⊂◉‿◉つ Puppy Love ⊂◉‿◉つ
Kaiden menatap anak kecil di depannya dengan tatapan bingung. Anak kecil itu tadi menggigil ketakutan saat diganggu oleh om-om mesum itu, tapi setelah ditolong oleh Kaiden dan Aldo malah sekarang menundukkan kepalanya sambil sesekali sesenggukan.
Aldo berjongkok dan mencoba mengusap pundak Lenora. Anak kecil itu melirik dengan takut. “Abang orang baik. Orang jahatnya udah dipukul sama temen Abang. Adik kecil jangan nangis lagi.” Aldo mencoba menghibur walau sebenarnya tak terlalu perlu.
Lenora, perlu digarisbawahi, tidak ketakutan lagi masalah om-om mesum tadi. Ia menahan tangisnya karena ia malu harus bertemu dengan Kaiden lagi dalam keadaan yang buruk. Harusnya ia bertemu dengan Kaiden dalam keadaan cantik. Harus cantik!
Aldo yang tak mendapati respon pun menoleh ke arah Kaiden seolah meminta temannya itu untuk menghibur anak kecil ini. Karena Aldo jelas paham kalau Kaiden sepertinya kenal dengan anak kecil ini.
Kaiden pun ikut berjongkok dan mengeluarkan sebatang permen dari saku celananya. Agak sedikit retak sebenarnya, tapi Kaiden tak punya yang lain. Sambil memasang wajah manis walau harus tahan ditertawakan oleh Aldo. Kaiden pun menyerahkan permen itu kepada Lenora sambil berkata, “mau permen enggak? Enak lho. Buktinya Abang cuma sisa satu soalnya tadi Abang makanin semua.”
Aldo menahan tawanya. Ia hampir saja tergelak ketika Kaiden mencoba menghibur anak kecil itu. Bohong besar kalau Kaiden mengatakan ia memakan banyak permen hingga menyisakan satu itu. Namun, ia takkan menyuarakan hal itu. Poin utama mereka adalah menghibur anak kecil di depan mereka ini.
Lenora menerima permen itu dengan pipi dan hidung memerah. “Kamu anaknya Tante Alisha, ya? Kenal Abang enggak?” tanya Kaiden.
Lenora mengangguk malu-malu. Aldo mengerutkan keningnya heran. “Siapa, cuk?” tanyanya yang dibalas geplakan di kepala oleh Kaiden.
“Njir, sakit.” Aldo meringis.
Lenora menatap Aldo dan berkata, “enggak boleh ngomong kasar. Nanti dimarahin Mama.”
Kaiden tersenyum geli. Ia menertawakan Aldo yang kini malah diomeli oleh Lenora. Bukannya terlihat galak, Lenora malah terlihat lucu. Tanpa sadar Kaiden mengusap lembut kepala Lenora yang membuat anak kecil itu tersentak kecil dan menatap Kaiden dengan tatapan tak percaya.
“Kok di sini sendirian. Mama kamu mana?” tanya Kaide sambil masih mengusap kepala Lenora.
“Sama Papa.” Lenora menjawab.
Kaiden menoleh ke sekeliling bahkan Aldo juga melakukan hal yang sama. “Trus Papa kamu kemana?” tanya Aldo.
Baru saja Lenora akan membalas, tiba-tiba seorang pria dewasa datang tergopoh-gopoh menghampiri mereka. Aldo dan Kaiden langsung was-was, takutnya ini salah satu teman pria mesum yang mabuk tadi.
“Papa!” Lenora menerobos kedua pemuda itu untuk berlari memeluk pria dewasa itu. Kaiden dan Aldo langsung mengembuskan napas lega.
“Astaga, Tuhan. Anak Papa. Kamu kemana sih? Kok Papa pas mau bayar di kasir malah ngilang. Kalo kamu diculik gimana? Jangan bikin Papa jantungan, sayang.” Pria itu memeluk erat Lenora dan bahkan menggendongnya.
“Eum, permisi. Anu, Om. Saya Kaiden, murid lesnya Tante Alisha.” Kaiden mencoba bersuara.
Pria itu menatap Kaiden dan Aldo kemudian tersenyum. “Ah, iya. Saya suaminya Alisha, Ervan. Panggil aja Om Ervan,” ucapnya.
“Gini, Om. Tadi pas kita berdua lewat, enggak sengaja ngeliat Lenora lagi digangguin orang mesum mana mabuk lagi. Udah kita beresin kok, Om. Udah diangkut sama polisi juga. Kita tadi lagi nanya ke Lenora kenapa bisa sendirian di sini. Soalnya enggak mungkin Tante Alisha ngebiarin,” jelas Kaiden.
Ervan tersentak kaget. Ia tak percaya karena kelalaiannya menjaga anaknya, Lenora malah hampir dilecehkan oleh orang asing mesum yang mabuk? Harusnya ia tak mengalihkan perhatiannya dari anaknya saat akan membayar di kasir tadi.
“Maaf, Pa. Tadi ngeliat anak kucing trus karna lucu Lenora ikutin sampe keluar,” ucap Lenora kepada Ervan.
Ervan mengembuskan napas berat. “Lain kali tunggu Papa dulu, ya. Untung aja ada dua kakak ini. Kalo enggak Papa enggak mau ngebayangin hal buruk terjadi sama kamu,” ucapnya menasehati anaknya.
Lenora memeluk erat leher Ayahnya dan mengangguk. Ervan menatap Kaiden dan Aldo. “Makasih, Nak. Oh, Om ada sedi—”
“Enggak usah, Om. Kita ikhlas kok. Lagian Lenora 'kan anaknya Tante Alisha. Mama sama Tante Alisha 'kan temenan. Sudah semestinya Kaiden bantuin apalagi posisinya Lenora deket sama Kaiden. Harus Kaiden tolongin,” ucap Kaiden menyela ucapan Ervan.
Ervan semakin merasa tak enak. “Kalau gitu, besok kalian dateng ke rumah aja. Makan siang bareng sama keluarga Om. Buat ucapan terima kasih. Tolong yang ini jangan ditolak, ya?” ucapnya mencoba.
“Aduh. Gimana ya, Om? Besok ada lomba basket.” Aldo tak nyaman menolaknya. Kaiden juga. Akhirnya setelah berdiskusi, Ervan memberikan nomornya kepada kedua pemuda itu dan mengatakan akan membantu kapan saja mereka butuh.
“Kalau gitu kita permisi, Om. Lenora, Abang duluan. Dah!” sapa Kaiden dan Aldo.
Lenora melirik sedikit dan mengangguk malu-malu. Ervan menatap anaknya geli. “Kenapa malu-malu gitu? Enggak kayak biasanya,” ucapnya menggoda anaknya.
Lenora merengek kecil. Ervan makin gencar menggoda. “Ganteng, ya?”
Lenora mengangguk malu-malu. “Yang mana?” tanya Ervan sambil berjalan menuju mobilnya.
Lenora menggeleng. Ia tak ingin memberitahu Ayahnya. Ervan terkekeh kecil dan mengusap lembut kepala Lenora. “Gemesnya anak Papa. Masih kecil udah bisa suka-sukaan, ya? Mana tau aja yang ganteng yang mana.”
“Papa!” Lenora merengek.
Ervan menggeleng kecil. Ia tak sengaja menatap permen yang dipegang oleh Lenora. “Permen dari siapa?” tanya Ervan. Seingatnya ia tak membelikan permen kepada anaknya. Alisha cukup ketat terkait makanan manis kalau untuk Lenora.
Lenora menatap permen yang ada di tangannya dan tersenyum kecil. “Bang Kaiden.” Ervan mengangguk paham. Mungkin Kaiden memberikannya untuk menghibur Lenora. Ervan akan membiarkannya saja.
Tentu saja itu berbeda dengan Lenora yang kini malah berbunga-bunga sambil menatap permen itu. Rasanya ia tak akan tega memakannya. Ini adalah pemberian pertama dari Kaiden. Pertemuan keduanya dengan Kaiden dan Kaiden memberikannya permen. Walau ada sedikit retak pada permennya, tapi tak menutup kegembiraan Lenora. Baginya, permen ini adalah hadiah dan hadiah akan selalu ia jaga.
Mobil Ervan tiba di rumah mereka. Saat ia mematikan mesin mobilnya, tiba-tiba Alisha keluar dan membuka pintu dimana Lenora duduk. Ia menatap anaknya dengan tatapan tajam karena jatah permen Lenora sudah dia berikan untuk Minggu ini. Ervan yang paham pun menjelaskan semuanya. Alisha yang tadinya memasang raut wajah yang tajam langsung memeluk anaknya dan bergumam kata-kata syukur.
Ervan mengambil belanjaan yang ada di bangku belakang dan mengikuti istri serta anaknya masuk ke dalam rumah.
“Mama tenang aja. Lenora enggak bakal makan permen ini.” Lenora meyakinkan Ibunya.
Alisha pikir mungkin Lenora meyakinkan dirinya karena jatah manisan Lenora. Alhasil ia mengatakan kepada Lenora bahwa dia boleh memakannya. Toh itu pemberian dari anak sahabatnya Alisha. Lenora tetep keukeh takkan memakannya. Ia bahkan meminta toples kepada Alisha untuk menyimpan permen itu. Ervan terkekeh mendengar ucapan anaknya.
“Kasih aja, sayang. Daripada anak kamu ngambek,” ucap Ervan kepada Alisha.
Alisha pun mengalah dan menyerahkan satu toples kosong kepada Lenora. Gadis mungil itu langsung memasukkan permen itu ke sana dan berlari ke kamarnya sambil memeluk toples itu. Sesampainya di kamar, Lenora langsung mencari pulpen dan kertas. Ia menuliskan nama Kaiden dan menempelkan kertas itu ke toples tersebut. Setelah selesai, ia menyimpan toples itu ke dalam lemari bukunya dan tersenyum puas.
“Hehe, ganteng. Lenora suka!” ucap gadis mungil itu sambil cekikikan di atas kasurnya.
⊂◉‿◉つ Puppy Love ⊂◉‿◉つ
⊂◉‿◉つ Bab 1
⊂◉‿◉つ ditulis oleh girlRin
KAMU SEDANG MEMBACA
[05] Puppy Love ✔
Teen FictionStory 05. [ Puppy Love ] By : @girlRin @Tslnica_ ▪︎▪︎▪︎ Apa yang salah dengan jatuh cinta sama orang yang umurnya lebih tua daripada kita? Perbedaan umur hanyalah sebuah perbandingan angka yang takkan mengganggu bagaimana kamu mencintai seseorang...