TIGA BELAS

145 19 0
                                    

🌷🌷🌷

sebelum baca, tekan tombol vote dulu~

komennya jugaa jangan lupa🌷

Happy Reading!🌷

"HAELLLL KABAR LO GIMANAA??!!!"

"TOLE KESAYANGAN GUA!!"

"TRAKTIR GUE BAKSO DONG, BANG!"

Hael yang baru saja sampai di pekarangan rumah Alion langsung disambut histeris oleh Jaya, Nale dan Juan. Mereka langsung berlari menuju Hael, dan mengajaknya untuk gabung di halaman lebar sebelah kanan dari rumah Alion.

"Bakar-bakar, Bos. Udah lama kita nggak gini." Arka memberikan satu tusuk sosis super jumbo ke Hael. Bukannya langsung menerima, justru Hael malah tertawa pelan.

"Kenapa? Lo ngetawain kita?" Reo menebak akibat Hael berekspresi seperti menahan tawa.

"Enggak kok. Gue cuma ngetawain diri sendiri," balas Hael.

"Lo kalo ada apa-apa bilang, Hael. Kita juga bisa jadi rumah lo." Alion mendekat, menepuk pundak Hael untuk menenangkan. "Lo jangan selalu sepelein diri lo sendiri, jangan pernah munafik sama diri sendiri, Hael. Lo juga bisa capek."

"Lo kenapa jadi dramatis gini, Al?" Hael bertanya.

"Lah lo, kenapa ngetawain diri sediri?"

"Gue ketawa karena tadi, gue diburu-buru suruh pake jas, eh taunya malah cuma bakar-bakar." Hael tertawa kencang. "Gue sendiri anjir, yang formal."

"Lah iya juga tuh, pinjem baju punya Alion sana." Nale berujar.

"Kita dosa gak, sih, boongin Om John?" Jaya bertanya random.

"Nggak sih, kalo menurut gue. Emangnya lo tega liat Hael mati dikurung di gudang engap gitu?" balas Juan.

"Udah-udah, baju gue ada disini kan, Al?" tanya Hael pada si tuan rumah.

Alion mengangguk. "Ada, yuk masuk."

"Tunggu." Suara Arka berhasil menghentikan langkah Alion dan Hael. "Bukannya bajunya Hael yang disini gak ada yang waras?"

"Kata siapa, anjil. Udah lo diem aja." Alion kembali mengajak Hael berjalan masuk. Lima orang yang tersisa disana, melanjutkan kembali kegiatan mereka sambil menunggu Alion dan Hael kembali. Tetapi, satu diantara mereka tampak ragu-ragu.

"Gue gak yakin sama Ali," ujar Arka.

"Aelah, sans aja kali, Ka. Hael gak bakalan dibunuh juga sama Ali." Juan menyahut membalas ucapan temannya itu.

___💫___

Kotak musik yang diletakkannya diatas nakas, yang berada tepat disamping tempat tidurnya itu Acel ambil. Benda ini sudah sangat lama dirinya simpan. Pemberian dari seseorang yang dulu sangat menyayangi dirinya seperti anak sendiri.

Acel memutar kunci kotak musik tersebut, perlahan agar tidak rusak. Karena umurnya juga yang sudah lama, Acel tidak berani memutarnya terlalu kuat.

Semesta untuk Hael [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang