⊂◉‿◉つ Puppy Love ⊂◉‿◉つ
Kaiden membereskan barang-barangnya dan kemudian meninggalkan kelas yang baru saja ia ajar. Ketika dalam perjalanan ke ruangannya, ia bertemu dengan Camila dan wanita itu menyapanya dengan senyuman manis seperti biasa.
“Hai? Gimana ngajarnya?” tanya Camila dengan nada ceria.
“Lancar. Anak-anak kayak biasa suka bingung, wajar sih. Soalnya Matematika memang agak rumit, tapi kalo udah paham bakal gampang banget. Lo sendiri gimana?” tanya Kaiden balik, hanya basa-basi.
“Oh, seru. Kita main permainan kecil sebentar sebelum belajar. Gue ngajar di kelas lo tadi.”
Kaiden langsung meletakkan seluruh atensinya kepada Camila. Itu artinya Camila mengajar di kelas Lenora. Ia penasaran.
“Oh, ya? Permainan apa?” tanya Kaiden penasaran. Camila menjelaskan permainan yang ia mainkan di kelasnya Lenora tadi.
“... lucu deh pokoknya. Bahkan ada yang dapet cita-cita dan dia bilang cita-cita dia pengen jadi YouTuber aja soalnya katanya biar enggak capek. Anak-anak sekarang pada lucu, ya? Bahkan ada yang cita-citanya katanya pengen nikah sama pengusaha batu bara. Ada-ada aja,” ucap Camila.
“Oh, gitu. Lucu juga,” balas Kaiden seadanya. Camila sadar kalau Kaiden terdengar tak tertarik. Tiba-tiba saja ia teringat Lenora.
“Oh, ya. Ada satu yang paling gemes. Punya Lenora kalo enggak salah. Dia dapat topik cinta pertama. Dia bilang dia suka sama seseorang sejak dia kecil dan sampe sekarang masih suka sama orang yang sama. Kalo dia suka sejak kecil, kemungkinan dia naksir SMP atau SD, ya?” ucap Camila.
Kaiden bertanya, “dia bilang begitu?” Camila mengangguk. “Iya. Dia bilang gitu walau malu-malu. Wajar sih namanya juga anak muda, ya? Pasti malu-malu kalau bahas cinta apalagi dia naksir sejak kecil.”
Kaiden langsung berpikir siapa laki-laki yang disukai oleh Lenora. Sejak kecil Lenora yang ia tahu hanya dekat dengan kedua orang tuanya dan satu-satunya laki-laki lain selain ayahnya Lenora yang dekat dengan gadis itu hanyalah—
—Kaiden membulatkan matanya tak percaya.
“Lucu, ya?” tanya Camila yang masih tak sadar. Wanita itu menoleh lantaran Kaiden tak menjawab, ketika ia menatap Kaiden, ia bisa melihat bagaimana Kaiden tanpa sadar tersenyum kecil. Camila bertanya-tanya apa yang membuat laki-laki itu tersenyum?
“Den? Kenapa lo?” tanya Camila.
Kaiden tersentak kecil dan menjawab dengan gugup, “ha? En—enggak kok. Eh, gue duluan, ya? Ada yang harus gue kerjain soalnya. Rubrik penilaian buat pertemuan minggu depan. Dah!”
Camila melambaikan tangannya dengan kaku ketika Kaiden pergi begitu saja. Camila heran apa yang membuat pemuda itu terlihat begitu senang dan kepalang bahagia?
“Dia kenapa?” tanya Camila entah pada siapa.
⊂◉‿◉つ Puppy Love ⊂◉‿◉つ
Lenora dan Angel sedang makan di Kantin ketika jam istirahat tiba. Keduanya makan dengan tenang sampai akhirnya ponsel Angel berdering menandakan pesan masuk. Ia menatap layar ponselnya dan tersenyum lebar begitu melihat siapa yang mengirimkannya pesan.
Karena penasaran, Lenora pun mengintip dan langsung tersenyum mengejek. “Ciye yang ditanyain udah makan apa belum sama doi? Sampe ditanyain mau dikirimin makanan kalo belum makan. Effort banget sih doi lo,” ucap Lenora iri.
Angel merona malu. “Ih, apaan sih?”
Lenora langsung menangkup kedua pipinya dan mengembuskan napas panjang. “Huft, gue kapan, ya?”
Angel hanya melirik dan membalas setelah ia kembali fokus pada ponselnya untuk membalas pesan dari sang pacar. “Kapan-kapan aja.”
Lenora mendelik kecil dan mengerang kesal. “Huwaaaa, Angel. Gue juga mau punya pacar! Huhu!”
“Cari, jangan ngerengek.” Angel membalas.
“Cih, gitu sekarang. Abis punya pacar, gue dilupain. Oke, gapapa. Gue kuat kok. Awas aja lo curhat ke gue,” ucap Lenora merajuk.
“Dih? Enggak Lo yang bakal curhat ke gue tentang doi lo yang lo bilang pangeran itu?” balas Angel.
“Angel!” Lenora kembali merengek.
⊂◉‿◉つ Puppy Love ⊂◉‿◉つ
Di ruangannya, Kaiden bukannya mengerjakan rubrik penilaian malah memikirkan Lenora. Ia kepikiran kata-kata Camila tadi kalau Lenora menyukai seseorang sejak kecil dan masih menyukai orang itu sampai sekarang. Bolehkah Kaiden berharap orang itu adalah dirinya?
“Astaga, kok gue malah mikir begitu sih? Bisa aja waktu gue kuliah di luar negeri, Lenora malah naksir orang lain. Kok gue malah kepedean sendiri sih kalo yang disukai Lenora itu gue? Astaga, Kaiden. Ngaca. Udah tua juga. Pastilah Lenora nyari yang seumuran sama dia,” ucap Kaiden kepada dirinya sendiri.
Tiba-tiba saja percakapannya dengan Lenora kemarin kembali terbayang. Gadis itu tak masalah dengan hubungan beda usia. Lagi, harapan Kaiden serasa diangkat ke atas. Ia mengerang kesal dan mengacak-acak rambutnya.
“Astaga, Kaiden! Kok lo malah kayak ABG begini sih? Kenapa mikirin Lenora terus?” ucap Kaiden bergumam bingung.
Kaiden menatap ruangannya dan mendapati buku-buku tugas Matematika kelasnya Lenora ada di atas mejanya, kebetulan punya Lenora ada di paling atas.
Jemari Kaiden mengusap buku tugas milik Lenora dan tanpa sadar ia tersenyum. Ia teringat kenangan mereka dimana dia yang saat itu masih SMA dan Lenora yang masih SD. Dulu gadis itu suka sekali menatapnya seolah-olah Kaiden seperti seorang yang keren dan Kaiden juga bukannya bodoh tak menyadari setiap kali ia belajar dengan ibunya Lenora, gadis itu akan melirik dari balik pintu dan menatapnya dengan tatapan kagum.
Kaiden pikir dulu Lenora seperti itu karena memang ia adalah anak tunggal dan kehadiran Kaiden mungkin mengisi ruang Lenora yang ingin merasakan kehadiran saudara. Nyatanya, ia tak mengetahui kalau tingkah Lenora itu adalah semata-mata karena gadis itu menyukainya.
Bukan hanya sebatas cinta monyet, tapi benar-benar cinta yang membuat Lenora masih saja terpaku pada sosok Kaiden bahkan ketika beberapa teman-teman laki-laki di sekolahnya banyak yang mencoba cari perhatian kepada Lenora. Seolah-olah perasaannya hanya terpaku kepada Kaiden tak peduli seberapa banyak laki-laki yang menggombalinya.
Kaiden mengembuskan napas berat dan kemudian kembali menatap intens ke buku tugas Matematika milik Lenora. Tulisan gadis itu rapi untuk ukuran seseorang yang baru masuk SMA. Ah, benar. Ulangan kenaikan kelas akan datang dua bulan lagi dan nanti Lenora akan memasuki kelas 11.
“Ngomong-ngomong, Lenora kapan ulang tahun, ya? Tahun ini udah lewat apa belum? Apa gue tanya ibunya aja?” tanya Kaiden pada dirinya sendiri.
“Kalo udah lewat gimana? Masa nunggu taun depan lagi? Apa gue ajak jalan aja kalo gue ulang tahun, ya? Ulang tahun gue masih dua minggu lagi sih. Kira-kira dia tau apa enggak, ya?” tanya Kaiden lagi.
Kaiden pun mengembuskan napas berat dan memilih mengerjakan rubrik penilaian yang memang belum ia buat untuk pertemuan minggu depan di kelasnya Lenora. Ia ingat kalau minggu depan kelas Lenora sudah menyelesaikan satu bab dan sudah waktunya untuk mengerjakan ulangan bab. Ia akan mengabarkan hal ini nanti di grup kelas mereka. Mereka membuat grup kelas setelah Kaiden harus menghubungi mereka satu-satu untuk kuis waktu itu. Kata si Ketua Kelas agar Kaiden tak kesulitan nantinya memberi kabar satu-satu.
⊂◉‿◉つ Puppy Love ⊂◉‿◉つ
⊂◉‿◉つ Bab 24
⊂◉‿◉つ ditulis oleh girlRin
KAMU SEDANG MEMBACA
[05] Puppy Love ✔
Teen FictionStory 05. [ Puppy Love ] By : @girlRin @Tslnica_ ▪︎▪︎▪︎ Apa yang salah dengan jatuh cinta sama orang yang umurnya lebih tua daripada kita? Perbedaan umur hanyalah sebuah perbandingan angka yang takkan mengganggu bagaimana kamu mencintai seseorang...