Seperti perasaan sebagai seorang teman pada umumnya,kini Laila tak berhenti terus merasa bersalah atas kejadian waktu semalam.
Kedua kelopak matanya memerah sedangkan yang berhadapan menatapnya dengan tatapan datar dan malasnya.
"Kalau waktu bisa gue ulang bahkan di celupin gue gak mau lagi ngajakin lo keluar malem."Ucap Laila dengan suara sedikit tertahan.
Alsha hanya berdecak keras sebagai tanggapan dari perkataan Laila.
Tapi masih sempet saja dia melucu.....
"Nyesel gue Sha.Maaf ya Sha karena ulah gue muka lo jadi babak belur kaya gini."Mimik wajahnya kentara sekali jika Laila merasa sangat bersalah.
"Gue semaleman gak bisa tidur mikirin keadaan lo Sha apalagi liat muka pacar lo marah pas kemarin serem banget.Lo ko bisasi tahan sama Alvaro,kalau gue jadi lo pasti sering ngerasa takut di keadaan tertentu,kaya kemaren contohnya.""Sekali lagi maafin gue ya Sha."
Alsha sedikit mengubah posisi bersandarnya pada dasboard ranjang, menyamankan tubuhnya yang sedikit lelah.
"Udah gak usah ngerasa bersalah ke gue,ini bukan salah lo La.Gue kaya gini bukan karena lo ataupun siapa.Gue sama Alvaro emang sama-sama emosi,terus gue nya juga tolol gak ngerti situasi."
"Rahang lo masih sakit engga?mata lo juga masih nyeri engga?itu pasti sakit banget ya Sha.Maaf ya Sha."Laila sedikit ngilu melihat lebam hijau sedikit keabuan yang tercetak jelas di pinggiran rahang bawah telinga sedikit kearah dagu dan ujung sudut mata kiri Alsha yang warnanya sama persis seperti yang tercetak di rahang kiri Alsha.Hanya saja ukurannya sedikit lebih kecil.
"Yaelah pake nanya.Sakit lah La apalagi kerasanya baru sekarang cuma gak sesakit pas pagi."
"Gue tadi di alpain ya?"Tanya Alsha ingin tahu karena dia tidak memberikan keterangan apapun kepada teman atau gurunya bahkan Laila.
Laila menggeleng pelan"Engga,gue bikinin lo surat sakit."
Alsha tersenyum tipis dan memberikan satu jempol kanannya kepada Laila.
"Gimana lo pas semalem La dianterin sampe rumahkan sama si Aciel."Laila sedikit menggeser posisi duduk silanya sebelum menjawab "Iya.Cuma gue suruh sampe gang doang.Berabe kalau keliatan mama gue nanti ngiranya kita bohongin mama gue pura-pura nemenin lo,terus ngiranya biar bisa main sama cowok."
Alsha mengangguk mengerti.
"Gue terus nelponin lo Sha tapi gak pernah lo angkat sekalipun.Gue takut lo diapa-apain sama pacar lo apalagi lo pernah bilang kalau pacar lo itu toxic pas kita lagi ganti baju olahraga di kamar mandi."
Ah.Alsha masih mengingatnya percakapan dia dan Laila saat itu di dalam kamar mandi.
"Mana sempet gue angkat telpon La sedangkan gue aja kewalahan ngelindungi diri sendiri."
"Ada yang nolongin ga Sha.Suara berantem kalian kedengaran pasti nya sampe luar."
Ucapan Laila membuat Alsha terdiam ia mengingat bagaimana malam itu bersama Alvaro saling beradu mulut.
Ctakk!
Alvaro mengunci pintu kontrakan Alsha agar tidak mudah di buka oleh orang dari luar karena sepertinya malam ini akan ada pertengkaran memakan waktu panjang untuk mereka.
Alvaro sedikit berjalan dengan cepat ketika melihat Alsha membanting pintu kamarnya dan menguncinya di dalam.
"Buka pintunya Alsha,banyak yang harus kita bahas."
Tidak ada sahutan meskipun Alvaro menggedor pintu sedikit pelan karena takut ada yang mendengar dan salah paham.
"Buka anjing jangan bikin keributan di tempat orang lain."Alvaro terus menggedor pintu kamar Alsha tapi tidak begitu keras.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALVARO {On Going}
Teen Fiction"WARNING" ⚠️ MENGANDUNG KATA KASAR DAN ADEGAN KEKERASAN ⚠️ Rasanya Alsha ingin berteriak bagaimana kasarnya Alvaro ketika marah. Dimata teman-teman Alvaro dirinyalah yang terlihat seperti penjahat. Alvaro yang tempramental dan Alsha yang tidak mau k...