15

139 40 321
                                    

Annyeong, everyone!! Balik lagi dengan author cherry!

Oh, kali ini. Cherry gak sendirian loh. Cherry ada project duet sama author Pizza! Ini salah satu cerita yang kita buat.

Mari kita persembahkan, author kita! realpacarsatya

Ini project sesama Carat. Carat merupakan salah satu fandom Kpop yang sangat terkenal.

Semoga kalian suka, dan jangan lupa tinggalin jejak dan kasih komen ya!!

Cerita ini, update setiap hari rabu. Mengikuti jadwal 'Gose/Going Seventeen.'

🍒🍕🍒🍕🍒🍕

"Jangan pernah lelah untuk jadi orang baik, jangan pernah lelah untuk jadi orang yang peduli sesama. Sudah bukan waktunya memikirkan 'apa yang sedang dikerjakan orang lain', tapi 'apa yang bisa kita lakukan' untuk memperbaiki keadaan." - Author.

🍒🍕🍒🍕🍒🍕

Ting ... tong ...

Bel rumah Aya sedari tadi berbunyi, membuat emosinya semakin memuncak. Ia tau siapa orang di balik pintu itu, dia adalah Hana. Entah apa yang wanita itu mau, sampai ia berani berkunjung ke rumah Aya.

"Bukain dulu nggak sih, Ya?" tanya Tama, Aya dengan cepat menggeleng.

"Nggak! Enak aja. Gue muak ngeliat muka dia!" jawab Aya penuh amarah.

"Redam dulu emosi lo, Aya. Kali ini kita kasih kesempatan dia untuk ngasih penjelasan sama kita, biar gimana pun, lo harus tau alasannya. Kita denger juga penjelasan dari Dipta. Kita harus denger penjelasan mereka dari dua sisi," lagi-lagi Aya menggeleng, menolak pendapat yang diberikan oleh Tama.

"Kak, nggak mau. Mau penjelasan kaya gimana lagi, sih?" titah Aya.

"Zura ..." kata Tama pelan.

"Don't mention that name, lo tau gue nggak suka itu!" sinis Aya.

"Okey, Sorry." Tama menghela napasnya sebentar, sedikit susah membujuk Aya yang tipikalnya adalah orang yang keras kepala.

"Gini. Lo masih banyak kerjaan, Aya. Daripada bikin otak lo runyem, dan akhirnya lo nggak fokus dengan pekerjaan lo. Mending kita lurusin masalah ini, kita denger dulu penjelasan Hana, okey?" Tama menatap Aya yang tengah menatapnya juga, mata mereka beradu. Diam sesaat setelah managernya kembali membujuk Aya, mata lelaki itu penuh dengan keyakinan, yang akhirnya membuat sang lenari balet mengangguk setuju, meskipun dengan sedikit paksaan.

"Ya udah. Tolong lo bukain pintunya!" seru Aya, lalu Tama tersenyum dan melangkah menuju pintu.

Hana dipersilahkan masuk oleh sang pemilik rumah, bukannya disambut hangat, tapi ia malah disambut dengan tatapan sinis dari Aya. Tidak ada sekilas senyum pun yang terlihat dari bibirnya, matanya refleks melihat ke arah perut Hana yang belum terlihat buncit. Tama menyenggol pelan bahu Aya.

"To the point! Gue mau istirahat jadi nggak punya waktu lama," kata Aya setelah melihat Hana duduk di sofa miliknya.

Hana mengehembuskan napasnya dengan kasar, ia membenarkan posisi duduknya sebelum memulai semua. Ada sedikit getaran di jantung Hana saat melihat tatapan sinis Aya, dan Tama. Sebenarnya ia segan untuk menjelaskan ini, tapi ia juga harus segera menjelaskan kepada Aya, dan Tama.

The Ballerina [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang