Bab 9

162 10 5
                                    

⊂◉‿◉つ Puppy Love  ⊂◉‿◉つ

Kaiden menoleh ketika Camila menarik-narik pelan ujung kemejanya. Tadinya Kaiden sedang asyik mengecek rencana pembelajaran yang akan ia pakai di semester ini, tapi ketika temannya itu menarik-narik pelan ujung kemejanya, ia mau tak mau menoleh.

“Kenapa?”

Camila tersenyum kecil dan mendekatkan dirinya kepada Kaiden. “Gue bingung sama rencana pembelajaran gue nih. Udah gue tanya-tanya juga sama guru senior yang lain, tapi malah dijudesin. Menurut lo gimana? Ada yang harus direvisi enggak?” tanya Camila.

Kaiden menatap rencana pembelajaran milik Camila. Di sisi lain, Lenora yang tadinya tak sengaja lewat pun mendapati bagaimana dekatnya posisi mereka. Sejak tadi pagi, rasanya ia melihat bagaimana dekatnya Kaiden dengan Camila dan sekarang di jam istirahat pun ia harus melihat kedekatan keduanya lagi? Apakah sekarang benar-benar kode dari Tuhan untuknya agar melupakan Kaiden, sang cinta pertamanya?

“Gimana? Ada yang perlu diperbaiki?” tanya Camila yang semakin mendekatkan tubuhnya kepada Kaiden. Pemuda itu sendiri juga tak sadar kalau Camila semakin dekat dengan tubuhnya.

“Pak Kaiden!”

Kaiden mendongak menoleh ke arah suara sedangkan Camila malah tercekat kecil dan tak sengaja hampir terjatuh jika saja Kaiden tak sigap menopang tubuh temannya itu. Rupanya, tadi Angel yang berada di belakang Lenora mendapati posisi terlalu dekat antara Kaiden dan Camila. Angel yakin pasti sahabatnya itu sakit hati makanya ia langsung meneriaki nama Kaiden dengan harapan bahwa sang guru akan menjauh dari Camila, tapi malah sebaliknya.

Lenora tanpa sadar mengepalkan tangannya dan bergegas pergi dari sana meninggalkan Angel bersama Kaiden dan Camila yang menatap satu sama lain dengan tatapan canggung. Kaiden yang melihat Lenora pergi, tanpa sadar ingin bergerak mengejar jika saja Camila tak menahannya.

“Lo mau kemana?” tanya Camila kebingungan. Kaiden sendiri juga tak tahu akan menjawab apa. Angel menatap Kaiden dan Camila dengan tatapan yang sulit diartikan.

Camila menoleh ke arah Angel dan bertanya, “kamu manggil Pak Kaiden karna apa?” Angel menggeleng kecil dan menjawab, “anu ... mau tanya aja matematika nanti masuk apa enggak, Miss.”

Camila menatap Kaiden seolah menunggu pemuda itu menjawab. Kaiden tersenyum kecil dan berkata, “masuk. Mending kamu ke kantin buat makan. Jam istirahat enggak lama.”

Angel mengangguk ragu dan kemudian berlalu pergi meninggalkan Kaiden serta Camila. Ia harus mengejar Lenora. Pasti sahabatnya itu sedang patah hati.

“Kenapa?” Kaiden menatap Camila dengan tatapan bingung. Ia tak paham maksud pertanyaan temannya itu.

“Gapapa sih, cuma lo aneh aja. Lo kayak ... do you perhaps know some students here? Murid tadi, kayaknya lo ... that reaction is not intended for people who have just met. Kayak kalian udah ketemu sebelumnya,” ucap Camila.

Kaiden menjawab, “ada murid yang dulunya anak guru les gue waktu SMA. Lucu aja gitu, dulu emaknya jadi guru gue eh sekarang gue jadi guru anaknya.”

Camila mengangguk paham. Ia tersenyum kecil. “Pasti lucu, ya? Murid yang mana? Pasti lucu deh kalo ketemu lo.”

Kaiden tanpa sadar mengingatkan wajah Lenora waktu kecil. Saat-saat di mana dia mengajak Lenora pergi malam-malam dan menikmati berbagai wahana sampai menatap bintang-bintang. Ah, dulunya Lenora terlihat begitu lucu dengan pipi tembam dan sorot mata polosnya. Sekarang, Lenora terlihat begitu cantik walau Kaiden masih beberapa kali mendapati sorot mata dengan tatapan polos ketika ia bersitatap dengan gadis itu.

“Yup, she's cute indeed. So adorable,” ucap Kaiden tanpa sadar. Camila mendapati senyuman tulus Kaiden yang baru kali ini ia lihat. Dulu saat kuliah, Kaiden memang cukup sering tersenyum hanya saja senyum ramah biasa. Kali ini, rasanya Camila benar-benar melihat senyuman tulus Kaiden.

You must really like her.” Kaiden terkekeh kecil dan menjawab, “siapa sih yang enggak suka sama anak kecil gemes yang sukanya malu-malu sama lo padahal lo itu murid les emaknya? Lo juga kalo kenal dia waktu masih bocil juga pasti suka. Gemes banget soalnya. Sampe pas gue mau kuliah aja pengen gue karungin, gue bawa ke Amerika buat obat stres gue kalo kuliah. Cuma ya gimana? Anak orang. Ntar emaknya nyariin. Gemes deh pokoknya. Coba aja dia adek gue, pasti gue bakal seneng banget.”

Camila tersenyum mendengarnya. You say it like she's the cutest thing in the world.

Kaiden mengangguk kecil. “Ya emang!”

⊂◉‿◉つ Puppy Love  ⊂◉‿◉つ

Angel mengembuskan napas berat dan menyerahkan satu bungkus chocopie kepada Lenora. Sahabatnya itu benar-benar patah hati dan telah menghabiskan banyak sekali berbagai jenis cokelat serta minuman soda. Mungkin kalau Angel bisa menghitungnya, maka Lenora sudah menghabiskan sekitar delapan bungkus cokelat dan dua botol minuman soda.

“Udah kali. Belum tentu mereka pacaran. Lagian Pangeran lo itu keliatannya memang terlalu ramah ke semua orang. Bahkan Bu Dhea yang guru Kesenian aja disenyumin mulu sama dia. Bu Dhea udah punya suami sama anak tiga padahal,” ucap Angel.

“Tapi ...”

“Lo memangnya udah nyoba ngobrol sama Pak Kaiden? Kayak bener-bener ngomong antara lo sama dia, bukan murid ke guru. Udah nyoba?” tanya Angel menyela ucapan Lenora.

Lenora menggeleng kecil. “Belum.”

Angel memutar bola matanya jengah. “Kok belum? Enggak kangen lo? Seenggaknya tanyain kabarnya gitu lho. Oh, atau enggak tanyain gimana kuliah dia sewaktu di luar negeri. Gue sampe bosen tau enggak dengerin lo ngomong sama gantungan kunci yang kata lo beli bareng Pangeran lo itu dulu.”

Oh, ngomong-ngomong mengenai gantungan kunci itu, Lenora jadi bertanya-tanya apakah Kaiden masih menyimpannya? Seharusnya masih, ’kan? Lenora saja masih menyimpan benda itu seolah-olah benda itu adalah benda keramat dan harus dibawa kemana-mana.

“Abis ini jam dia. Lo coba ngobrol deh selesai jam dia ngajar. Pura-pura bantuin bawa bukunya kek apa kek gitu. Caper dikit gapapa kok,” ucap Angel.

“Memangnya gapapa?”

Angel memutar bola matanya jengah. “Gapapa. Gue bilang gapapa, berarti gapapa. Lo takut diduluin sama Miss Camila? Makanya srobot duluan, jangan mau kalah saing. Lo sama dia juga enggak jelek-jelek amat kok. Bahkan kalo boleh ya cantikan sama imutan lo, secara umur aja beda.”

“Oke. Gue bakal ngomong sama Kak Kaiden nanti!” ucap Lenora membulatkan tekad. Angel yang mendengar itu tentu saja senang kalau sahabatnya itu mulai bersemangat.

“Gitu dong! Jangan mau kalah. Senggol balik kalo disenggol duluan. Kudu ugal-ugalan pokoknya,” ucap Angel.

“Ugal-ugalan, lo kata gue balapan?!” seru Lenora.

“Memang kok. Balapan sama Miss Camila buat dapetin Pak Kaiden, ’kan?” balas Angel tanpa merasa bersalah. Lenora yang mendengar itu hanya bisa merona malu. Sahabatnya ini benar-benar kalau mengatakan sesuatu suka tanpa saring dulu.

⊂◉‿◉つ Puppy Love  ⊂◉‿◉つ

⊂◉‿◉つ Bab 9
⊂◉‿◉つ ditulis oleh girlRin

[05] Puppy Love ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang