16

133 33 257
                                    

Annyeong, everyone!! Balik lagi dengan author cherry!

Oh, kali ini. Cherry gak sendirian loh. Cherry ada project duet sama author Pizza! Ini salah satu cerita yang kita buat.

Mari kita persembahkan, author kita! realpacarsatya

Ini project sesama Carat. Carat merupakan salah satu fandom Kpop yang sangat terkenal.

Semoga kalian suka, dan jangan lupa tinggalin jejak dan kasih komen ya!!

Cerita ini, update setiap hari rabu. Mengikuti jadwal 'Gose/Going Seventeen.'

🍒🍕🍒🍕🍒🍕

Sesampainya di kediamannya sendiri, Tama mendesah pelan. Ia kembali mengingat kejadian beberapa tahun lalu, dimana lelaki itu yang sedang berusaha mencari pekerjaan. Lalu, tanpa sengaja melihat iklan di media sosial bahwa seseorang tengah mencari seorang manager. Sebenarnya, menjadi manager tidak cukup sulit, ia hanya harus mengikuti semua jadwal sang artis, meng-handle segala apa pun yang menyangkut tentang artisnya, melindungi dan juga harus siap menjadi tameng, jika misalkan sesuatu terjadi pada artis tersebut.

Lalu, berawal dari keisengan belaka, yang asal melamar. Tanpa bisa diduga, Tama berhasil lolos seleksi tahap akhir, hingga akhirnya dia bisa menjadi manager seorang Athaya sampai detik ini. Itu perjuangan yang cukup memuaskan, bisa mengalahkan ratusan orang. Bukan karena koneksi yang ia dapatkan, tapi berkat kemampuannya sendiri yang mempuni. Jujur saja, ia terkejut mengenai fakta yang sebenarnya. Fakta bahwa Kazura yang telah lama ia kenal, dan sudah dianggap 'mati' kini berganti nama menjadi Athaya. Ia sama sekali tidak menyangka bahwa teman kuliahnya akan menjadi balerina terkenal. Yang ia tau, Aya dulu sempat berhenti kuliah, dan juga hilang kontak. Setelah hilangnya gadis itu, muncul pula berita yang menggemparkan, bahwa dia kecelakaan, yang mengharuskannya untuk berobat di luar negeri. Kini ia paham, alasan sebenarnya seperti apa.

Ia kembali mendesah pasrah, ketika melihat foto dirinya bersama Aya. Mereka cukup bahagia, dengan senyum merekah. Pikirannya kembali mengingat dengan jelas, itu adalah pemotretan pertama mereka. Ah, lebih tepatnya Tama. Karena sebelumnya tidak ada satu orang fotografer yang meminta Aya untuk berfoto bersama manager. Senyumnya kembali mengembang, ketika mengingat bahwa saat itu Aya tengah merajuk, gadis itu tak ingin berfoto menggunakan pakaian balet.

Tama kembali mendesah, ketika mengingat ucapan Sinta. Ia tak membantah ucapannya, ucapan itu memang benar adanya, jika dirinya tidak menjadi manager dari Aya. Ia tidak mungkin bisa menikmati hasilnya seperti sekarang. Tapi, tak membenarkan semuanya. Biar bagaimana pun, Dia bisa sejauh ini, karena kemampuannya sendiri.

Tanpa sadar, bulir air matanya turun begitu saja. Ia menangis dalam gelapnya malam, ia lelah, jika harus diinjak seperti ini. Gelapnya gulita, tak membuat dia menghentikan isakan tangisnya, hal itu membuat tangisnya semakin menjadi.

Mengapa ini sangat sakit? Mengapa hatinya masih saja sakit, ketika mengingat perkataan Sinta? Ini sangat menyesakkan untuknya, seperti ada jerat tali yang tak terlihat, sedang mengikat hatinya.

Bolehkah dirinya istirahat sebentar, tanpa memperdulikan perasaan orang lain?

Tapi mengingat bahwa Aya harus diawasi, membuat dirinya mengutuk dalam hati. Ia tidak boleh egois. Artisnya, adiknya, harus dia jaga. Ia sangat menyayangi Aya lebih dari dirinya sendiri.

The Ballerina [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang