14

117 26 107
                                    

Annyeong, everyone!! Balik lagi dengan author cherry!

Oh, kali ini. Cherry gak sendirian loh. Cherry ada project duet sama author Pizza! Ini salah satu cerita yang kita buat.

Mari kita persembahkan, author kita! realpacarsatya

Ini project sesama Carat. Carat merupakan salah satu fandom Kpop yang sangat terkenal.

Semoga kalian suka, dan jangan lupa tinggalin jejak dan kasih komen ya!!

Cerita ini, update setiap hari rabu. Mengikuti jadwal 'Gose/Going Seventeen.'

🍒🍕🍒🍕🍒🍕

Acara tahunan yang biasanya dilaksanakan dengan lancar, kali ini hancur seketika. Banyak penonton yang kecewa akan acara tersebut. Beberapa awak media memberitakan, bahwa sang pengurus acara tidak becus dalam melakukan tugasnya, mereka mengabaikan profesionalisme yang seharusnya mereka junjung tinggi.

Dipta tak menghiraukan teriakan Hana, ia lebih mementingkan Aya. Dengan segera berlari untuk menemui gadis tersebut.

"A-aya, gue bisa jelasin."

"Untuk apa?" tanyanya dengan suara purau. "Kalo lo emang hamilin dia, sana nikahin dia. Lo nggak perlu minta maaf sama gue, karena nyatanya emang kita nggak ada hubungan apapun untuk saling memberikan klarifikasi."

Untuk kali ini, biarlah dirinya membohongi perasaannya sendiri. Meskipun sakit, tapi ia tak bisa jika harus terus menerus mempertahankan hubungannya dengan Dipta. Mengingat, bahwa lelaki itu tidak tau, bahwa dirinya adalah Zura yang selama ini dia rindukan.

Sebuah hubungan cinta hanya dapat dijalani oleh dua pihak, bukan tiga atau lebih. Cinta yang sesungguhnya akan membawamu pada sosok yang kamu butuhkan. Berikan kepastian agar hati merasa lebih tenang. Ikuti kata hati, karena ia memahami isi nuranimu. Jangan ragu dengan pilihanmu. Segala sesuatu yang diniatkan baik akan berakhir baik.

"Tapi gue nggak hamilin dia, Aya."

"Terus hubungannya lo ngomong sama gue, buat apa? LO JELASIN ITU SEMUA, UNTUK APA? Itu nggak akan ngerubah bahwa lo--dituduh?" tanya Aya.

Dipta menghela napas, menahan agar air matanya tidak mengalir. "G-gue ngg-gak seperti apa yang lo pikirin."

"Lo bisa aja ngomong kaya gini, Dip. Tapi tanpa adanya bukti, kita semu--dan bahkan gue, nggak akan ada yang percaya sama omongan lo."

Dipta menyerah, ia melepaskan cengkramannya pada bahu Aya. "Gue kira, hubungan kita spesial, Ya." Ia tertawa hambar. "Tau nggak, kenapa gue ngomong gini sama lo? Gue berharap, setidaknya l--setidaknya lo percaya sama omongan gue. Cuma itu yang gue pengen, nggak berharap lebih."

Gue berharap kalo omongan lo, bener adanya, Dip. Aya membatin.

Plak!

Secara tiba-tiba, Hana menampar pipi Aya, hingga menimbulkan bekas merah.

"APA-APAAN LO?!" teriak Aya, ia sudah tidak bisa menahan emosinya.

"Berhenti buat jadi orang ketiga di antara kami! Dipta akan jadi Ayah dari bayi yang gue kandung. Dan gue harap, lo jauhin dia!"

"Ck!" Aya berdecak pelan, ia memutar kedua bola matanya. "Tanpa lo suruh, gue bakal jauhin Dipta. Lo ambil dia, gue nggak butuh!"

Mendengar pernyataan dari Aya, membuat Dipta mematung. "A-ya?"

The Ballerina [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang