DUA PULUH

62 8 0
                                    

🌷🌷🌷

sebelum baca, jangan lupa tekan tombol vote

komennya juga jangan lupaa

Happy Reading!🌷

Acel yang tidak bisa mengelak dari Javier-pun mau tidak mau harus menuruti keinginannya. Laki-laki itu selalu menjadikan Acel seakan budaknya. Acel sendiri takut jika terjadi sesuatu yang buruk mengancam orang terdekat atau teman-temannya jika tidak menurut dengan Javier.

Mereka saat ini di kantin. Javier dan geng pentolannya itu tampak seperti meratukan seorang Acel. Tetapi tidak sebenarnya, anggota geng itu tidak berani dengan Acel, mereka takut jika Javier mengamuk bahkan hanya karena mengobrol dengan gadis itu.

Katakanlah Javier posesif, iya, posesif seperti iblis. Laki-laki itu dengan sengaja melempar cup kertas bekas minumannya ke lantai kantin. Kemudian melirik Acel. Yang dilirik pun langsung peka, dia berdiri kemudian mengambil sampah itu.

Tidak ada yang melihat disana, semua tampak sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Tetapi, luput dari pandangan Javier beserta gerombolan, tujuh laki-laki sedang diam-diam mengawasi geng berandal itu. Tentu, perlakuan Acella tadi tidak lepas dari pandangan mereka.

Hael menghembuskan nafasnya rendah, kemudian menghadap ke teman-temannya. "Bener dugaan gue, ada yang aneh."

"Acel babu-nya Javier?" timpal Juan sambil menyeruput Pop Ice rasa leci yang tinggal es batu miliknya.

"Bukan cuma itu, pas pemakaman Tante Riri kemarin ... Cowo yang notabene pacarnya itu malah gak ada." Hael kemudian menatap kearah Arka. "Apa lo liat eksistensi seorang Javier, kemaren?"

Arka menggeleng. "Nggak. Dan kalaupun Javier ada disitu, dia pasti gak akan biarin Acel pulang bareng lo."

"Yap, bener. Itu maksud gue."

"Lo kerasukan apaan kok bisa mikir, El?" Nale bersuara sambil tersenyum jahil.

"Kerasukan Mama gue. Lagi kangen, nih," balas Hael dengan ekspresi datar, namun terkesan bercanda.

Juan yang ingat sesuatu, langsung menoleh kearah Nale. Dan benar saja, sepupunya itu sedikit menunduk dengan tatapan kosong kearah meja. Dirinya ingat betul saat Nale menceritakan tentang Mama Hael beberapa waktu lalu. Nale masih merasa bersalah.

"Lo mau jadi detektif Conan, gak? Kalo iya, gue ikut." Alion berujar.

"Kalo lo yang jadi detektif, nanti ngagetin pelakunya," Reo membalas.

"Ngagetin? Emang gue momo?!" sentak Alion yang membuat atensi satu kantin teralih pada mereka.

"Tuhkan, baru aja dibilang, congor lo itu yang ngagetin, met!"

"Mat met mat met, bapakmu!" tolak Alion sambil menyentil kepala Reo.

"Perasaan nama lo emang met deh." Jaya tampak berpikir. "Alion Sumemet."

"Kok gue di-bully, sih!" Alion berujar ngegas. "Dahlah mau bunuh diri aja."

"Sono bundir, biar penerus tahta Chandrakuma Wijaya Lorenzo Hadiningrat jatuh ke gue," ujar Reo.

"Tai, lo!" Alion melemparkan tisu bekas tepat ke wajah Reo.

"Ini kapan mau main detektif-detektif-an?" Juan bertanya pada Hael yang sedang terdiam.

"Gak tau." Hael menghabiskan suapan mie ayam terakhirnya. "Kalo bisa secepetnya, gak mungkin gue bisa biarin Acel digituin terus sama Javier."

"Tapi, ada satu masalah." Ucapan dari Arka membuat keenam sahabatnya heran, menunggu jawaban dari laki-laki itu. "Javier gak sendirian, dia punya geng yang jumlahnya aja ratusan. Sedangkan kita? Kita cuma tujuh."

"Kita gak akan pake cara kekerasan, kalaupun pihak sana emang doyan ribut, ya, kita ajak main sportif. Kita tujuh ya mereka tujuh. Kalau mereka sendiri gak sportif, boti kali." Hael berujar panjang lebar.

"Selain berandal, itu geng juga licik kali, El. Misalkan nih ya, mereka ajak tawuran, kita lagi sibuk pukul-pukulan, tiba-tiba ditebas dari belakang, gimana?" ujar Juan.

"Ya mati." Keenam pasang mata itu langsung menatap tajam ke arah Nale, yang malah tidak serius menjawab. Tapi, jawaban dari Nale juga, benar bukan?

"Gue mau cari-cari tau dulu tentang keluarga si Javier. Pas udah cukup informasi baru, gue bakalan mulai permainannya," final Hael yang dibalas anggukan setuju oleh keenam sahabatnya.

___💫___

"Hei, kabar lo gimana?" Perempuan yang sedang sibuk membaca di perpustakaan itu-pun mendongakkan wajahnya, menatap suara laki-laki yang bertanya padanya barusan.

"Kita baru ketemu kemarin, segala tanya kabar." Acel membalas sedikit ketus.

Hael tertawa kecil dibuatnya. "Bisnis risol mayo masih berjalan, Lei?"

Acel menggeleng. "Hidup gue udah dicukupin sama Javier. Gue gak perlu susah-susah cari uang sendiri."

"Husband material banget ya, cowo lo." Hael tertawa kaku. "Padahal itu target gue."

"Apa? Target?" tanya Acel memastikan.

"Ah, nggak, gue cuma mau ajakin lo ke panti besok. Lo bisa, gak?" Hael buru-buru mengganti topik obrolan.

"Gue belum tau, tapi bakal gue usahain, kok."

"Okelah, gue duluan, ya, Lei." Hael beranjak, kemudian pergi. Perkataan Hael yang tadi ditanyakan oleh Acel, sebenarnya gadis itu mendengar dengan jelas. Dia tahu bagaimana perasaan Hael sejak dulu, sejak mereka awal bertemu.

Acel tidak pernah menginginkan semua ini terjadi. Alur kehidupannya terasa sangat singkat dan rumit. Kalau saja posisi dirinya saat ini sedang aman, Acel juga ingin mengungkapkan perasaannya pada Hael. Dia terlalu munafik saat berujar bahwa dirinya cinta dengan Javier. Jauh dari itu, Acel sangat membenci Javier.

Gadis itu mulai menepis pikirannya dan kembali fokus pada buku. Dia tidak mau ribet hanya karena masalah seperti ini. Sejujurnya, gambaran hidup kedepannya yang sudah dirancang serapi mungkin oleh Acel, buyar karena kedatangan Javier.

Tetapi Acel masih bersyukur karena Javier memberikan dirinya fasilitas yang lengkap, sehingga dia tidak perlu susah payah mencari uang sendiri.

Acel terpikirkan sesuatu, dia mengeluarkan sebuah notebook kecil dari dalam saku baju seragamnya. Sebelum menulis, Acel memeriksa keadaan, apakah ada antek-antek Javier yang mengawasinya atau tidak. Setelah dirasa aman, Acel mulai menuliskan sesuatu disana.

Acel kemudian menuliskan kalimat terakhir dibawah notebook tersebut.

Rangkaian alur yang bagaikan ombak ini akan terus diriku ingat.
Semoga, pada hari kemudian, semuanya bisa perlahan tercapai.

Acella tersenyum melihat kertas kecil itu, lalu buru-buru menyimpannya dan kembali membaca buku.

___💫___

yo guys!

vote ayo vote bro, aku ga sabar mau update part selanjutnya wkwk

bakal ada keseruan Hael sama Acel, loh!

tbc. see u next part, Staryn!
★ plower

Semesta untuk Hael [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang