TUJUH

161 20 3
                                    

🌷🌷🌷

sebelum baca, tekan tombol vote dulu, okei?

komennya jangan lupa🔥

Happy Reading🌷

"Lo kenapa bisa disini? Katanya abis jatoh." Alta bertanya pada Acel yang saat ini sedang menyesap teh hangat yang diberikan ibu panti. Wanita paruh baya itu tengah mengurus beberapa hal didalam, sekalian memberi waktu untuk ketiga remaja yang dulunya teman kecil ini mengobrol.

"Tau dari mana kalo gue jatoh?" Acel bertanya balik.

"Arka," jawab Alta singkat. "Harusnya gak usah dipaksain kalo emang gak bisa."

"Berisik deh, lo! Buktinya gue nggak papa, nih."

Satu orang diantara mereka, hanya bisa diam. Tidak tahu harus mencari topik apa untuk mencairkan suasana dengan kedua orang yang sudah terlihat akrab ini. Nula diam saja, bahkan tidak sama sekali mengangkat pandangannya.

"Oh iya, Nula, kabar lo gimana?" tanya Acel berusaha mengajak Nula untuk nimbrung. "Udah bertahun-tahun kayaknya gue nggak kesini."

"Baik." Nula tersenyum tipis membalas pertanyaan Acel dengan kalimat singkat. Sejujurnya, Tanula tidak nyaman dengan keberadaannya sekarang. Seharusnya Nula yang mengusulkan pada Hael untuk ke taman, menjadi kacau karena Acel datang.

Ibu panti kembali dengan salah satu muridnya yang membawa nampan berisi banyak roti. "Dimakan, ya. Maaf kalo jamuannya nggak spesial." Ibu panti kembali duduk dikursinya. "Oh iya, Ibu mau nyampein sesuatu."

"Sesuatu apa, Bu?" Alta bertanya.

"Tanula ini, masih seumuran kalian. Saya berniat memindahkan Tanula ke sekolah kalian, bisa tidak?"

"Ah, setau saya, biaya admini-"

"Hael bisa bantu bayar," sela Alta sebelum Acel sempat menyelesaikan kalimatnya.

"Kami juga akan berusaha buat bayar uang sekolah Nula, kok, A Hael tidak usah repot-repot. Saya sebenarnya cuma mau minta titip Nula saat di sekolah kalian, ya."

"Baik, Bu. Tanula kapan mau mulai sekolah disana?" Acel bertanya sopan.

"Hael bisa bantu, Bu. Mungkin nggak akan terlalu lama."

Acel menatap sinis kearah lelaki disampingnya ini. Iya, sipaling kaya, semua-semua dibayar Hael.

Ibu panti tersenyum, kemudian menjawab. "Nula akan mulai sekolah sekitar tiga hari lagi. Untuk urusan pendaftarannya, A Hael gak usah repot-repot urusin, kan kemarin ibu sudah bilang kalo Nula sudah daftar. Masa sudah lupa?" Ibu panti tertawa kecil, juga kedua manusia disana.

Alta yang tidak tahu harus menjawab apa, hanya tersenyum kaku karena tidak tahu akan hal ini. Juga kan, yang diberitahu Hael, bukan dirinya. "Ah iya, Hael baru inget."

"Nula, gue minta nomor lo, dong. Kita udah lama loh, nggak ketemu apalagi ngobrol."

Pembicaraan banyak hal dilanjutkan oleh mereka berempat-ah ralat, Nula menjadi mati topik karena kedatangan tamu beberapa saat lalu, yang saat ini tengah mengobrol hangat ke Hael dan Ibu pantinya, dengan sangat akrab tentu.

Semesta untuk Hael [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang