Bab 16

126 9 3
                                    

⊂◉‿◉つ Puppy Love  ⊂◉‿◉つ

Lenora mengusap lembut wajahnya dan kemudian pergi ke kamar mandi untuk membasuh wajahnya. Ia sedikit mengantuk dan mungkin akan lebih baik jika ia membasahi wajahnya agar ia bisa lebih fokus sekarang. Tepat saat ia keluar dari kamar mandi, sang Ibu tengah berdiri di depan pintu kamarnya sambil tersenyum kecil.

“Ngapain, Ma?” tanya Lenora.

Alisha menjawab, “makan malam. Yuk, turun. Papa udah nungguin.” Lenora mengangguk dan segera mengekori sang Ibu menuju ruang makan.

Benar saja, sang Ayah sudah duduk menunggu sambil menyemil salah satu terong goreng di atas meja. Alisha langsung menepuk tangan sang suami, mencegahnya untuk memakannya lebih banyak.

“Makan pake nasi, Mas. Jangan dicemilin doang,” ucapnya menegur sang suami.

Ervan hanya tersenyum kecil dan segera menoleh ke arah anak gadisnya. Lenora duduk di tempat duduknya dan meraih gelas berisi air minum. Tiba-tiba saja ia merasa haus.

“Anak Papa makin cantik aja deh,” puji Ervan tiba-tiba yang mana membuat Lenora langsung menatap sang Ayah dengan tatapan ngeri. Ada angin apa ini? Kenapa sang Ayah tiba-tiba saja memujinya?

“Ma, Papa kenapa? Kurang disayang, ya?” tanya Lenora kepada Alisha yang mana langsung membuat raut wajah sang Ayah menekuk kesal. Alisha yang mendengar itu terkekeh geli dan menjawab, “Papa kamu tuh pengen kamu ambilin dia es jeruk deket kamu itu tekonya. Cuma Papa kamu enggak ngomong aja, dia muji dulu.”

Lenora menatap Ayahnya dan mendelik kecil. “Ya, ngomong dong, Pa. Masa ngode dulu? Dikira aku paham apa?” Gadis itu mengambil gelas kosong dan menuangkan es jeruk yang memang tekonya ada di dekatnya. Begitu gelas itu terisi penuh, ia langsung menyerahkannya kepada Ervan.

“Makasih, anak manisnya Papa.” Ervan menerimanya dengan senyuman lebar.

“Udah-udah. Yuk, kita makan.” Alisha melerai.

⊂◉‿◉つ Puppy Love  ⊂◉‿◉つ

Keesokan harinya, Lenora berangkat seperti biasanya ke sekolah. Setibanya di kelas, ia langsung dihadapkan oleh banyak teman-teman sekelasnya yang belajar. Lenora duduk di tempat duduknya dan bertanya kepada Angel.

“Ngel, kok pada belajar? Ada apa?” tanya Lenora. Angel yang juga sedang membaca pun langsung menoleh menatap Lenora dengan tatapan tak percaya. “Lo enggak tau?!” tanya Angel.

Lenora menggeleng kecil. “Apaan sih? Kasih tau dong!”

Angel menepuk keningnya dan segera menjawab, “hari ini ada kuis dadakan. Masa lo enggak baca chat Pak Kaiden sih?”

Lenora langsung tercekat kaget. “HAH?!” Banyak teman-teman sekelasnya yang menoleh ke arah Lenora yang kini memasang raut wajah terkejut.

“KOK GUE ENGGAK TAU?! PAK KAIDEN ADA NGASIH TAU EMANG?!” tanya Lenora panik sambil membuka bukunya. Ia menatap halaman yang dibaca oleh Angel dan ke arah jam tangan di tangan kirinya. “Duh, Ngel. Mana sempat. Lima belas menit lagi masuk.” Lenora merengek.

“Astaga! Lo beneran enggak tau? Enggak mungkin Pak Kaiden enggak ngasih tau, terlebih lo. Yakin lo enggak nerima chat dari dia?” tanya Angel tak habis pikir.

“Chat apa sih? Gue kemarin enggak dapet chat dari siapa-siapa kecuali lo doang yang chat iseng, makanya enggak gue baca. Tr—”

“Gue enggak ada chat lo dari kemarin.” Angel menyela ucapan Lenora.

Lenora kembali memasang wajah melongo. Ia langsung mengambil ponselnya dan membuka satu pesan masuk yang dari kemarin tak ia baca. Ia baru sadar kalau itu bukan nomor Angel, melainkan nomor asing yang baru mengontak dirinya. Ia membukanya dan menemukan bahwa itu berisi pemberitahuan kuis dadakan dan juga meminta Lenora untuk menyimpannya karena itu nomor Kaiden.

“Astaga! Kok gue baru sadar sih? Bego! Bego banget sih!” Lenora memukul kepalanya seolah mengomeli dirinya sendiri yang begitu bodoh.

“Daripada lo ngomel enggak jelas mending lo belajar deh. Makin lama lo ngomel, makin banyak waktu yang terbuang.” Angel menegur. Lenora langsung mengembuskan napas berat dan menatap buku-bukunya. “Kayaknya kuis gue bakalan anjlok deh. Aish, bego banget sih. Harusnya gue kemarin ngecek aja tuh chat dari siapa. Bukannya malah langsung ambil kesimpulan itu lo yang spam enggak jelas kayak biasanya!” Lagi, Lenora mengomeli dirinya sendiri.

Angel mulai jengah. Ia menatap Lenora dan berkata, “Lenora! Belajar!”

⊂◉‿◉つ Puppy Love  ⊂◉‿◉つ

“Selamat pagi, Kaiden!” sapa Camila ketika Kaiden baru akan membuka pintu ruangannya. Wanita itu tersenyum manis dan langsung menyodorkan satu kopi kaleng kepada Kaiden.

“Pagi juga. Kok di sini? Enggak di ruangan lo sendiri gitu?” tanya Kaiden, tapi tetap menerima minuman itu.

Camila menekuk bibirnya dan membalas, “enggak suka gue di sini? Padahal biasanya juga gue nyapa enggak gitu amat jawaban lo.”

“Enggak juga sih, cuma ya ... by the way, RPP lo gimana? Udah selesai? Lo dari kemarin ngeluhin RPP mulu perasaan,” ucap Kaiden.

“Nothing wrong sih. It's fine pokoknya deh. Abis ini gue ngajar kelas 11. Duh, pasti nanti gue digodain lagi deh sama murid-murid cowok di sana. Did the same thing happen to you? Murid-murid cewek suka godain li gitu kalo ngajar?” tanya Camila.

Kaiden mengangkat bahunya acuh. “Enggak terlalu gue pikirin sih. Gue duluan, ya? Kudu nyiapin soal-soal kuis soalnya. Jam pertama soalnya, dua menit lagi bel.”

Camila hanya mengangguk kecil ketika Kaiden memasuki ruangannya. Camila menatap pintu yang telah tertutup itu dengan tatapan sendu. “Susah juga rupanya naklukin ketidakpekaan lo, ya? Kapan sih lo sadarnya sama perasaan gue? Padahal gue sampe ngikutin lo kerja ke sini lho. Gue mati-matian supaya bisa lulus bareng dan juga ambil sertifikasi ngajar bareng lo juga.” Camila bergumam pada dirinya sendiri.

“Miss Camila, selamat pagi!” Camila tersenyum kecil dan menyapa balik murid-murid yang mengucapkan selamat pagi kepadanya.

“Good morning. Have a nice day, okay?” balas Camila sebelum memilih kembali ke ruangannya.

Di dalam ruangannya, Kaiden mulai mengemas buku-bukunya dan kertas berisi soal kuis nanti di kelas Lenora. Ngomong-ngomong Lenora, Kaiden meraih ponselnya di atas meja dan melihat bahwa pesannya sudah dibaca oleh Lenora.

“Baru dibaca? Jangan bilang Lenora baru tau kuis ini?” ucap Kaiden sambil bergumam. Ia segera menggelengkan kepalanya. “Enggak mungkin. Pasti dia udah tau. Mungkin aja Angel ngasih tau dia, ’kan?” ucapnya ingin berpikiran positif.

Tak lama bel masuk pun berdering. Ia langsung mengemasi barang-barangnya dan mulai berjalan menuju kelasnya Lenora.

Saat Kaiden memasuki kelas tersebut, ia bisa melihat banyak murid-murid yang langsung menyimpan buku-buku mereka ke dalam tas sekolahnya masing-masing. Netra Kaiden tanpa sengaja langsung terarah kepada Lenora yang terlihat lesu.

“Selamat pagi, anak-anak?” sapa Kaiden.

“SELAMAT PAGI, PAK KAIDEN!”

“Siap buat kuis hari ini?” tanya Kaiden. Beberapa murid mengeluh dan beberapa lainnya hanya diam tanpa menjawab. Kaiden tersenyum geli. Ia jadi ingat zaman ia SMA juga ketika ada guru yang mengadakan kuis walaupun sudah diberitahu, tapi tetap saja rasanya tak siap.

“Sekarang Bapak mau cuma ada satu kertas kosong, pulpen, tipe-X di atas meja kalian. Selain itu, tolong disimpan ke dalam tasnya,” ucap Kaiden.

“Baik, Pak.” Para murid menjawab dengan lesu. Kaiden yang mendengar itu hanya bisa menggelengkan kepalanya geli dan mulai menulis soal-soal di papan tulis.

“Pak, berapa soal?” tanya salah satu murid.

“Enggak banyak kok. Cuma lima,” jawab Kaiden.

“Iya, Lima soal. Lima soalnya beranak-pinak tapi,” sambung Angel. Beberapa murid mengerang kesal mendengarnya. Kaiden tersenyum geli.

⊂◉‿◉つ Puppy Love  ⊂◉‿◉つ

⊂◉‿◉つ Bab 16
⊂◉‿◉つ ditulis oleh girlRin

[05] Puppy Love ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang