05

156 45 122
                                    

Annyeong, everyone!! Balik lagi dengan author cherry!

Oh, kali ini. Cherry gak sendirian loh. Cherry ada project duet sama author Pizza! Ini salah satu cerita yang kita buat.

Mari kita persembahkan, author kita! realpacarsatya

Ini project sesama Carat. Carat merupakan salah satu fandom Kpop yang sangat terkenal.

Semoga kalian suka, dan jangan lupa tinggalin jejak dan kasih komen ya!!

Cerita ini, update setiap hari rabu. Mengikuti jadwal 'Gose/Going Seventeen.'

🍒🍕🍒🍕🍒🍕

Aya menatap wajah Tama dengan tatapan panik. Ia takut, jika Dipta akan tersinggung dengan perlakuan mereka berdua tadi. Terlebih lagi, Tama sempat membentak Dipta tadi. Maka sudah dipastikan jika lelaki itu akan tersinggung, bahkan kecewa dengan perlakuan mereka.

Brak!

Aya menggebrak meja pelan. Tama yang terkejut segera menatap balik mata Aya, "Kenapa?" tanyanya.

"Gimana caranya? Gue udah kacau banget, Ka." Aya mendesah pelan.

"Nggak ada cara lain, kita harus ketemu lagi besok. Dan please, tahan semua hal yang bikin lo hilang kendali."

Mendengar ucapan dari sang manager, membuat Aya mengangguk paham. "Lo juga!"

Tama hanya mengacungkan satu ibu jarinya, lalu merebahkan tubuhnya di sofa milik Aya.

Ah, ini sangat nyaman ... batin Tama.

Bukankah seharusnya ia senang? Dengan kejadian ini, perlahan mereka akan berjarak, mereka akan jarang bertemu, dan Aya bisa hidup normal seperti sedia kala. Tapi, kali ini Aya merasa tidak enak dengan lelaki itu. Pikirannya pun perlahan menjadi sedikit terganggu, bagaimana jika Dipta menyebarkan sikap buruknya kepada khalayak ramai? Lalu karir yang selama ini ia banggakan hancur seketika, namanya akan menjadi tercoreng sebagai ballerina terbaik, lebih parahnya ... Aya akan hidup dengan rasa penyesalan seperti dahulu.

Gadis itu memukul kepalanya berkali-kali, berupaya untuk menghilangkan pikiran negatifnya itu. Ia beranjak dari duduknya, lalu pergi ke dapur untuk membuat secangkir kopi.

Semoga dengan secangkir kopi, pikiran itu bisa ilang. Aya membatin.

Setelah sampai di dapur, Aya dengan segera memanaskan air terlebih dahulu. Lalu tubuhnya memutar, membelakangi westafel, matanya menatap ke arah frame yang lumayan besar. Di sana terdapat foto dirinya, dan kedua orang tuanya, entah apa yang ia pikirkan saat itu, hingga menaruh foto keluarganya di dalam dapur.

"Dulu aku sangat berterima kasih karena kalian sudah membersihkan namaku. Tapi sekarang ... aku sangat membenci kalian! Karena kalian sudah memaksaku lari dari suatu masalah, dan membuatku terkurung dalam lubang penyesalan yang sangat dalam." Aya menghapus air matanya, seraya menatap foto tersebut.

"Lebih baik aku menerima hukuman atas semua perbuatanku, daripada aku terus menerus merasakan penyesalan ini."

Terdengar suara yang nyaring yang keluar dari air yang ia masak, menandakan air itu sudah matang. Aya menghapus air matanya lagi, lalu menuangkan air panas ke dalam cangkir.

Aya berjalan keluar. Tapi, sosok Tama membuat dirinya terkejut bukan main. "Gila, lo ya?! Untung aja, nggak tumpah ke badan lo!"

Tama menghiraukan omelan Aya. "Nggak usah nangis terus. Ada gue, kita selesain ini sama-sama. Kalau suatu saat semua ini keungkap, dan nggak ada yang mau mihak lo. Gue bakal jadi orang pertama, dan satu-satunya orang yang ada di pihak lo."

The Ballerina [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang