DUA

297 32 3
                                    

🌷🌷🌷

Sebelum baca, tekan tombol vote dulu, yuk!

Jangan lupa ramaikan komentar🔥

Happy Reading🌷

"TOLE!! LO KEMAREN DI DEPAN TOKO RISOL SAMA SIAPA WOY!!!"

"OH IYA, GUE BARU INGET!!"

Suara dari kedua manusia-pelakunya adalah Reo dan Nale-yang memekik setelah bel istirahat baru saja berbunyi. Mereka langsung menghampiri meja Hael, lengkap dengan properti tentunya.

"Sama siapa emang?" Juan bertanya sambil membuka kotak makan berisi nasi goreng buatan salah satu pacarnya.

"Gak tau, lah! Makanya gue nanya."

"Woi, Tole!" Arka turut menggoyangkan badan Hael yang tengah tertidur di meja dengan kepala menunduk ke silangan tangannya.

"BANGUN GAK, LO?!!" Reo mulai frustasi, mengangkat sapu yang dibawanya.

"Set! Tenang, Bro. Gak usah bawa sapu juga, kali!" ujar Alion Chandrakuma Wijaya Lorenzo Hadiningrat, dari kelas XI IPA 1. Lima lainnya yaitu Hael, Nale, Juan, Arka dan Reo lebih memilih masuk IPS karena memandang IPA itu ribet.

Berbanding balik, Alion dan Jaya-Farez Anjaya Sunggana, bespren forever Alion-lebih memilih IPA. Suka dengan tantangan katanya. Namun, andalan Jaya hanya Alion. Otaknya yang pas-pasan terus dipaksa kerja karena masuk IPA, Jaya memang tidak seperti Alion yang kelewat produktif dan cerdas.

"Apaan, sih? Ganggu orang aja." Hael mendecak sebal. "Ngefans lo pada?" tanyanya kelewat percaya diri.

"Najis." Arka menampol kepala salah satu sahabatnya itu dengan kencang.

"LO DIPINGGIR TOKO RISOL KEMAREN SAMA SIAPA, TOLE?!!" Jika setiap dialog Reo selalu capslock, jangan heran. Kenyataannya memang Reo ini tipikal manusia ngegas. Gatau kenapa, PMS kali.

"Iya, woi! Nggak sempet gue foto sih, kemarin!" Nale histeris.

"Apaan?" Otak Hael ngeblank sejenak. Lalu teringat peristiwa sendal copot dan perempuan yang sempat ditolongnya. "Oalah itu, gue cuma nolongin."

"BOONG HALAH BOONG!!!" Bisa ditebak ini dialog siapa? Ya, jelas Reo.

"Kalo cewenya cakep, gak bakalan mau sama Bang Tole." Ali tertawa terbahak, lebih mirip suara lumba-lumba. Disusul dengan tawa menggelegar dari keenam manusia yang sedang nimbrung disana.

"Betul, tuh! Pasti maunya yang kaya gue." Jaya menyugar rambut hitam pekatnya kebelakang. Menambah aura JEDUAR dari laki-laki bertubuh jangkung itu.

"Jijik, deh." Juan menampakkan ekspresi jijiknya pada Jaya. Dibalas lirikan maut dari maknae diantara mereka, Jaya. "Diem lo tutup balsem!"

"Apaan, sisik dugong!"

"Bek tu topik plis. HAEL KEMAREN LO SAMA SIAPA, WOI!!!" Reo kembali bertanya ngegas. Kalau di pilem-pilem, mungkin sudah ada api berkobar disekeliling Reo dengan tanduk dikepala dan asap keluar dari hidungnya.

"Gue cuma nolongin. Namanya punya rasa kemanusiaan," balas Hael setengah sadar karena kondisi dirinya yang ngantukan, maka memanfaatkan waktu dengan cara tidur.

"Kehewanan aja gapunya, dih." Jaya mencibir.

"Kok lo pinjemin jaket, hayo!!" Nale memanasi suasana dengan menunjuk-nunjuk Hael. Berniat membuat risih si Tole

"Kita lihat kebenarannya besok."

🌷

Hael berjalan dengan menyeret kakinya, mengarah ke bangunan mewah bertingkat tiga di depannya yang tak lain adalah rumahnya. Matanya masih setengah terbuka karena efek mengantuk. Baru bangun tidur dikelas juga.

Semesta untuk Hael [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang