Bab 12

158 10 0
                                    

⊂◉‿◉つ Puppy Love  ⊂◉‿◉つ

Keesokan harinya, Lenora menceritakan apa yang terjadi kepada Angel. Sahabatnya itu hanya bisa menggelengkan kepalanya karena seperti perasaan Lenora kepada Kaiden sudah mendarah daging sampai ke sum-sum tulang.

“Lenora, sahabatku yang cantik ... gimana bisa cuma disenyumin dikit aja lo udah langsung salting gagal move on sih?! Mana tekad lo katanya mau move on?!” ucap Angel gemas.

Lenora menggeleng. “Mana gue tau. Salahin dia. Kenapa senyumannya semanis itu. Bikin gue salting sampe ke tulang belulang tau! Mana dia manggil gue pake panggilan yang cuma dia doang yang manggil begitu.”

“Cuma dipanggil ‘Nora’ doang sama senyum dikit udah gagal move on?! Lemah banget sih!” ucap Angel kepalang gemas sampai rasanya ingin menempeleng kepala sahabatnya itu.

Lenora merengek dan memegangi tangan Angel. “Aaaaaa! Ngel, sekarang gue kudu apa? Mama nitipin gue ke dia. Mama bahkan bilang ke dia kalau boleh negur gue kalo gue kelewat berlebihan dalam belajar. Niat gue belajar lebih daripada biasanya supaya lupa sama dia eh malah sekarang bakal makin kebayang sama dia. Gue kudu gimana, Ngel?!”

Angel memutar bola matanya jengah dan menjawab, “gue mana tau. Lo tau sendiri gue belum pernah naksir orang apalagi sampe mau nyoba move on. Mana gue tau?!”

Lenora semakin merengek, “Angel!”

“Lenora, dipanggil Pak Kaiden tuh.” Seorang murid di kelas mereka tiba-tiba saja memberitahukan kepada Lenora kalau ia dipanggil oleh Kaiden.

Lenora menatap Angel dengan tatapan memelas. Seolah-olah meminta kepada Angel untuk membantunya. Angel pun mengembuskan napas berat dan berkata, “iya. Gue temenin. Ayo, buruan!”

⊂◉‿◉つ Puppy Love  ⊂◉‿◉つ

Kaiden sedang memeriksa nilai-nilai Lenora. Benar kata Alisha, gadis itu terlalu memaksakan dirinya. Kaiden kalau tak tahu mungkin akan bangga sebab memiliki murid sepintar Lenora apalagi Kaiden begitu mengenal Lenora. Ia sudah meminta salah satu murid untuk memanggil Lenora. Ia akan membicarakan hal ini agar Lenora tak terlalu memaksakan dirinya dalam belajar. Kesehatan tubuh lebih penting, begitulah yang Kaiden pikirkan.

“Den, ngapain?” Kaiden menoleh dan mendapati Camila masuk ke ruangannya dengan membawa satu paper bag.

“Lagi mau konseling murid.” Kaiden membalas. Camila melangkah mendekat dan meletakkan paper bag yang ia bawa ke atas meja Kaiden. Bau makanan Chinese menguar dari sana.

“Gue beli tadi kebanyakan. Buat lo. Belum makan siang, ’kan? Makan bareng gimana?” tawar Camila.

Baru saja Kaiden akan menjawab, tiba-tiba saja suara ketukan pintu mengalihkan perhatian keduanya. Di depan pintu ruangannya yang terbuka telah berdiri Lenora dan Angel di sana. Angel menatap ke arah mereka dengan tatapan curiga dan Lenora menundukkan kepalanya. Gadis itu juga memegangi tangan Angel seolah-olah takut.

“Eh, lo sibuk kayaknya. Gue makan sendiri aja deh. Nih, buat lo aja. Jangan lupa makan, Den.” Camila pun pamit meninggalkan ruangan Kaiden karena tatapan Angel terlihat begitu mengerikan. Camila takut kalau Angel menyebarkan rumor aneh mengenai dirinya apalagi dia adalah guru baru.

“Masuk sini,” ucap Kaiden setelah Camila pergi. Angel berjalan masuk sambil menarik Lenora yang terlihat enggan masuk. Angel menutup pintu ruangan Kaiden dan kemudian duduk di sofa panjang yang ada di depan meja kerja Kaiden.

“Saya kayaknya cuma manggil Lenora deh,” ucap Kaiden. Angel mengulas senyum tipis dan menjawab dengan nada ketus, “sepaket sama saya, Pak. Upin-Ipin kita mah. Panggil satu ya satunya ngikut.”

[05] Puppy Love ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang