SEPULUH

122 14 0
                                    

🌷🌷🌷

sebelum baca, tekan tombol vote dulu🌷

komennya juga jangan lupa, ya🫰

Happy Reading 🌷

"Nih bocah kemana, ya? Tumben banget gue telfon nggak angkat." Arka bergumam sendiri di balkon kamarnya, memikirkan Hael ataupun Alta yang tidak mengangkat telfonnya sedari tadi.

"Oh iya, Alta seleb ..."

"Atau Joni udah apa-apain dia?" Pikiran Arka mulai tak karuan, dia takut jika Johnny menghukum anak kandungnya itu. Pasalnya, belakangan ini Alta sering dihukum karena memang dasarnya anak durhaka.

"Samperin kerumah sabi kali, ya."

Setelah membulatkan tekad, Arka bergegas mengambil jaketnya dan kunci motor. Lalu meminta izin dari orangtuanya.

Selepas memakai helm, Arka bergegas mengeluarkan motornya dari garasi dan keluar. Sebenarnya, jika dibandingkan, ukuran rumah Arka dari segi manapun tidak bisa menyaingi rumah Hael. Memang rumah Arka termasuk besar dan luas, tetapi rumah milik Hael jauh lebih besar lagi. Dan, jangan lupakan harta Johnny yang cukup hingga tujuh turunan lagi.

Dijalan komplek yang saat itu lumayan ramai, Arka menghentikan motor ninja hitam miliknya, dan turun untuk mengambil risol yang ia pesan tadi.

Tok tok tok

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam," balas orang yang didalam. "Arka mau ambil pesenan, ya?"

Arka mengangguk mengiyakan pertanyaan Riri. "Iya, Tante."

Saat itu juga, Acel datang dengan plastik besar berisi banyak kotak risol. Lalu memberikan salah satu plastiknya ke Arka.

"Ini uangnya, makasih."

"Oh iya, Arka mau kemana?" Riri bertanya membuka topik, membuat Acel yang tadinya hendak memakai sepatu menengokkan kepalanya.

"Arka mau kerumah temen, kenapa tan?" Arka bertanya balik.

"Ini, Cella mau anter makanan ketempat temennya. Mungkin aja kamu kenal, soalnya kan satu sekolah." Riri menjawab.

"Eh, nggak usah! Nggak usah repot-repot, Cella bisa sendiri kok!" tolak Acel.

Arka justru tersenyum melihat ekspresi Acel. "Rumahnya dimana? Arka bisa bantu anter, kok."

"Tempatnya Seano ya, Cel? Adik kelas Cella kayaknya," balas Riri tanpa menghiraukan keponakannya.

"Nggak usah, Tante! Acel bisa sendiri!"

"Arka bisa anterin, kok," sela Arka cepat. "Ayo berangkat. Seano adiknya Hael kan? Kebetulan gue mau kesana."

"Makasih ya, Arka," ujar Riri berterima kasih. Sedangkan Acel, seketika langsung badmood karena ulah Tantenya itu.

🌷🌷🌷

Dijalan, tidak sama sekali ada pembicaraan yang terdengar. Sampai pada depan gerbang rumah Hael, dia sudah mendapati Seano yang berdiri di teras dengan dua ponsel.

Semesta untuk Hael [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang