⊂◉‿◉つ Puppy Love ⊂◉‿◉つ
Camila mengetuk pintu ruangan Kaiden. Wanita itu membuka pintu kayu itu dan tersenyum kecil saat mendapati Kaiden sedang mengemas beberapa buku-buku tugas murid-murid yang baru selesai ia periksa. Menyadari keberadaan Camila, Kaiden pun mendongak apalagi mendapati Camila berdiri di dekat mejanya sambil membawa tote bag berisi entah apa.
Camila meletakkan benda itu di atas tumpukan buku-buku tugas yang sudah diperiksa oleh Kaiden. Pria itu menatapnya bingung.
“Happy birthday. Kemarin lo balik buru-buru padahal gue mau kasih itu buat lo kemarin,” ucap Camila.
Kaiden langsung merasa tak nyaman. “Padahal enggak perlu repot-repot tau. Diucapin selamat aja gue udah seneng,” ucap Kaiden.
Camila menggeleng dengan mengerutkan keningnya. “No, you need to accept it. Gue udah effort banget mikir buat beliin lo apa. Seenggaknya lo harus terima buat menghargai usaha gue.”
Kaiden menerima tote bag itu dengan perasaan berat. Ia tak nyaman ketika temannya ini harus menghamburkan uang hanya untuk membelikannya hadiah. Padahal kemarin saja Camila tak diundang untuk barbeque bersama keluarganya.
Kaiden melotot tak percaya begitu mendapati apa yang Camila belikan untuknya. Pria itu menatap Camila dengan tatapan tak setuju. “Ini berlebihan banget. Harusnya uangnya lo tabung buat lo sendiri bukannya malah beliin gue beginian. It's too much tau. Harganya mahal banget ini lho,” ucapnya.
Camila menggeleng kecil. “Enggak seberapa kok. Lagian gue tau lo suka, kan? Kata temen-temen gue itu lagi trend buat cowok-cowok. One set masculine perfume with a handy watch on the box. Harganya enggak terlalu mahal kok,” ucapnya mencoba meyakinkan Kaiden.
Kaiden mengembuskan napas berat dan berkata, “enggak mahal gimana? Gue tau harganya ini sampe 60 juta, ya. Bokap gue pengen beli ini, tapi enggak dibolehin sama nyokap gue soalnya harganya mahal. Daripada beli begini mending uangnya buat beli yang lain. Keperluan lo pasti banyak, Mil. You don't have to buy me this. It's too much. I'm not worth it.”
Camila merasa sedih apalagi Kaiden mengembalikan hadiahnya kepadanya. Kaiden berkata, “just give it to someone that is really important to you. Your father, perhaps? I'm not even worth it. We're just friends, Mil.”
Camila menahan tangan Kaiden saat pria itu hendak melepaskan tangannya dari hadiah yang ia kembalikan kepada Camila. “Gue suka sama lo. Itu artinya lo orang yang berharga buat gue. Itulah kenapa gue pengen ngasih yang terbaik buat lo,” ucapnya yang mana membuat Kaiden terkejut.
“Mil, gue cuma anggap lo temen. We can't be more than that. Please, ngertiin gue.” Kaiden mencoba melepaskan tangan Camila dari tangannya. Ia tak nyaman dengan tindakan wanita itu.
Camila menjawab, “kenapa gue harus ngertiin lo kalo lo aja enggak ngertiin gue? Gue suka sama lo, Den. I've been trying to tell you this. Gue berusaha mati-matian biar lulus bareng dan dapet kerjaan di tempat yang sama. Gue bahkan nolak semua cowok yang mau ngelamar gue karna gue sukanya sama lo. Kenapa lo enggak mau ngertiin gue?”
“Cinta enggak bisa dipaksain, Mil. You knew it. Banyak cowok yang lebih baik dan pastinya cinta sama lo, but that's not me. Bukan gue, Mil.”
Camila tak puas dengan jawaban Kaiden. “Kenapa? Apa kurangnya gue, Den? Gue ngelakuin segalanya buat lo. Everything! Why? Tell me, why?!”
Kaiden menyentak tangannya sampai genggaman Camila terlepas dari tangannya. “Because I like someone else! Not you,” ucap Kaiden dengan nada keras.
Camila tercengang. Ini adalah pertama kalinya Kaiden menaikkan suaranya kepadanya. Selama ini ia mengenal Kaiden sebagai sosok yang ramah dan juga baik hati. Tak pernah sedikitpun Kaiden akan menaikkan nada suaranya pada siapapun bahkan pada orang yang membuatnya kesal.
“Lo ... lo barusan ngebentak gue?” tanya Camila tak percaya.
Kaiden mengembuskan napas berat dan berkata, “tolong ngertiin gue, Mil. Gue cuma anggap lo temen. Rekan kerja yang baik dan tolong jangan rusak itu dengan perasaan lo ke gue. Perasaan lo itu enggak akan bersambut, gue enggak suka dengan rasa suka yang lo harapin. Lo cewek baik-baik dan lo berhak dapat yang lebih baik daripada gue. Tolong, ngertiin itu.” Kaiden meraih ponsel dan dompetnya lalu meninggalkan Camila di ruangannya sendirian, merenungi penolakan Kaiden padanya.
Camila mengeratkan pegangannya pada hadiah yang tadinya dia berikan kepada Kaiden. Wanita itu tertawa lirih dengan mata berkaca-kaca. “Jadi selama ini usaha gue sia-sia? Dia bahkan enggak suka sama gue. Bodoh banget lo, Mil. Bodoh!” Camila mengusap air mata yang mengalir dari sudut matanya dengan kasar dan kemudian berjalan keluar dari ruangan Kaiden.
⊂◉‿◉つ Puppy Love ⊂◉‿◉つ
Kaiden berjalan dengan perasaan gusar. Ia tak mengerti mengapa Camila harus menyukainya. Apa yang disukai oleh rekan kerjanya itu darinya?
“I'm not even that good looking,” ucap Kaiden pada dirinya sendiri.
“Eum, Pak Kaiden?”
Kaiden berbalik dan mendapati sosok Lenora berdiri di belakangnya dengan tatapan ragu. Kaiden langsung memasang senyum dan bertanya, “ada apa?”
“Bapak enggak kenapa-napa?” Kaiden tersenyum geli mendengar pertanyaan penuh kekhawatiran dari anak muridnya yang juga anak dari guru lesnya dulu itu.
“Gapapa. Lagi kesel aja. Kamu ngapain di sini? Abis dari mana?” tanya Kaiden mencoba mengalihkan pembicaraan.
Lenora menjawab, “dari lapangan. Abis pelajaran olahraga.”
“Sendirian? Tumben enggak sama Angel.”
Lenora merengut kecil mengingat Angel. “Dia abis selesai pelajaran olahraga malah langsung pergi ke Kantin sambil telponan sama Kak Aldo. Ngeselin banget deh. Abis punya pacar aja, temennya ditinggal. Jadi iri tau,” keluh Lenora.
Kaiden terkekeh geli dan mengusap lembut kepala Lenora. Gadis itu tercekat kecil dan kemudian merona malu sambil menikmati usapan lembut Kaiden.
“Nora mau punya pacar juga, ya?” ejek Kaiden. Lenora yang mendengar nama panggilan itu tahu kalau Kaiden di depannya ini sedang mode Kak Kaiden, bukan Pak Kaiden.
“Ish, Kak Kaiden mah! Ngejekin mulu!”
Kaiden tertawa kecil. “Kok ketawa sih? Kakak ngejekin aku, ya? Aku bisa kok punya pacar juga kayak Angel. Liat aja nanti dia bakal aku cuekin juga. Siapa suruh nyuekin aku gara-gara pacaran sama Kak Aldo!” sungut Lenora.
Kaiden kemudian berpikir bagaimana jika seandainya Lenora memiliki pacar. Pria itu menggeleng kecil. Ia tak menyukai gagasan bagaimana Lenora akan bermesraan dengan laki-laki lain. Entah bagaimana di dalam kepalanya ia hanya bisa melihat Lenora bermanja-manja kepadanya dan bukan laki-laki lain. Hal itu tanpa sadar membuatnya kesal.
“Jangan pacaran.”
Lenora menatap Kaiden heran. “Kok gitu?” tanyanya bingung sambil memiringkan kepalanya. Dalam netra Kaiden, apa yang dilakukan Lenora sangatlah imut.
“Jangan pacaran sama yang lain,” ucap Kaiden kali ini lebih jelas. Lenora tanpa sadar merona. Ia tak ingin terlalu percaya diri, tapi bisakah ia berangan-angan bahwa Kaiden cemburu?
“K—kenapa?” tanya Lenora.
Kaiden terdiam sejenak sebelum akhirnya menjawab dengan singkat, “Kakak enggak suka.”
⊂◉‿◉つ Puppy Love ⊂◉‿◉つ
⊂◉‿◉つ Bab 26
⊂◉‿◉つ ditulis oleh girlRin
KAMU SEDANG MEMBACA
[05] Puppy Love ✔
Teen FictionStory 05. [ Puppy Love ] By : @girlRin @Tslnica_ ▪︎▪︎▪︎ Apa yang salah dengan jatuh cinta sama orang yang umurnya lebih tua daripada kita? Perbedaan umur hanyalah sebuah perbandingan angka yang takkan mengganggu bagaimana kamu mencintai seseorang...