⊂◉‿◉つ Puppy Love ⊂◉‿◉つ
Lenora yang sedang belajar pun menoleh ke arah pintu kamarnya saat mendapati suara ketukan dari sana. Ia berseru bahwa pintu tidak dikunci dan pengetuk—Alisha—pun membuka pintu kamar sang anak.
"Kenapa, Ma?" tanya Lenora.
"Ada Kaiden di bawah. Samperin gih," jawab Alisha.
Lenora terdiam. Melihat keterdiaman sang anak, Alisha pun melangkah mendekat dan mengusap lembut pundak Lenora. "Kenapa, hm?" tanyanya dengan nada keibuan.
"Bisa enggak Mama bilangin Kak Kaiden kalo Lenora lagi belajar?" tanya Lenora dengan nada ragu. Sesekali netranya menatap gantungan kunci yang penuh akan kenangan baginya di atas meja belajarnya itu. Alisha menatapnya dengan tatapan penuh kebingungan.
Bukannya dia suka kalau Kaiden dateng, ya? Kok sekarang nolak nyamperin Kaiden? Batin Alisha bertanya-tanya.
"Yakin? Enggak mau nemuin Kaiden? Dia bawa makanan kesukaan kamu lho. Dia jauh-jauh dateng ke rumah buat ketemu kamu, sayang. Enggak mau nyamperin bentar aja? Siapa tau dia ada hal penting yang mau disampein?" tanya Alisha mencoba memastikan.
Lenora terdiam tak menjawab. Alisha mengusap lembut pundak anaknya dan kembali berkata, "anak Mama tuh pemberani. Jadi, kalo ada masalah pasti bakal diselesaikan dengan baik, 'kan?"
Lenora menatap sang Ibu yang terus memberikan tatapan penuh dorongan dan juga kelembutan khas seorang Ibu. Lenora mengangguk pelan dan berjalan keluar kamar diikuti oleh Alisha yang senantiasa berdiri di belakangnya dan mengusap lembut pundaknya seolah menguatkan.
⊂◉‿◉つ Puppy Love ⊂◉‿◉つ
Kaiden yang tadinya ditemani oleh Ervan pun menoleh ke arah tangga ketika mendengar suara langkah kaki menuruni tangga itu. Di sana ada Lenora yang turun ditemani oleh Alisha. Gadis itu terlihat cantik dengan piyama merah dan juga rambut yang digelung secara asal-asalan.
"Duh, anak gadis Papa kok kayak gembel gini sih? Minimal rapiin diri dulu dong," ejek Ervan.
Lenora yang hampir mencapai sofa pun langsung berhenti dan menatap sang Ibu. Ia lupa kalau ia masih berantakan. Kenapa tadi ia tak merapikan diri dulu? Alisha yang melihat itu langsung tersenyum dan berkata, "gapapa kok. Anak Mama cantik pake banget. Enggak usah didengerin Papa kamu tuh. Dia emang rese."
"Lho? Kok aku sih, sayang?" protes Ervan.
"Salah kamu bikin kesel anak aku," ucap Alisha dengan nada ketus kepada sang suami. Ia menyuruh Lenora untuk duduk dan kemudian pergi ke dapur untuk membawakan minuman lagi serta camilan.
Ervan yang melihat muda-mudi di depannya yang malah terdiam dalam suasana canggung pun berdehem. "Ekhem. Diam-diam aja. Ngomong dong," ucapnya mencoba mencairkan suasana.
"Ngomong apa?" tanya Lenora. Ia mati-matian menahan debaran jantungnya karena duduk bersebelahan dengan Kaiden. Ia mengumpati dirinya sendiri padahal ia sudah berjanji akan melupakan Kaiden, tapi mengapa malah sekarang pemuda yang lebih tua ini seakan menarik-ulur dirinya terus-menerus?
"Lha, kok nanya Papa? Tanya Kaiden dong. Dia dateng ke sini pasti ada yang mau diomongin dong. Ayo, kalian berantem, ya? Kenapa posisinya canggung begini? Kayak orang asing tau, padahal dulu aja nempel kayak perangko mulu. Baik diselesaikan dengan cara kekeluargaan deh," ucap Ervan mencoba bercanda.
Lenora menatap sang Ayah dengan tatapan malas. Mengapa pria itu malah bercanda? Tak bisakah ia melihat kalau sang anak sedang gugup lantaran duduk bersebelahan dengan Kaiden? Lagi, kenapa Kaiden terlihat semakin menggeser posisi duduknya hingga mendekat ke arah Lenora?
Jantung gue! Berenti berdebar-debar, goblok! Batin Lenora.
"Es jeruk dateng!" Alisha tiba dengan membawa nampan berisi dua gelas es jeruk dan satu piring kue kering. Ia letakkan nampan itu di atas meja dan segera menarik suaminya untuk berdiri. "Kalian bicarakan deh berdua. Mama sama Papa mau ke Alfamart dulu. Kaiden, Tante titip Lenora bentar, ya? Kalian mau dibelikan apa di Alfamart?" tanya Alisha.
"Enggak usah, Tante. Nanti ngerepotin," tolak Kaiden. Akhirnya ia membuka suara.
"Lho? Enggak ngerepotin kok. Yaudah, Tante beliin cemilan aja, ya? Yuk, sayang!" Alisha langsung menarik Ervan pergi.
"Eh, kunci mobil gimana? Masa jalan kaki, sayang?" tanya Ervan.
"Ngapain pake mobil? Alfamart depan rumah juga kok!" balas Alisha.
Setelah kedua orang tuanya Lenora sudah tak terlihat lagi, Kaiden langsung menatap Lenora. "Nora ..."
Lenora hanya berdehem kecil sebagai balasan. Ia tak sanggup untuk menatap wajah Kaiden. "... Kakak ada salah ya sama kamu?" tanya Kaiden pada akhirnya.
Lenora langsung mendongak dan menatap Kaiden. "Hah?!"
"Iya. Kakak ada salah ya sama kamu? Beberapa hari belakangan kamu kayak menghindar dari Kakak. Bilang aja Kakak salah apa. Kakak enggak nyaman kamu jauhin gini. Padahal dulu kita deket banget lho. Kakak sedih kamu jauhin," ungkap Kaiden.
Kak Kaiden sedih gue jauhin? Trus gue move on gimana dong? Batin Lenora menjerit.
"Nora tau enggak?" tanya Kaiden tiba-tiba. Lenora membalas, "enggak."
Kaiden tersenyum kecil dan berkata, "orang belum Kakak kasih tau." Lenora memalingkan wajahnya dan menatap kakinya yang dibalut sendal bulu. Ia akan menatap kemana saja, selain wajah Kaiden pokoknya.
"Waktu Kakak kuliah tuh, Kakak kangen banget sama kamu. Pengen banget nelpon kamu, tapi waktu itu HP Kakak sempet rusak dan enggak punya nomor Mama kamu lagi. Mau minta ke Mamanya Kakak, eh Mamanya Kakak juga lupa terus mau ngirimnya. Pasti Nora dulu lucu banget kalau belajar serius kayak di kelas biasa," ungkap Kaiden lagi. Ia tersenyum seolah bernostalgia pada masa-masa dimana ia dan Lenora masih lengket bak kakak-beradik yang tak bisa dipisahkan.
"Beneran?" tanya Lenora. Ia tak bisa bohong kalau ia merasa senang akibat ucapan Kaiden barusan.
Kaiden mengangguk. "Iya. Makanya waktu Nora sekarang ngejauhin Kakak kayak di sekolah, Kakak tuh sedih. Kakak salah apa sama kamu? Kakak padahal bahagia banget lho waktu tau Kakak jadi wali kelas kamu. Artinya Kakak bisa ngeliat dan ngejagain kamu kayak dulu lagi."
Lenora menundukkan kepalanya dalam-dalam. Apa yang harus dia lakukan sekarang? Lenora kebingungan.
"Nora, Kakak bakal perbaikin diri Kakak kalo misalnya ada yang Kakak buat salah ke kamu. Jadi, ngomong aja. Kakak salah apa sama kamu?" tanya Kaiden lagi. Inilah dia. Kaiden adalah tipe orang yang akan langsung bertanya ia ada salah apa ketika ada yang menjauhi dirinya.
"Gapapa kok. Kakak enggak ada salah apa-apa. Nora aja yang lagi badmood. Lagian Nora ngejauhin Kakak di sekolah soalnya pasti enggak bagus buat murid terlalu nempel sama gurunya apalagi kita cowok dan cewek." Lenora mengungkapkan alasan lain.
"Itu aja? Kenapa Kakak ngerasa itu bukan alasan kamu yang sebenarnya?"
Lenora mengembuskan napas berat dan pada akhirnya ia menoleh ke arah Kaiden kemudian bertanya, "Kakak pacaran ya sama Miss Camila?"
Kaiden menautkan alisnya heran. "Hah?"
⊂◉‿◉つ Puppy Love ⊂◉‿◉つ
⊂◉‿◉つ Bab 18
⊂◉‿◉つ ditulis oleh girlRin
![](https://img.wattpad.com/cover/358721912-288-k104660.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
[05] Puppy Love ✔
Teen FictionStory 05. [ Puppy Love ] By : @girlRin @Tslnica_ ▪︎▪︎▪︎ Apa yang salah dengan jatuh cinta sama orang yang umurnya lebih tua daripada kita? Perbedaan umur hanyalah sebuah perbandingan angka yang takkan mengganggu bagaimana kamu mencintai seseorang...