Setelah kemenangan para inyik 7 manusia harimau dan para Datuk dalam melawan ratu Hang cida, keempat inyik muda tersebut kembali ke Jakarta untuk melanjutkan kuliah mereka.
Beberapa tahun kemudian, Hari telah menjelang senja ketika jam kuliah mereka berakhir. Key merasa kelelahan setelah presentasi kelompoknya yang sedikit riuh akibat banyak sekali pertanyaan yang diajukan oleh teman-temannya, tetapi semangatnya tetap berkobar-kobar karena rencana KKN yang mereka rancang sebelumnya. Seiring langkahnya mendekati kantin, wajah akrab teman-temannya muncul di antara kerumunan mahasiswa, siapa lagi kalau bukan Putra Alam, Alina, Sakti dan Risa. Mereka berkumpul di sudut favorit mereka, menanti dengan antusias.
Key, dengan penuh semangat, memberi sapaan hangat kepada teman-temannya. "Kalian udah siap belum bahas KKN kita nih?" ujarnya sambil tersenyum. Alina, Sakti, dan Risa menyambutnya dengan senyuman setuju. Putra Alam bergabung dengan ekspresi ceria, sementara Andi dan Bayu, teman baru mereka, mengamati dengan rasa ingin tahu.
"Kita udah masuk semester 6, guys. Waktunya KKN," Key memulai pembicaraan. "Aku punya ide bagus. Kenapa nggak kita lakukan KKN mandiri di Desa Kumayan? Selain desa itu adalah kampung halaman kita, Kita juga bisa melindungi dan memajukan desa kumayan, aku juga rindu sama para Datuk, kalian giman?" sambung Key dengan antusias sementara Risa yang centil sedang asyik merangkul Putra Alam yang sedari hanya tersenyum mengangguk seperti biasanya sementara Sakti juga mengangguk setuju dan menjawab : “Ya, key. Aku setuju dengan usul kamu, bagus juga tuh. Jadi, desa kumayan gak bakal jadi desa tertinggal selain itu legenda 7 manusia harimau juga gak bakal musnah."
Tiba-tiba saja Alina jadi badmood dan meletakkan cermin kecilnya di atas meja lalu menyanggah pendapat teman-temannya.
“Kalian nih, aku gak setuju kalau kita KKN ke desa kumayan, nyebelin deh, aku lagi marahan tahu sama ayah, masa aku disuruh berlatih....” tiba-tiba saja Sakti menutup mulut Alina yang terkadang ceplos hingga membuat perkataan Alina terpotong karena takut dua orang kawan baru mereka berpikir aneh, Putra Alam dan lainnya tertawa palsu untuk mengalihkan perhatian Bayu yang tampak serius dari tadi mendengarkan percakapan mereka sementara Andi hanya fokus dengan gadgetnya.
"kalian dari tadi bahas Kumayan, emang Kumayan itu ada ya?" tanya Bayu yang curiga sambil melirik kelima teman-temannya kecuali Andi. “Atau jangan-jangan kalian semua itu inyik?" tuduh Bayu dengan curiga, sementara Key dan yang lainnya menggelengkan kepala mereka.
"Kamu bisa aja, ya gak mungkinlah, kami bahas desa kumayan karena kami pernah kesana dulu, desanya sama kayak desa biasa." ujar Putra Alam mencoba menyelesaikan rasa penasaran dari Bayu.
"Ya, lagian gak mungkin kami semua adalah inyik, lihat? intinya, kami udah pernah observasi ke sana dan desanya masih tertinggal jadi agar KKN kita berguna, bukannya lebih bagus memajukan desa yang seperti itu, kan?" sambung Key sambil tersenyum ramah ke Bayu sementara Bayu yang memiliki perasaan kepada Key hanya mengangguk mengiyakan.
”Tapi key, emang desa kumayan itu nyata?" tanya Bayu sekali lagi karena dia tidak pernah mendengar tentang desa kumayan. Sebelum Key sempat menjawab, tiba-tiba saja Andi yang sedari tadi diam saja menjawab dengan santai, “Ada kok..."
Semua orang terlihat kaget terutama Alina dan Risa, dengan ceplosnya, Risa nyeletuk.
”Ih, kamu dari Kumayan juga? Emang kamu anaknya siapa? Kok bisa? Setahuku hanya mereka berempat aja yang bisa masuk Kumayan!"
"Apaan sih, Risa. Diam deh!" pinta Alina yang terlihat kaget dan kesal karena mulut Risa yang ceplos. Sementara Andi tertawa kecil dan menggelengkan kepalanya.
“Bukan aku, tapi ibuku. Ibuku gak banyak bicara tentang desa kumayan karena dia suka lupa tapi dia pernah nyebut sekali kalau dia pernah ke desa kumayan bahkan berasal dari sana, tapi aku belum pernah kesana sih." Andi melirik keenam temannya. "Emang kenapa? Kok kalian curiga gitu?" sambungnya.
"Bukan gitu, di. Kau punya ibu dari Kumayan, namanya siapa kalau boleh tahu?" tanya Sakti dengan raut wajah serius.
"Harum, nama ibuku Harum." jawab Andi dengan cepat. "Kau kenal ibuku, kah?" Sambungnya. Key dan teman-temannya hanya menggelengkan kepala mereka. Tiba-tiba ponsel Andi berdering, dia melihat sekilas nama panggilan di ponselnya sebelum izin pamit pulang duluan karena ibunya telah menunggu di rumah diikuti Bayu yang juga ikut pulang karena nebeng dengan kereta Andi. Akhirnya mereka berlima dan berkumpul tanpa orang lain, Sakti membuka percakapan kembali.
"Gimana kau, lam. Mereka itu teman-temanmu kan? Kenapa kamu ngajak teman?" tanya Sakti sambil memperbaiki rambut Alina yang sedikit berantakan tertiup angin sementara Alam berhenti menyeruput es tehnya yang mencair.
"Ya, Sakti. Biar saja, lagian sekalian meringankan keuangan kita, kan? Aku sama si Bayu satu organisasi jadi gak mungkinlah aku tolak waktu dia ngajak untuk KKN bersama, kan?"
”Udah, gak usah di bahas. Lagian biar aja mereka tahu sendiri nanti, asalkan mereka tuh gak punya niat jahat, kita lihat aja nanti, kalau mereka jahat, mereka gak bakal bisa melewati pagar Kumayan, pintar banget sih Alina" ujar Alina setelah memuji dirinya sendiri, dia terus merangkul lengan kiri Sakti dan bersikap manja.
"Tapi kan, guys. Gue penasaran sama si Andi, Andi kan namanya?" Alam mengangguk. “Kalau ibunya berasa dari Kumayan, kenapa gak tanya para Datuk aja, kan? Biar silaturahmi gitu, mungkin masih banyak warga Kumayan yang pindah setelah bencana sebelum kehancuran Kumayan beberapa tahun lalu" ujar Risa sambil melirik ke mereka. Sementara Alina tertawa terbahak-bahak sambil menepuk pundak Risa. “Tumben pintar loh, sa. Kali ini gue setuju sama loh, kali ini aja ya, ingat!"
"Sakit tahu, Lin. Pelan-pelan aja kali, gue tahu kok kalau gue tuh pinta, IP gue aja 3.5.” Risa mendorong tangan Alina menjauh dari pundaknya dan membuat wajah sombong sementara Alina jijik dan memalingkan wajahnya dari Risa.
Key yang melihat drama teman-temannya tertawa kecil dan mencoba menengahi mereka. "Sudah, Lin, sa. Jangan gitu ah, Kalian berdua benar kok. Aku nanti coba tanya sama para Datuk, kamu juga Lam, Sakti, Lin, tanya sama ayah kamu juga. Kalau misalnya ibunya si Andi dari Kumayan, berarti dia dan ibunya tahu dong tentang inyik, jadi kita gak perlu khawatir menyembunyikan apapun karena itu sudah lumrah bagi warga Kumayan." Key menatap teman-temannya sementara mereka mengangguk setuju.
"Kalau gitu, sebagai ketua, aku dan wakilku yaitu Sakti akan mengurus surat izin kita, oke? Alina dan Sakti, jangan lupa urus bagian konsumsi sedangkan Key dan Risa bagian acara beserta pudekdok, nanti biar aku dan kedua temanku yang tadi mengurus bagian peralatan dan perlengkapan serta transportasi, paham kan sama program kerjanya?" tanya Alam sambil sesekali melirik lembar proposal mereka. Semuanya mengangguk kecuali Risa yang cemberut.
"Babe, jahat ih, kok Alina yang diletak di konsumsi kenapa gak aku aja?" tanya Risa sambil membuat bibir dan wajah cemberut sementara Alam hanya tertawa diikuti yang lainnya.
"Ih apaan sih, itu bagus dong kalau Alam buat loh di Acara, jadi gak makan aja kerjaan loh!" ledek Alina sementara Risa kesal dan melemparkan kuaci ke Alina, Alina mulai kesal karena rambutnya kotor dan berencana membalas Risa sebelum dihentikan oleh Sakti yang tiba-tiba saja mengecup pipi Alina, Alina menjadi salah tingkah dan tersenyum malu sementara Key hanya tertawa melihat tingkah teman-temannya, setelah itu, mereka kembali melanjutkan diskusi untuk mematangkan persiapan KKN mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
7 Manusia Harimau New Generation : Kembali (Fan Fiction)
FanfictionSetelah mengalahkan Ratu Hang Ci Da dan pasukan silumannya, Key, Putra Alam, Alina, Sakti, dan Risa kembali ke Jakarta untuk melanjutkan kuliah. Memasuki semester 6, mereka memutuskan untuk menjalani KKN mandiri di Desa Kumayan, yang terkenal dengan...