22

42 1 0
                                    

Annyeong, everyone!! Balik lagi dengan Author Cherry!

Oh, kali ini. Cherry gak sendirian loh. Cherry ada project duet sama Author Pizza! Ini salah satu cerita yang kita buat.

Mari kita persembahkan, Author kita! realpacarsatya

Ini project sesama Carat. Carat merupakan salah satu fandom Kpop yang sangat terkenal.

Semoga kalian suka, dan jangan lupa tinggalin jejak dan kasih komen ya!!

Cerita ini, update setiap hari rabu. Mengikuti jadwal 'Gose/Going Seventeen.'

🍒🍕🍒🍕🍒🍕

Aya membuka kedua matanya, ia mengedarkan pandangannya ke arah sekitar dan ini menyadari bahwa ini merupakan rumah kedua orang tuanya. Gadis itu mengernyit bingung, bagaimana bisa dirinya tidak ingat?

"Nona, anda sudah sadar?"

Aya menoleh ke arah asisten rumah tangga yang kebetulan sedang berada di dekatnya. "Ah, y-ya. Gimana bisa? Mm, maksudku, kok aku bisa ada di rumah?"

"Loh, Nona? Apa anda tidak sadar?" tanyanya.

"Tidak, bisa jelaskan?" pinta Aya.

Sang asisten rumah tangga, hanya bisa menggeleng pelan. Dirasa ini bukan ranahnya. "Saya permisi dulu, Nona..."

Sepeninggal asisten rumah tangga itu, Aya mengasah otaknya, mencoba untuk berpikir, mengingat kembali apa yang sebenarnya terjadi. Tapi, semakin diingat, ia semakin merasakan rasa sakit. Rasa sakit itu sangat nyata, masih membekas dalam ingatannya.

Air matanya lolos begitu saja, kala mengingat bagaimana dirinya menjadi sorotan publik, dijauhi oleh orang yang paling berharga dalam hidupnya. Bagaimana tatapan laki-laki itu yang merasa jijik terhadapnya, itu sungguh sangat menyakitkan.

Aya beranjak dari tempat tidur dan berjalan dengan langkah tertatih untuk menuju meja rias, rasa sakit pada kakinya saja masih nyata. Ia menyentuh wajahnya yang terlihat sangat kurus, dan tidak terawat sama sekali. Lalu, air matanya menetes kembali, ia hanya bisa mengusapnya dengan kasar.

"Aya, kamu sudah sadar?"

Pertanyaan dengan nada khawatir itu, membuat Aya menegakkan bahunya. "Apa yang terjadi?"

"Dengarkan apa yang Ayah ucapkan," pintanya.

"Apalagi? Lalu, kenapa aku ada di sini?"

"Lebih baik kamu tinggal bersama kami, Dipta sudah mulai berbicara pada publik, bahwa kamu yang telah menabrak kedua orang tuanya. Da--"

"Lalu, apa yang salah? Ucapan dia benar adanya, nyatanya aku memang menabraknya!" sanggah Aya.

"Dan kamu akan mengakuinya?" tanya Agung

"Tentu, jika itu yang dia mau."

"Kamu mau ancurin karir yang selama ini kamu bangun dengan susah payah?"

"Lalu, untuk apa aku memiliki karir yang cemerlang, jika itu hasil dari membunuh orang lain?" tanya Aya.

Agung menghela napas. "Kamu tidak membunuhnya, Aya."

"Lalu, jika memang aku tidak membunuhnya, di mana kedua orang tua Dipta, Yah?"

"Mereka sudah tidak ada, kamu juga tau itu."

"Iya, karena aku yang membunuhnya!" teriak Aya.

"Tidak, Aya. Dengarkan Ayah, kamu tidak membunuhnya."

The Ballerina [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang