DUA PULUH TIGA

83 13 0
                                    

🌷🌷🌷

sebelum baca, tekan tombol vote duluu

komennya juga jangan lupa yaa!

Happy Reading 🌷

Alta pula tidak yakin dengan rencana gilanya ini, tetapi dirinya penasaran tentang hal apa yang membuat Johnny memanggilnya keruangan. Ah, maksudnya Hael, Johnny bahkan tidak akan membiarkan seorang Alta masuk kedalam ruangannya itu.

Seano berjalan dibelakang Alta, tanpa suara seperti halnya Alta adalah Hael. Sesampainya di pintu ruangan pribadi Johnny, Alta menengok pada Seano untuk memastikan. Adik tirinya itu mengangguk.

Knop pintu dibuka oleh Alta yang tengah memainkan peran Hael. Sebisa mungkin dirinya memasang raut sedikit hangat seperti Hael. Jika boleh jujur, dirinya sangat ingin melempar meja ke kepala Johnny.

"Duduk, Papa mau ngomong." Johnny memberikan instruksi pada kedua anak laki-lakinya. Keduanya menurut, mereka duduk di bangku yang bersebelahan dan menghadap ke Johnny yang sibuk membereskan mejanya.

Alta tidak sama sekali menengok pada Seano, sebagaimana Hael tentunya. Dirinya memandangi ruang pribadi Johnny yang begitu luas dan rapi, sebelumnya Alta belum pernah masuk ke ruangan ini.

"Jadi, Papa mau diskusikan tentang penerus perusahaan Papa." Johnny mulai bicara. "Diantara kalian berdua."

"Papa harap, kalian bisa akur dan menjaga kedekatan untuk kedepannya. Terlebih Hael, kamu harus bisa berinteraksi layaknya adik dan kakak dengan Seano," ujar Johnny tidak menerima penolakan. "Jangan semakin menyusahkan, kamu sebaiknya turuti apa saja kata Papa. Terlebih kepribadian gandamu yang gila itu."

Hael menatap meja besar ayahnya itu dengan tatapan kosong, dia mendengarkan semua perkataan Johnny, dia mencernanya dengan baik. Ternyata memang Alta se-dibenci itu oleh ayahnya sendiri.

"Penerus perusahaan Papa, akan Papa berikan ke Sean," ujar Johnny tiba-tiba.

Alta langsung menaikkan pandangannya dan berdiri. Dia terkejut dengan apa yang Johnny katakan. "Pa? Bukannya seharusnya Hael yang meneruskan? Hael itu anak kandung Papa dan anak pertama." Alta berujar.

Johnny melemparkan kertas tebal berkasnya ke wajah Alta, kertas itu berserakan akibat Johnny.

"Maksud kamu, Seano tidak pantas untuk jadi penerus?!" bentak Johnny marah.

"Lebih adil kalau Hael yang dapat posisi itu."

"Sean juga ... Belum bisa untuk handle perusahaan, kalau Aa Ael kan lebih bisa dari Sean."

"JANGAN IKUT-IKUT, SEANO! DAN UNTUK KAMU, BERHENTI MENYALAHKAN KEPUTUSAN SAYA, DASAR SAMPAH!!" Johnny menunjuk Alta marah. Membuat laki-laki itu beranjak dari duduknya, kemudian pergi keluar ruangan tanpa mengucapkan sepatah kata-pun.

Alta berjalan ke ruangannya. Seseorang yang sedang emosi sebaiknya tidak berbicara pada siapapun. Begitu pula yang dilakukan Alta, dirinya langsung keluar karena tidak ingin tersulut emosi dengan perkataan Johnny, terlebih saat ini dirinya masih berlindung dibalik karakter Hael.

Alta masuk kedalam kamar hanya untuk mengambil ponsel. Kemudian turun menuju taman belakang, berharap emosinya dapat mereda.

Dirinya duduk di kursi panjang disana, lampu taman belakang menghiasi tempat tersebut. "Bisa-bisanya Hael yang anak kandung malah dianak-tirikan. Dasar orang gila."

Semesta untuk Hael [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang