Siapa Sosok Harum sebenarnya?

97 4 0
                                    

Key tiba di rumah dan menyapa ayahnya, Gumara Peto Alam, yang duduk di sofa ruang tamu sambil memeriksa tugas siswa, Key duduk di sebelah Gumara sambil meletakkan tas sandangnya di atas meja kaca mereka, Gumara sesekali melirik Key dan melepaskan kacamatanya sambil menutup laptopnya.

"Ada apa Key? Kok cemberut begitu?" tanya Gumara sambil mengucek matanya yang lelah akibat banyak melihat laptop. Key hanya menghela nafas singkat.

”Yah, aku bingung nih, rencananya key, Putra Alam, Sakti, Alina, Risa dan dua teman Alam namanya Andi dan Bayu akan mengadakan KKN mandiri di desa kumayan, kira-kira boleh gak, yah?" tanya balik Key sambil melipat kakinya di sofa dan menatap Gumara dengan pandangan berharap. Gumara terlihat serius mendengar perkataan Key lalu mengusap-usap rambutnya sendiri.

"Boleh saja sih, key. Ayah juga pernah mengajar di desa Kumayan, itu bagus sekalian kalian berempat belajar untuk meningkatkan kemampuan inyik dengan Ki Tunggal, kakekmu ataupun pak cikmu, bagus tuh, Key." Gumara tersenyum bangga dengan putri tunggalnya sambil mengelus rambut Key sementara Key tersenyum percaya diri.

“Ayah bangga kan sama Key? Harus dong, Key gitu loh, Key mau jadi inyik hebat dan kuat seperti ayah." Key mengambil permen di meja dan mengunyah permen itu.

"Tapi ingat, Key. Pergunakan dengan baik dan untuk hal baik, jangan gunakan inyik dalam darahmu untuk hal buruk, paham?" tanya Gumara mempertegas nasihatnya sementara Key hanya mengangguk mengiyakan sambil tertawa bersama dengan Gumara.

"Oh ya, yah. Key punya kawan, sebenarnya jawab Alam sih tapi dia juga ikut gabung sama kami untuk KKN, namanya Andi. Andi punya seorang ibu, namanya Harum, nah Harum itu berasal dari Kumayan, kira-kira ayah kenal gak sama ibunya si Andi?" tanya Key penuh penasaran seperti biasanya, Gumara terlihat serius dan bingung.

"Harum? kayaknya Ayah gak pernah dengar tentang Harum, bukan gimana sih, tapi mungkin ayah yang kurang memperhatikan masyarakat di sana mungkin." ujar Gumara tertawa kecil sedikit bingung.

“Jadi ayah gak tahu seseorang namanya Harum? Yaudah deh, yah." Key mengangguk.

"Jangan sedih gitu dong, nanti coba ayah tanya ke para datuk tentang Harum, lagian kamu kenapa sih selalu penasaran banget" ledek Gumara.

"Ih, ayah, apaan sih. Aku kan selalu penasaran begini karena ikut gen ayah, bagus dong anaknya ambisius dan selalu penasaran gini karena kita bisa belajar dari rasa penasaran kita." ujar Key dengan percaya diri. Gumara hanya tersenyum geli dan mengelus rambut putrinya. “Jadi kapan kalian antar surat , Key? Biar ayah kabari para Datuk sekalian?" tanya Gumara.

"Kemungkinan dalam minggu ini, yah. Sakti dan Alam yang bakal mengurus berkas dan surat-surat lah, kalau Key mah bagian acara, pokoknya ayah dan bunda tenang saja, Key dan teman-teman bakal melindungi Kumayan dan memajukan Kumayan dengan baik, gak bakal malu-maluin ayah deh." Gumara hanya tersenyum bangga dengan putri tunggalnya.

****

Di sisi lain, Alam baru kembali ke rumah setelah dari kampus, saat Alam sedang berjalan menuju kamarnya tiba-tiba humbalang yang merupakan ayah dari Alam memanggilnya.

“Lam, dari mana saja kau nak?” tanya Humbalang yang terlihat khawatir menghampiri Alam. “Kenapa pulang malam kau sekarang, lam? Khawatir ayah denganmu." sambungnya.

"Ayah, maaf Alam baru pulang sekarang soalnya Alam tadi kumpul dan diskusi bareng Key, Sakti, Alina dan teman lainnya tentang KKN di desa kumayan." ujar Alam sambil meletakkan tas ranselnya di atas sofa.

“Apalah gunanya handphone canggihmu itu kalau kau gak bisa kabari ayahmu ini, lam. Jangan buat ayahmu khawatir kayak gini, ibumu titipkan kau dengan ayah, apa kata ibumu kalau kau kenapa-kenapa, paham kau!" celetuk Alam dengan logat khas melayu tengah. Alam hanya tersenyum geli sambil menggaruk kepalanya.

"Bukan gitu, yah. Yaudah, Alam salah. Alam minta maaf ya, gaklah Alam mau buat ayah khawatir seperti ini." Perkataan Alam membuat Humbalang tertawa kecil sambil meninju dada Alam dengan candaan.

"Cem gitu lah, baru anak ayah, calon inyik kumayan yang hebat!" ujar Humbalang dengan bersorak gembira sambil menepuk-nepuk punggung Alam sementara Alam hanya tersenyum malu dengan pujian ayahnya.

"Oh ya, lam. Kapan mau antar surat kalian untuk KKN ke Kumayan?” tanya Humbalang yang berjalan ke dapur sambil mengambil air es di kulkas dan menyeruput dengan nikmat.

”Kemungkinan dalam minggu ini, yah. Oh ya yah, ayah tahu gak kawan alam yang sering datang ke rumah?" tanya Alam sambil menikmati kacang di dalam toples kaca di atas meja makan.

“Ya, ayah tahu. Siapa namanya itu? Oh ayah ingat, Bayu kan? Bayu dan Andi, emang kenapa?" tanya Humbalang penasaran.

"Jadi gini, yah. Si Andi ternyata ada keturunan Kumayan juga karena ibunya dari Kumayan juga, Alam juga kaget." Humbalang seketika terkejut dan tak sengaja menumpahkan airnya di gelas. “Serius kau, lam? Sempit ternyata dunia ini, dimano-mano jumpa semua. Tapi kok dia gak pernah bilang kalau ibunya dari Kumayan? Kasih tahu ayah, siapa nama ibunya? Bagus itu kalau kita kenal jadi silaturahmi sesama Kumayan, kan?" ucap Humbalang dengan antusias diiringi rasa keterkejutan.

“Bentar yah, Alam pikirkan dulu. Oh, kalau gak salah, Harum. Nama ibunya si Andi adalah Harum, yah." Alam menatap Humbalang dengan antusias dan bersemangat semoga saja Humbalang mengenal sosok Harum dan Humbalang terdiam sejenak dan mencoba mengingat sosok Harum di desa kumayan sebelum menjawab,“Harum, ya? Tak ado lah nama Harum di Kumayan, lam. Gak pernah aku dengar nama itu, nanti salah dengar kau."

“Tak, yah. Gak mungkin Alam salah dengar, ayah kan udah lama gak ke Kumayan, mungkin ayah lupa barangkali." bantah Alam.

“Yang aneh lah kau, lam. Kau pikir ayahmu pikun? Belum tua aku, masih beda tipis umur kita ini, cem mananya kau.” Alam hanya tertawa mendengar perkataan ayahnya sebelum menjawab,“Bukan gitu, yah. Gak mungkinlah Alam bilang cem tuh ke Ayah, tapi Alam punya insting kalau si Andi tak lah bohong ke kami semua."

"Begini saja, lain kali, kau bawa si Andi itu biar ayah yang tanya sendiri tentang ibunya.” Alam hanya tersenyum dan tertawa melihat respon Humbalang.

7 Manusia Harimau New Generation : Kembali (Fan Fiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang