Di dalam hutan yang semakin gelap, Pitaloka atau Harum, yang kini telah mengingat siapa dirinya, terus berjalan dengan tuntunan Harimau Putih yang menjulang di sampingnya. Hembusan angin malam membuat rambutnya berkibar, tapi dia tetap melangkah dengan keyakinan. Harimau Putih itu melangkah tenang, namun sigap, menandakan kepercayaan yang tak tergoyahkan.
Pitaloka mempercepat langkah, semakin dekat dengan tujuannya: Kumayan. Namun tiba-tiba, Harimau Putih berhenti, mengeluarkan suara geraman rendah. Pitaloka merasakan ada sesuatu yang tidak beres.
Di kejauhan, bayangan hitam yang lebih gelap dari malam muncul perlahan dari antara pepohonan. Sosok itu semakin mendekat, dan kini terlihat jelas—seekor Macan Kumbang Hitam, besar dan mengintimidasi, muncul di hadapan mereka, menatap Pitaloka dengan sorot mata yang penuh dendam.
Pitaloka terhenti, merasakan bahaya yang luar biasa dari sosok itu. Meski belum sepenuhnya menyadari siapa makhluk itu, nalurinya memberitahukan bahwa dia harus lari. Namun sebelum bisa bertindak, Macan Kumbang Hitam itu mengeluarkan raungan rendah yang menggema di seluruh hutan.
Harimau Putih segera memberi isyarat dengan geraman lembut, seolah berkata kepada Pitaloka untuk pergi. Pitaloka, meskipun ingin tinggal dan bertarung, mengerti isyarat tersebut. Harimau Putih itu adalah pelindungnya, dan pertarungan ini bukan miliknya untuk saat ini.
“Lari,” gumamnya kepada dirinya sendiri, sebelum akhirnya berbalik dan mulai berlari menjauh, meninggalkan Harimau Putih untuk menghadapi musuhnya.
Sementara itu, Harimau Putih dan Macan Kumbang Hitam saling berhadapan, kedua siluman ini tahu betul bahwa pertarungan ini akan menentukan nasib Pitaloka. Tidak ada lagi waktu untuk negosiasi atau peringatan.
Macan Kumbang Hitam yang tak lain adalah Bisma, menggeram marah. Tubuhnya besar dan kekar, penuh dengan aura kelam yang mengancam. Dia melompat ke arah Harimau Putih dengan kecepatan yang luar biasa, cakar hitamnya siap menghantam.
Namun, Harimau Putih tidak kalah cepat. Dengan gesit, ia menangkis serangan itu dan membalas dengan pukulan cakarnya yang kuat. Dua sosok raksasa ini saling beradu di tengah hutan yang gelap, pohon-pohon berguncang dan tanah di bawah mereka retak akibat kekuatan luar biasa yang mereka keluarkan.
Bisma, yang masih berada dalam wujud Macan Kumbang, tidak peduli lagi tentang misi awalnya. Kemarahannya yang membara membuatnya lebih berbahaya. "Kau pikir bisa melindunginya dari aku?" Bisma bergumam dalam hati dengan suara batinnya yang penuh kebencian.
Namun, Harimau Putih tidak gentar. Ia adalah sosok pelindung Kumayan, dan tak akan membiarkan Pitaloka jatuh ke tangan kegelapan. Dengan raungan kuat, Harimau Putih melompat tinggi dan menghantamkan cakarnya ke tubuh Bisma, memaksa Macan Kumbang Hitam itu mundur beberapa langkah.
Di kejauhan, Pitaloka yang berlari dengan nafas terengah mendengar suara pertarungan tersebut. Sesaat ia ingin berbalik, namun ia tahu bahwa sekarang ia harus melarikan diri. Harimau Putih sedang mempertaruhkan nyawanya untuknya.
Pertarungan di antara dua siluman ini terus memanas. Macan Kumbang menyerang dengan brutal, setiap gerakannya penuh dengan niat membunuh, sementara Harimau Putih tetap bertahan, berusaha mempertahankan Pitaloka sejauh mungkin dari tangan Bisma. Meski Harimau Putih terluka oleh beberapa cakar Bisma, ia tetap berdiri tegak, tidak menunjukkan tanda-tanda menyerah.
Akhirnya, Harimau Putih berhasil menjebak Macan Kumbang dengan gerakan cerdik, mengunci lawannya dengan cakarnya di tanah. "Ini bukan tempatmu!" raung Harimau Putih dalam batinnya, penuh otoritas dan kekuatan.
Sementara itu, Pitaloka terus berlari, berharap bisa segera sampai ke Kumayan, di mana rahasia hidupnya akan terungkap lebih jelas. Namun, di sudut hatinya, ia tahu bahwa pertarungan antara dua siluman itu adalah bagian dari takdir yang tak bisa ia hindari.
KAMU SEDANG MEMBACA
7 Manusia Harimau New Generation : Kembali (Fan Fiction)
Hayran KurguSetelah mengalahkan Ratu Hang Ci Da dan pasukan silumannya, Key, Putra Alam, Alina, Sakti, dan Risa kembali ke Jakarta untuk melanjutkan kuliah. Memasuki semester 6, mereka memutuskan untuk menjalani KKN mandiri di Desa Kumayan, yang terkenal dengan...