EMPAT BELAS

127 15 0
                                    

🌷🌷🌷

sebelum baca, tekan vote duluu~

komennya juga jangan lupaa🌷

Happy Reading🌷

"Kenapa Bunda gak pernah bilang sama Nale, kalo Bunda juga Mamanya Hael?" Pintu baru saja terbuka dan menampakkan Nale bersama Juan yang baru saja pulang. Tania yang baru saja ingin menyambut kedatangan anaknya itu seketika terpatung.

"Kenapa Bunda buat seolah Nale itu jahat?"

"Kalo Hael tau, dia pasti kecewa, Bun." Mata Nale memerah, menatap kecewa pada bundanya. "Bahkan Nale udah anggap Bunda lebih dari seorang Ibu tiri. Tapi ternyata, Bunda juga punya anak yang bahkan masih butuh peran Bunda disampingnya."

"Bunda tau? Hael bener-bener rapuh sekarang, mentalnya hancur, Bun. Nale gak mau tambahin lukanya Hael."

"Maaf, Nak. Tapi sebenarnya, Bunda udah lupain semua hal yang berkaitan sama masa lalunya keluarga bunda yang dulu."

"Bunda gak seharusnya gini ..."

"Tapi Nale, Bunda masih ada komunikasi dengan Hael, bukan berarti bunda lepas komunikasi gitu aja," jawab bundanya.

"Tapi bunda bilang kalo sekarang, bunda ada di luar negri." Nale menyela. "Nale gak mau pertemanan kita rusak karena ini, Nale juga gak mau pisah sama Bunda ..."

"Nal, udah." Juan bersuara dari belakangnya, menghentikan percakapan sepasang ibu dan anak itu. Dia menarik lengan Nale, berniat mengajaknya pergi. "Izin kerumah Juan ya, Bun."

Selepas mendapat izin dari Tania, mereka berdua berjalan keluar rumah Nale, lalu lanjut ke rumah di seberang. Rumah milik Juan. Sepupu dari Nale itu hanya takut jika sampai Nale lepas kendali. Juan tahu, dia amat sangat kecewa karena Bundanya.

Juan mengajak Nale ke ruang bermain game miliknya. Langsung mengajak Nale duduk di sofa agar rebih tenang.

"Lo kagetin Tante."

"Gue lebih kaget, Juan."

"Darimana lo bisa tau kalo Bunda lo, ternyata Mamanya Hael?" tanya Juan memulai pembicaraan.

Nale terdiam sejenak, mengingat-ingat. "Berkali-kali gue liat. Gue kira juga, cuma kebetulan. Ternyata enggak."

"Satu buktinya apa? Ceritain coba, gue pengen denger."

"Lo inget sapu tangan yang pernah gue ceritain?" tanya Nale

Juan mengangguk.

"Sapu tangan itu ada jahitan nama Hael. Lo pasti tau, hal apa yang pertama gue tebak, kan?" Nale menjeda kalimatnya. "Gue kemarin sempet pergokin Bunda liat foto anak kecil. Ternyata bener ... Fotonya Hael."

"Lah tadi, kata bunda lo?"

"Dia bilang udah lupain semua hal yang berkaitan sama masa lalunya, kan? Tapi bahkan, baru kemarin bunda liatin fotonya Hael. Apa bunda ngomong yang sebenernya?"

Juan mengangguk paham. "Keputusan lo sekarang, gimana?"

Nale justru mengendikkan bahu, dirinya pula kebingungan dengan masalah ini. "Gue ikut jalannya." Laki-laki itu menghembuskan nafasnya lelah. "Tapi yang pasti, rahasiain dulu semuanya dari temen-temen yang lain. Jangan sampe mereka tau, apalagi Hael."

"Gue nginep rumah lo, ya? Males balik." Nale mengalihkan pembicaraan.

"Nginep tinggal nginep juga, ngapain segala izin, kaya siapa aja," balas Juan sambil tersenyum tengil.

Semesta untuk Hael [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang