⊂◉‿◉つ Puppy Love ⊂◉‿◉つ
Lenora mengembuskan napas berat sambil merebahkan tubuhnya di atas ranjang. Ia tatap langit-langit kamarnya yang berhiaskan stiker bintang di dekat lampu. Sejak kecil setelah diajak oleh Kaiden menatap langit-langit berbintang di pasar malam waktu itu, Lenora jadi tanpa sadar mulai menyukai bintang. Orang tuanya yang tanpa sengaja melihat Lenora yang suka menatap bintang pun akhirnya membelikan stiker bintang yang bisa bersinar ketika lampu dimatikan untuk menghiasi langit-langit kamar anak mereka.
Tiba-tiba saja Lenora teringat dengan pertengkaran antara Kaiden dan Camila tadi. Ada secercah harapan di hati Lenora. Apalagi ketika Camila mengatakan bahwa orang yang disukai oleh Kaiden adalah seorang murid dan yang membuat Lenora merasa yakin adalah ketika Camila menyinggung gelang yang ia berikan kepada Kaiden.
“Perasaan gue ... ini enggak bohong, kan? Gue bisa bersatu sama Kak Kaiden?” tanya Lenora sambil memegang dada kirinya yang berdegup kencang.
Gadis itu berguling dan meraih ponselnya. Ia tatap kontak WhatsApp Kaiden. Pria tampan itu memposting story di mana dirinya sedang memotret bintang-bintang yang bersinar di gelapnya langit malam. Tanpa sadar Lenora tersenyum.
Lenora mengusap layar ponselnya dengan lembut yang mana menampilkan langit malam yang difoto oleh Kaiden. “Ursa Major. Rasi bintang yang pertama kali diperlihatkan ke gue sama Kak Kaiden. Rasi bintang pertama yang diajarin Kak Kaiden ke gue. Rasi bintang ini ... gue harap kisah kita enggak akan berakhir setragis kisahnya Kallisto yang diubah jadi beruang sama Hera gara-gara hubungan dia sama Zeus.”
Lenora mengembuskan napas berat. “Cinta emang enggak bisa dipaksain, tapi dunia bisa menghakimi. Umur kita yang terlampau cukup jauh bisa dijadikan gunjingan sama mereka. Kalo itu gue enggak akan ambil pusing, tapi kalo yang mereka hina itu orang-orang terdekat gue termasuk Kak Kaiden, orang yang gue suka—gue enggak yakin bisa diem aja. Apa perasaan ini salah, Tuhan?”
Tanpa sadar netra gadis itu berkaca-kaca. Ia merasa sesak di dadanya. Kenapa ketika ada harapan untuk perasaannya berlabuh, dunia seakan menjadi penentang dengan segala isinya? Lenora sadar kalau ia tak secantik dan sedewasa Camila. Ia bahkan masihlah anak sekolahan sedangkan dengan tanpa tau malunya ia menyukai gurunya sendiri.
“Gue ... perasaan gue ini salahkah? Gue udah suka sama Kak Kaiden sejak kecil. Bahkan jauh sebelum Miss Camila ada. Kenapa gue yang harus mundur kalo sebenarnya gue yang lebih dulu suka?”
Lenora menumpu wajahnya ke atas bantal dan menggenggam erat ponselnya hingga tanpa sadar ia mengirimkan balasan berupa pesan suara pada story WhatsApp Kaiden.
“Gue suka sama Kak Kaiden dari dulu. Gue bahkan belajar dengan baik supaya kalo Kak Kaiden balik gue bisa sebanding sama dia. Kenapa dunia seakan enggak setuju? Kenapa harus umur yang jadi alasan? Apa gue harus nyerah? Gue udah nyimpen perasaan ini sejak ketemu Kak Kaiden. Kenapa gue yang harus mundur? Apa karna gue masih anak SMA? Enggak boleh suka sama Kak Kaiden yang jadi guru gue sendiri? Gue ... kenapa dunia kejam banget sama gue? Gue salah apa? Gue jug enggak minta dikasih perasaan ini. Perasaan itu dateng sendiri. Gue enggak bisa nolak. Gue ... gue enggak mau ngerasain rasa sakit ini. Rasanya sakit banget. Gue enggak suka. Kenapa harus sesakit ini cuma buat suka sama seseorang?”
Lenora yang tadinya terisak sendiri tiba-tiba saja tercekat saat mendengar pintu kamarnya diketuk. Ia bangkit dan berjalan menuju pintu usai mengusap wajahnya dengan kasar untuk menghilangkan bekas bahwa ia baru saja menangis. Ia bahkan tak menyadari kalau pesan suaranya telah didengarkan oleh Kaiden di ujung sambungan.
Begitu Lenora membuka pintu, ia melihat Alisha berdiri di sana dengan membawa segelas susu hangat sambil tersenyum. “Kamu ini. Mama udah siapin susu buat kamu. Kirain bakal kamu ambil sendiri kayak biasanya eh malah enggak diambil juga. Nih, Mama bawain.” Wanita itu menyerahkan segelas susu itu kepada sang anak.
Lenora menerimanya dan tersenyum tipis. “Makasih, Ma. Nanti Lenora yang cuci bekasnya sendiri aja. Mama istirahat aja. Udah malem begini,” ucap Lenora.
Alisha mengangguk dan kemudian mengusap lembut kepala Lenora sebelum akhir pamit pergi menuju kamarnya dan sang suami.
Lenora duduk di kursi meja belajarnya dan mulai meminum habis susu itu. Ketika gelasnya sudah kosong, ia pun berjalan menuju dapur untuk mencuci gelas itu.
⊂◉‿◉つ Puppy Love ⊂◉‿◉つ
Di sisi lain, Kaiden terdiam setelah mendengar pesan suara yang dikirimkan oleh Lenora. Awalnya ia kaget ketika Lenora mengirimkan pesan suara apalagi durasinya lumayan panjang. Namun, ketika ia mendengarkan dengan seksama, ia hanya bisa terdiam. Ia tak tahu kalau perasaan Lenora sedalam itu. Gadis yang dulunya hanya anak perempuan manis yang ia anggap adik itu telah menyimpan rasa kepadanya. Harusnya Kaiden tak nyaman dengan hal itu, tapi karena ia pada akhirnya juga mulai menyukai Lenora malah tanpa sadar ia tersenyum sambil menatap gelang yang diberikan oleh Lenora padanya.
“Hah, bodoh banget sih lo, Kaiden. Bisa-bisanya lo enggak tau kalau Lenora suka sama lo sejak dia masih kecil. Harusnya gue bisa bales perasaan dia lebih cepat. Apa sekarang kalo gue nembak dia bakal diterima apa enggak, ya?” Di tengah-tengah Kaiden dengan pikirannya, tiba-tiba saja ucapan Camila yang mengatakan bahwa perasaan Kaiden kepada Lenora itu tidak benar mulai terbayang.
“Hanya karna umur dan status, perasaan ini jadi sulit. Lenora murid gue dan gue gurunya. Kalo pihak sekolah tau ini pasti bakal jadi bumerang bukan buat gue aja, tapi buat Lenora juga.” Kaiden mengusak kasar rambutnya. Ia merasa frustrasi.
“Argh! Kenapa harus serepot ini sih?” tanya Kaiden tak mengerti.
Kaiden mengembuskan napas berat dan bergumam, “apa gue lupain aja perasaan ini? Enggak! Gue enggak mau kehilangan Lenora. Enggak ketika gue dengan bodohnya baru sadar perasaan gue ke dia. Gue enggak boleh menyerah.”
“Ugh! Gue harus gimana? Ya Tuhan! Kenapa hidup serumit ini?! Apa yang harus dilakukan?!”
Kaiden terkekeh kecil dan kemudian menatap jendela kamarnya yang masih menampakkan langit malam penuh bintang. “Nora ... sebelumnya kamu udah berjuang dan bertahan. Sekarang giliran Kakak yang akan berjuang. Kakak harap kamu enggak menyerah sama perasaan ini. Tunggu Kakak. Kakak bakal buktiin kalo perasaan kita berhak hadir tanpa harus dihakimi oleh semua orang.”
Kaiden telah bertekad. Ia menghubungi Aldo dan ketika hubungan telah tersambung, ia bertanya, “Do! Gue butuh bantuan lo. Gue mau nembak Lenora.”
Kaiden hanya tersenyum ketika mendengar sumpah serapah dari Aldo di ujung sambungan karena telah mengganggunya di tengah-tengah kumpul keluarganya dan Angel hanya untuk meminta bantuan untuk menyatakan perasaannya kepada Lenora. Kaiden juga bisa mendengar suara Angel yang bertanya kepada Aldo.
“Gue suka sama Lenora. Gue mau nembak dia. Jadiin dia cewek gue.” Kaiden berkata lagi.
Kali ini Kaiden mendengar suara kaget Angel dan kemudian suara erangan kesal Aldo yang karena Angel tiba-tiba heboh. Ia bahkan bisa mendengar bagaimana Aldo meminta agar Angel berhenti meloncat-loncat di atas sofa karena takut terjatuh.
Benar. Aldo sama Angel juga kayak gue sama Lenora umurnya. Mereka buktinya bisa pacaran dan Aldo juga serius mau bawa hubungan mereka. Aldo bahkan mau ngajak Angel nikah kalo Angel udah lulus SMA atau seenggaknya tunangan, batin Kaiden.
Harusnya perasaannya pada Lenora juga bisa, kan?
⊂◉‿◉つ Puppy Love ⊂◉‿◉つ
⊂◉‿◉つ Bab 29
⊂◉‿◉つ ditulis oleh girlRin
KAMU SEDANG MEMBACA
[05] Puppy Love ✔
Teen FictionStory 05. [ Puppy Love ] By : @girlRin @Tslnica_ ▪︎▪︎▪︎ Apa yang salah dengan jatuh cinta sama orang yang umurnya lebih tua daripada kita? Perbedaan umur hanyalah sebuah perbandingan angka yang takkan mengganggu bagaimana kamu mencintai seseorang...