DUA PULUH EMPAT

71 6 0
                                    

🌷🌷🌷

sebelum baca, tekan tombol vote duluu

komennya juga jangan lupa <3

Happy Reading🌷

Seisi pikiran Acel tengah kalut, tiba-tiba semalam Alta datang dan menceritakan hal yang sebenarnya terjadi dengan dirinya dan Hael. Acel turut merasa pilu dengan kejadian itu, ditambah Hael dan Alta tampak sangat mempercayakan untuk bicara demikian dengan dirinya.

Malam itu, Acel tidak dapat berkata apapun lagi, lidahnya terlalu kelu, hatinya pula belum merasa tenang. Semua kejadian datang dengan tiba-tiba, tanpa gadis itu inginkan.

Pundaknya membawa tas berwarna abu, pandangannya masih menunduk dengan pikiran yang entah menjuru kemana. Disaat banyak masalah seperti ini, Riri yang selalu ada dan membantu dirinya mencari jalan keluar.

Berulang kali gadis itu merasa putus asa. Pundak kecilnya lelah, dia membutuhkan dekap hangat dari orang tuanya, yang sayangnya sudah tidak lagi berada disini.

Hendak menaiki anak tangga pertama, kakinya sedikit gemetaran dan sakit. Gadis itu menyangga pada pegangan yang berada diujung tangga, berusaha menstabilkan tubuhnya.

Grep

Posisi tubuhnya yang hampir terjatuh langsung ditahan oleh tangan besar seseorang. Acel menengok, Javier sedang menatap datar kearahnya.

"Hati-hati kalo naik tangga."

"Makasih." Acel berusaha melepaskan tangan Javier dari lengannya. Laki-laki itu pula menurut. Langkah gadis itu sedikit tertatih di tangga, kesusahan untuk berjalan.

"Nanti kerumah gue, gak ada alasan buat nggak dateng," final Javier mendahului Acella berjalan. Terlihat Javier sudah sampai diatas dengan cepat, tetapi beberapa detik kemudian, laki-laki itu kembali menghampiri dirinya.

Lengan Acel dipegangnya, membantu gadis itu berjalan. Menurut Acel, ini justru mengerikan dan mencurigakan. Pasti ada sesuatu diatas sana yang membuat Javier bersikap seperti ini.

"Sayang, bisa jalan? Mau aku anter ke kelas?" Tiba-tiba Javier berujar demikian, Acel tampak sangat terkejut menatap seseorang didepannya yang bertingkah berbeda dari biasanya.

Gadis itu mengalihkan perhatian, tampak beberapa siswa memandangi dirinya dan Javier yang baru saja selesai menaiki tangga. Bukan, sebenarnya atensi Acel lebih tertuju pada Alta yang memandang bingung dirinya, bersama gadis didepan Alta, mirip dengan ..., Tanula?

Mata Acel sedikit terbelalak, mengingat ingat mengapa Tanula bisa disini. Dua detik kemudian, tangannya ditarik menjauh dan mulai mengingat bahwa Tanula sudah mulai bersekolah disini.

Sisi lain, Althario Gentala hanya bisa terdiam menutup keterkejutannya. Waktu masih pagi, tetapi semua ini cukup mengejutkan dirinya yang baru saja menggantikan posisi Hael.

"Hael!"

Alta yang belum sadar jika nama 'Hael' dipanggil, hanya memandang datar sembari berjalan menuju ke gedung sekolah.

"Hael, aku panggil kok gak nyaut, sih!" Tiba-tiba gadis yang tadi memanggilnya, mendekati Alta dengan wajah tertekuk.

"Maaf, lo siapa?" tanya Alta dengan sopan.

"Ih, Hael! Candaannya gak lucu tau! Aku marah!!" Tanula tiba-tiba melipat tangannya di depan dada dengan wajah jengkel.

Alta mengendikkan bahunya, "Terserah." Laki-laki itu kemudian lanjut melangkah, hendak meninggalkan gadis asing yang sepertinya pernah dirinya temui.

"Ish! Hael!" Tanula menarik kuat tangan Alta, beberapa atensi teralihkan pada mereka. Alta yang takut salah dalam menyikapi, ikut-ikut saja kemana tempat yang dimaksud perempuan ini.

Tanula menarik tangannya hingga ke lantai dua sekolah mereka, tepat didepan tangga. Mereka berbincang beberapa saat dan Tanula menjelaskan semua—tentu disertakan bumbu kebohongan.

"Acel sama siapa?" tanya Alta tanpa sadar, namun tatapannya masih senantiasa datar.

Ide cemerlang terlintas di benak Tanula. "Ah, itu pasti pacarnya Acel! Liat aja tadi mereka manggilnya sayang-sayangan. Gak nyangka ada yang mau sama Acel." Tanula tertawa kecil.

Melihat lawan bicaranya terlihat serius, Tanula menghentikan tertawanya dan merasa Alta sedikit tersulut emosi.

"Hael, kamu kenapa, sih? Kamu suka sama Acel, ya? Kok dia gandengan gitu kamu yang kepanasan," ceplos Tanula dengan nada merocos.

"Iya, gue suka dia." Tanpa sepatah kata lagi, Alta pergi meninggalkan Tanula tanpa sadar. Dirinya mengikuti kemana perginya Acel bersama laki-laki yang dirinya terka adalah anak baru itu.

Tanula yang kebingungan harus melakukan apa, pun mencari cara bagaimana dirinya bisa mengejar Alta. Dia mendapati seorang laki-laki yang fisiknya lumayan. Tanula langsung berlari dan dengan sengaja menabrak laki-laki itu.

Bukan Tanula jika tidak disertai drama, dia bahkan pura-pura menangis dan terjatuh. Membuat laki-laki tadi kebingungan dan mau tidak mau, harus membantu gadis itu berdiri.

Beberapa orang disana tidak memperhatikan Tanula tadi, mereka sibuk dengan kegiatannya masing-masing dan malah gadis itu menciptakan keributan.

"Lo gak papa? Maaf, gue gak sengaja nabrak tadi," ujar laki-laki yang ditabraknya tadi.

Tanula dengan mengusap air matanya kemudian berdiri. "A-aku anak baru, belum tau dimana ruang kepsek."

"Mau gue anterin?" tawar laki-laki itu.

"Eng—enggak usah. Tapi kalo kakak maksain sih aku mau, ayok." Tanula tiba-tiba menarik tangan laki-laki itu tanpa berpikir ulang. Tidak dipungkiri jika sebenarnya laki-laki asing yang Tanula tarik tangannya ini, merasa risih. Tetapi dirinya juga yang menawarkan, mau tidak mau harus membantu gadis itu mencari ruangan kepala sekolah.

Tanula dengan antusias berjalan dan mengajak laki-laki itu berbicara, entah apa yang ada di pikiran gadis itu, apakah dia tidak merasa jika seisi sekolah sedang menatap aneh mereka berdua?

"Ruang kepsek-nya disitu, lo kesana aja sendiri," ujar laki-laki jangkung tersebut.

"Ish, ayo temenin aku, dong!" Tanula menarik-narik tangan Nale lumayan kuat, mau menolak pula Nale merasa tidak enak.

"Woi, ganjen! Apa-apaan lo narik calon pacar gue, hah?!" seru seorang gadis didepan keramaian dengan lantang, siapa mereka? Tentu para fans seorang Naleza Abintara.

Tanula menghentakkan kakinya kesal, membuat semua yang melihat dirinya justru merasa risih.

"Pick me banget, anjir!"

Ditengah keributan itu, Nale mencari aman saja. Dia langsung berlari dibalik kerumunan para siswi yang sedang war. Entah apa yang terjadi pada Tanula selanjutnya, Nale sudah trauma bertemu gadis itu.

_💫_

Tanula : l nya licik

modelan dia enaknya diapain?

tbc. see uu next part, Staryn! ⭐
🌷plower

Semesta untuk Hael [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang