Di rumah Humbalang, suasana masih dipenuhi campuran lega dan kebingungan setelah Key menunjukkan tanda-tanda pemulihan. Di tengah percakapan yang mulai mereda, Andi, yang selalu penasaran, tiba-tiba mengambil sebuah album foto tua yang tergeletak di meja. Tanpa banyak berpikir, ia membuka halaman demi halaman, melihat foto-foto yang usang dan penuh kenangan.
Saat ia membolak-balik halaman, sebuah foto menarik perhatiannya. Itu adalah foto lama yang memperlihatkan tiga wanita berdiri bersama di sebuah acara. Wajah mereka tampak bahagia, penuh senyuman. Andi, dengan sikap santainya, tiba-tiba menunjuk salah satu wanita di foto itu.
"Ini ibuku," katanya sambil tersenyum lebar, tanpa sadar telah mengguncang semua orang di ruangan itu.
Sontak, semua orang berhenti bicara dan menoleh ke arah Andi, mata mereka terpaku pada foto yang ia tunjuk. Di sana, berdiri tiga sosok wanita—Farah, istri Humbalang; Ratna, istri Rajo Langit; dan Pitaloka, wanita yang lama dianggap hilang. Dan Andi baru saja mengidentifikasi Pitaloka sebagai ibunya.
Humbalang, yang sedang duduk di sebelah Andi, menatap foto itu dengan mata lebar. "Apa yang kau katakan, Andi?" tanyanya, suaranya serak karena terkejut. "Ibumu? Yang mana?"
Andi dengan santai menunjuk Pitaloka lagi. "Yang di tengah ini. Ibuku."
Suasana di ruangan itu mendadak berubah. Semua orang, termasuk Karina dan Datuk Lebai Karat, menatap Andi dengan tatapan kebingungan yang sama. Tidak ada yang menyangka apa yang baru saja dikatakan pemuda itu.
Datuk Lebai Karat berjalan mendekat, matanya meneliti foto tersebut. Dia mengenali wajah Pitaloka dengan jelas, karena ia adalah putri Datuk Abu, salah satu wanita paling disegani di Kumayan sebelum kepergiannya yang misterius. Dengan suara pelan namun tegas, Datuk Lebai Karat berkata, "Ini… ini tidak mungkin. Bagaimana mungkin Pitaloka adalah ibumu, Andi? Pitaloka adalah ibu dari Key"
Karina, yang masih terkejut, menatap Andi dengan penuh pertanyaan. "Andi, kamu yakin?"
Andi mengangguk dengan polos. "Iya, Mak cik, Karina. Ibu sering bilang kalau dia dulu tinggal di sini sebelum pergi jauh. Tapi aku nggak tahu kalau namanya Pitaloka."
Humbalang mengerutkan kening, mencoba mencerna apa yang baru saja terjadi. "Andi, selama ini kau bilang ibumu bekerja di kota dan kau tidak banyak tahu tentang masa lalunya. Tapi bagaimana bisa—apakah ibumu pernah cerita lebih banyak?"
Andi menggeleng pelan. "Nggak banyak, pak tua Humbalang. Tapi aku ingat wajahnya, dan itu wajah yang sama di foto ini."
Suasana semakin hening, dan ketegangan di dalam ruangan perlahan memuncak. Jika Andi benar, berarti Pitaloka—yang dianggap hilang dan mungkin sudah tiada—masih hidup, dan dia adalah ibu dari Andi. Informasi ini mengubah segalanya, baik bagi keluarga Humbalang, maupun seluruh desa Kumayan.
Datuk Lebai Karat mengusap janggutnya, wajahnya menunjukkan tanda-tanda keraguan dan kewaspadaan. "Kalau benar ini Pitaloka, berarti ada lebih banyak misteri yang kita belum ketahui. Dan Andi… Andi bisa jadi kunci dari semuanya."
Semua orang terdiam, menatap satu sama lain dengan campuran kebingungan dan kewaspadaan. Di tengah keheningan itu, hanya suara napas Andi yang terdengar, tidak menyadari betapa besar pengungkapan yang baru saja dia lakukan.
Karina akhirnya memecah keheningan. "Kita perlu berbicara dengan Datuk Abu. Kalau Pitaloka masih hidup dan Andi adalah anaknya, ini bisa menjadi petunjuk yang selama ini kita cari."
Humbalang mengangguk pelan, mencoba menerima kenyataan baru ini. "Kita harus mencari tahu lebih banyak. Jika benar Pitaloka masih ada, dia mungkin menyimpan rahasia yang bisa menjelaskan semua kekacauan ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
7 Manusia Harimau New Generation : Kembali (Fan Fiction)
FanfictionSetelah mengalahkan Ratu Hang Ci Da dan pasukan silumannya, Key, Putra Alam, Alina, Sakti, dan Risa kembali ke Jakarta untuk melanjutkan kuliah. Memasuki semester 6, mereka memutuskan untuk menjalani KKN mandiri di Desa Kumayan, yang terkenal dengan...