Pitaloka

127 6 0
                                    

Di tengah malam harinya,  awalnya Key terlelap dalam tidurnya tiba-tiba saja dia bermimpi dimana dia berdiri di sebuah hutan lebat dan gelap lalu terdengar suara auman harimau dimana seekor harimau putih milik Pitaloka mendekatinya, harimau itu terus mendekati Key hingga berada berhadapan dengan Key. Key tersenyum dan berjongkok sambil mengelus kepala harimau putih itu yang mana diyakini sebagai jelmaan dari Pitaloka.

“Ibu mau ngapain disini? Ibu rindu sama Key?" tanya Key sambil mengelus kepala harimau putih itu sementara harimau putih itu terlihat nyaman dan menggeliat sebentar sebelum berdiri kembali dan terlihat serius, harimau putih itu tiba-tiba saja berlari menuju sisi barat hutan membuat Key terkejut dan penasaran, sembari berlari mengikuti harimau putih itu, Key memanggilnya.

”Ibu! Ibu! Ibu Pitaloka! Mau kemana?" tanya Key terus mengejar sosok harimau putih tanpa henti. Hingga mereka berakhir di pintu goa gelap, Key terlihat bingung sambil menggaruk tengkuknya. “Ibu Pitaloka! Ibu! Ibu mau kemana?" panggil Key berkali-kali sebelum memutuskan masuk ke gua gelap tersebut, sepanjang jalan , Key melihat kehampaan tiada tara diiringi suara air yang menetes perlahan-lahan hingga tak sengaja dia menginjak sebuah makhluk kecil, sebuah kecoa, Key terkejut dan teriak hingga jatuh, she terlihat bingung dan berusaha menggunakan kekuatannya untuk membuat penerangan tetapi segalanya tak bisa digunakan, dia hanya bangkit dan terus berlari mengikuti naluri hingga berakhir di ujung pintu gua lainnya, Key seketika mengingat sesuatu dan berbicara dalam hati, “Aku sepertinya ingat goa ini, tapi dimana ya?" tanyanya dalam hati sambil berjalan mendekati pintu lain goa hingga melihat hal tak terduga di luar goa dimana berdiri sesosok wanita cantik dengan pakaian berupa baju kurung berlengan panjang yang terbuat dari bahan beludru. Baju ini mempunyai hiasan bertabur corak-corak, serta sulaman emas berbentuk lempengan-lempengan bulat seperti uang logam. Sementara itu, warna untuk baju kurung adalah merah tua dengan sarung songket berhias emas terbuat dari bahan sutra. Wanita itu tersenyum dengan duduk di batu besar sambil mengelus kepala dua kepala harimau putih di sisi kanan dan kirinya dimana harimau putih tersebut terlihat jinak dan manja. Key terkagum dengan kecantikan wanita itu dan mulai berjalan menghampirinya, wanita itu melambaikan tangannya kepada Key untuk mendekatinya.

“Kemari, key. Ini ibu, kamu sudah tumbuh dewasa menjadi gadis yang cantik dan kuat, ya?" ucap wanita cantik itu, Key mengangguk dan berlari memeluk wanita itu.

"Kamu adalah ibu Pitaloka, kan?" tanya Key sembari memeluk Pitaloka sementara Pitaloka mengangguk dan membalas pelukan Key.

“Ya, Key. Ini ibu, ibu Pitaloka. Kamu apa kabarnya?" tanya Pitaloka tanpa sadar air matanya mengalir begitu juga dengan Key, walaupun Key tidak pernah bertemu Pitaloka secara nyata tetapi ikatan batin di antara mereka sangat kuat hingga Key merasa bahagia setelah bertemu Pitaloka meskipun di alam mimpi. Key terus memeluk tubuh ibunya hingga perlahan-lahan tubuh Pitaloka menghilang begitu juga dengan salah satu harimau putih yang ada di sisi kiri baru, sebelum sempat menghilang, Pitaloka tersenyum dan berbisik di telinga Key.

"Sik jiwo mampu merintang Kumayan sampe ke akarnyo, sedangkan duo jiwo punyo kuko untok ngukir jejak di bumi Kumayan." Sebuah kalimat yang membuat Key bingung dan merinding hingga pandangannya gelap gulita dan terbangun dari mimpinya. Ketika Key terbangun, dia melihat Gumara dan Wiwit sudah ada di sampingnya dengan khawatir. Wiwit memeluk Key  sambil mengusap-usap punggungnya. "Key, kamu gak apa-apa? Kamu tadi tidur teriak-teriak manggil ibu berkali-kali, kamu mimpi buruk, ya?" tanya Wiwit dengan khawatir sementara Key terlihat masih bingung karena mimpinya itu, dia menggelengkan kepalanya dan tersenyum.

"Ya, Bu. Gak apa-apa kok, Key cuma mimpi buruk biasa mungkin karena Key kecapekan." Key kesulitan mengatasi semua mimpinya kepada Wiwit karena tidak ingin membuat Wiwit merasa cemburu atas mimpinya tentang Pitaloka sehingga Key memilih untuk tidak menceritakan apapun tentang mimpinya.

"Emang kamu mimpi tentang apa, key?" tanya Gumara penasaran karena gak mungkin kalau mimpi Key adalah mimpi biasa sehingga membuat Key tidur dengan penuh keringat dan terus memanggil ibu di dalam mimpinya. Key melepas pelukan Wiwit dan mulai berpikir bagaimana menjawab pertanyaan ayahnya, dia hanya menggaruk belakang kepalanya dan tersenyum.

"Cuma mimpi dikejar zombie aja kok, yah. Biasa, Key dan Risa soalnya baru saja nonton film Train to Busan." Key tertawa kecil sambil menggenggam tangan Wiwit.

"Bu, ibu gak perlu khawatir. Key baik-baik saja kok, lagian ini hanya mimpi buruk biasa, karena ini masih tengah malam, gimana kalau kita tidur lagi? Besok juga ibu kerja kan ?" tanya Key sementara Wiwit mengangguk dan tersenyum serta mencium kening Key sambil berjalan keluar kamar Key, namun tidak dengan Gumara yang masih duduk disana. "Gak usah bohong, Key. Kamu itu anak ayah, ayah selalu tahu kalau kamu bohong gimana, mending jujur saja, kamu mimpiin apa, key?" tanay Gumara masih duduk di atas tempat tidur Key. Key tahu bahwa berbohong pada ayahnya adalah hal yang sulit karena Gumara selalu saja mengetahui semua tentangnya termasuk ketika dia berbohong, dia menghela nafas panjang dan mengangguk.

"Ya, yah. Maaf kalau key bohong tapi key gak mau buat ayah dan ibu kepikiran," ucap Key. “Sebenarnya Key mimpiin ibu Pitaloka...tapi bukan hanya jelmaan harimau putih saja, ini benar-benar ibu Pitaloka dengan baju adat khas Bengkulu, ibu Pitaloka ternyata cantik banget ya, yah? Pantas ayah jatuh cinta sama ibu." jelas Key diikuti tertawa kecil sementara Gumara terlihat tersenyum tipis berusaha menahan rasa bahagia di hatinya sebelum kembali bersikap tegas.

"Ya, key. Pitaloka adalah wanita yang cantik, cerdas dan berani. Ayah sangat mencintai sosoknya karena hal tersebut, dia adalah bunga dewasa Kumayan, asal kau tahu, Key. Ayah beruntung pernah menjadi milik ibumu,” ujar Gumara sambil memikirkan wajah Pitaloka yang tersenyum kepadanya. "Terus, selain itu, untuk apa Pitaloka hadir di mimpimu, Key? Apakah dia rindu,?" Sambung Gumara.

Key mengangguk, "Ya ,yah. Ibu rindu sama Key, bukan ayah." Key tertawa karena menggoda ayahnya sementara Gumara ikut tertawa juga sambil mencubit hidung Key. "Oh ya, Key juga ingat. Sebelum ibu menghilang dan Key terbangun, ibu Pitaloka bilang sesuatu ke Key." sambung Key.

"Apa itu, Key?" tanya Gumara penasaran.

“Sik jiwo mampu merintang Kumayan sampe ke akarnyo, sedangkan duo jiwo punyo kuko untok ngukir jejak di bumi Kumayan." ucap Key sembari mengingat perkataan Pitaloka di alam mimpi. Sementara Gumara terlihat berpikir sesuatu dan mencoba menafsirkan perkataan dari Pitaloka tersebut.

7 Manusia Harimau New Generation : Kembali (Fan Fiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang