SEBELAS

127 13 0
                                    

🌷🌷🌷

sebelum baca, tekan tombol vote dulu ayoo

komentar tiap paragraf juga, yaa🫰

Happy Reading🌷

"Lo kemana aja, Lei? Gue bahkan hampir nyerah cariin lo."

"Gue minta maaf ya, Ael. Maaf karena udah pergi tanpa pamit ...."

Acel membukakan sebotol air mineral pada Hael. Dirinya kira, keadaan Hael selama bertahun-tahun tidak bertemu makin baik, tetapi ternyata sangat jauh dari ekspektasinya. Hael bahkan jauh lebih terluka.

"Nggak perlu minta maaf, ini bukan sama sekali salah lo." Hael berujar dengan suara pelan. "Tuhan sebaik itu, ya? Buktinya, kita bisa ketemu di waktu yang bener-bener pas."

Acel tidak lagi bisa menahan air matanya yang mendobrak keluar. Dia menangis. Antara bahagia kembali bertemu dengan sosok Hael, dan karena sedih melihat kondisi sahabat baiknya yang sangat jauh dari terakhir kali dia bertemu Alta.

"Selama ini, lo nggak baik-baik aja ya, El?" tanya Acel dengan kondisi setengah terisak.

"Jangan nangis, Lei." Hael hendak mengangkat tangannya untuk mengusap air mata sahabatnya, tetapi dirinya urungkan karena ingat tangannya yang sedang dirantai. "Gue nggak bisa hapus air mata lo, maaf."

"Jawab pertanyaan gue, jangan alihin pembicaraan, El."

"Gue baik, kok. Gak usah khawatir." Hael mengulas senyum tipis, meskipun seluruh tubuhnya diliputi rasa sakit.

Arka dan Seano hanya menyaksikan interaksi antara keduanya dari ambang pintu, tanpa bisa bereaksi apapun. Sementara satu orang penjaga kepercayaan Seano menjaga didepan pintu, sambil memantau situasi.

"Den, waktunya sudah habis. Lebih baik sekarang keluar, karena Pak Johnny kemungkinan tanya soal CCTV yang dimatikan."

"Iya Pak, sebentar." Seano melangkah maju kedalam gudang lebih jauh. Ternyata memang hawanya terasa lebih sesak, dan semakin mencekik. Hael menatap Seano yang berdiri di sampingnya dengan datar.

"Maaf, Cel. Waktunya udah abis."

Acel yang semula memberikan makanan pada Hael-pun berhenti. Sebelum beranjak, gadis itu menyempatkan tersenyum pada sahabat kecilnya. "Maaf, El. Gue nggak bisa lama-lama. Tapi, gue bakalan usahain buat bantu lo keluar dari sini."

"Gue pamit, ya."

Hael menatap punggung kedua orang itu yang menjauh. Lama kelamaan, pintu gudang kembali ditutup dan mereka keluar. Tersisa Hael dengan satu botol minuman dan roti kemasan. Matanya beralih menatap kedua tangan dan kakinya, semua terdapat bekas merah dan sedikit lecet.

"Ael nggak bisa ..."

🌧️🌧️🌧️

Ponsel yang Arka taruh di saku celananya bergetar, menandakan telpon masuk. Dirinya baru saja selesai mengantarkan Acel pulang kerumahnya. Dan saat ini, Arka sedang berdiri di sebelah motor ninja miliknya.

"Napa?" Arka bertanya ke seorang di seberang telpon sana, Juan si buaya tengah menelponnya.

"Kerumah Ali, sini. Ajakin Alta sekalian."

"Hael nggak bisa, dia lagi dihukum bokapnya," balas Arka. "Lagian gue males kalo nggak sama Tole."

"Dihukum paan? Dikunci seminggu?"

"Iya. Udah ya, gue mau pulang. Ini tadi abis ngecek Tole soalnya."

Tut

Telpon dimatikan Arka secara sepihak. Entahlah, dirinya merasa bad mood saat ini, tapi tidak jelas juga penyebabnya. Sejenak, Arka menatap helm full face yang dirinya taruh di jok motor besarnya. Disana terdapat tulisan namanya dan Hael, juga nama ayah masing-masing. Tidak ingat kapan, tapi yang jelas itu sudah lama.

Hael bin Johnny
Arka bin Atuy

"Bokap kok nyiksa, sinting."

Laki-laki itu pergi dari sana dengan motor ninja miliknya. Rute perjalanan Arka saat ini adalah rumah Alion.

Sepersekian menit dirinya melalui perjalanan,  sampailah di depan gerbang hitam tinggi menjulang rumah Alion. Security yang menjaga disana, yang juga sudah hafal dengan teman-teman Tuan muda mereka, pun membukakan gerbang untuk Arka masuk.

Selesai dengan urusan memarkirkan motornya, Arka berjalan kearah pintu utama rumah Alion. Para penjaga juga sudah tahu siapa saja orang yang diperbolehkan Alion untuk bebas berjalan-jalan dirumahnya, membiarkan Arka berlalu menuju kamar Tuan muda Alion Chandrakuma Lorenzo Hadiningrat.

"Gimana soal Hael?" Pertanyaan dari Nale, diberikan pada Arka saat dirinya baru saja memasuki kamar besar dan luas milik Alion. "Andaikan gue punya akses kesana, udah gue seret tuh bocah keluar."

"Kayak berani aja, lo," sahut Juan sambil menempeleng kepala sahabatnya itu.

Lain dengan hukum rumah Alion, dimana teman-temannya mempunyai akses untuk masuk ke rumahnya, sistem dirumah Hael tidak begitu. Terhitung baru dua kali mereka masuk kerumah Hael, itu pula saat Hari Raya Idul Fitri, setahun sekali. Semuanya, selain Arka, memang tidak diberikan izin untuk masuk ke rumah itu, entah apa maksud Johnny.

"Gue nggak abis pikir deh, sama bokapnya Tole. Masa Seano yang anak angkat disayang banget, terus Tole yang identitasnya jelas anak kandung malah dikacangin," timpal Reo dengan mulut pedasnya.

"Bener tuh, padahal Bang Tole juga nggak ngelakuin apa-apa." Jaya turut menimpali.

"Ali, gue boleh minta tolong, nggak?" Arka bertanya saat sedari tadi dirinya sibuk memutar otak.

"Boleh. Tanya apa?"

"Lo, bisa bantuin Hael?" tanya Arka setengah. "Gue yakin cara kali ini berhasil, asal atasinnya bareng lo."

"Pake cara apa? Gue nggak bisa bantu banyak, Ka." Alion menjawab.

"Kalo minta bantuan Bokap lo, menurut gue, kita bisa bantu Hael," potong Juan. "Maksudnya bantuan akses Papa lo."

"Itu maksud gue!" Arka tersenyum bangga saat ide cemerlang melintas di kepalanya. "Lo pake akses chat punya Papa lo. Secara kan, Bokap lo kenal sama bokapnya Hael, tentu dia punya nomornya kan?"

"Terus?"

"Lo chat Joni, bilang kalo bakalan ada acara disini, pura-pura minta izin buat suruh Hael dateng karena diundang. Nah, dengan cara itu, Hael pasti bisa keluar, kan?"

"Gue setuju sama ide lo. Seenggaknya Hael bisa keluar buat hirup udara segar lagi," ujar Jaya menimpali.

"Gimana kalo kita mulai sekarang? Gue punya akses langsung ke nomor Papa gue." Alion mengusulkan sambil menyiapkan komputer miliknya.

"Tapi, kalo Om John tau?" Jaya bertanya dengan polosnya.

"Nggak akan ketauan. Tau sendiri seberapa sibuknya tuh orang," balas Juan.

🌷🌷🌷

mari lihat ide nekat keenam orang ini di part selanjutnya!!

pantengin vote dan komen biar aku cepet up, ayoo!!

Semesta untuk Hael [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang