraan!" seru Dipta yang kesusahan untuk menahan agar tidak berteriak.

"Karena saya? Yang membuat orang tua kamu celaka itu Zura, yang membuat orang tua kamu meninggal juga Zura. Kenapa saya yang disalahkan?" tanya Sinta, dengan tangan yang di lipat di depan dada.

Dipta tersenyum remeh. "Dengan entangnya anda berbicara seperti itu?! Sudah sangat jelas, bahwa anda, bahkan Pak Agung pun pasti terlibat dalam hal ini!"

"Kejadian itu hanya sebuah kecelakaan yang tidak disengaja, Dipta. Jadi jangan seolah-olah anda berbicara kita ini pelaku atas kematian orang tua kamu!"

Suara tegas, dan bergema kini ikut berbaur dalam obrolan panas itu, ia adalah Agung, papa dari Aya.

"Anda jangan menutup mata, Pak! Ini salah anda, keluarga anda! Apa saya harus ungkap masalah ini ke hadapan publik? Agar kalian mendapatkan karma? Dan merasakan apa yang saya rasakan selama 10 tahun?"

"SAYA BILANG INI KECELAKAAN, BUKAN SALAH KELUARGA SAYA!" teriak Agung, yang membuat seorang suster menghampirinya.

"Maaf Pak, dimohon untuk tidak berteriak dengan keras, ya? Banyak pasien yang sedang beristirahat," ucap suster itu, Agung hanya mengangguk paham, dan menyuruh suster itu pergi.

The Ballerina [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang