Halo semuanya, selamat membaca cerita abal-abal ini ya semoga kalian suka. Jangan lupa vote dan komen
happy reading
###
Gala tengah melihat hamparan kebun teh dari lantai dua sebuah vila, rasa lelah yang diakibatkan perjalanan terasa hilang saat melihat hamparan ladang hijau yg luas.
Dia sudah sampai di puncak dan akan melakukan kunjungan besok pagi jadi sore ini karyawan bebas beristirahat atau memilih jalan-jalan menikmati udara segar pengunungan.
"Mas Gala." Gala menoleh kearah Rendi yg memanggilnya
"ada apa Ren?" Gala mengerutkan keningnya saat melihat Rendi gelisah. "ngomong aja jangan takut, ada apa emangnya?" Gala berusaha untuk membuat Rendi lebih santai.
Rendi meremas tangannya yang saling bertautan. "Gini mas tadi aku sempat dapat gambaran kalo ada hal buruk yang terjadi sama mas atau keluarga mas."
Gala menaikkan satu alisnya, Rendi ini memang dikenal seluruh kantor sebagai anak indigo tapi baru kali ini penerawangan jatuh padanya.
Meski tidak begitu mempercayai hal seperti ini Gala tetap bertanya."Kamu tau siapa orangnya? atau ciri-cirinya."
"Namanya gak tau mas tapi kalo ciri-cirinya itu cowok tinggi, kulit agak sawo matang rambunya itu warna coklat tua." Gala tersentak saat mendengar penjelasan Rendi, ciri-ciri yg disebutkan mirip dengan Surya.
"Ren hal buruk yg kamu bilang itu bentuknya seperti apa?" Gala cemas, jika mengetahui hal buruk seperti apa yang menimpa Surya dia akan meminta sahabatnya itu untuk berhati-hati dan menghindari penyebabnya.
"Saya gak tau pasti mas, saya lihatnya itu cowok yang saya bilang jatuh gitu di lantai sambil kesakitan."
"Makasih ya Ren infonya gue jadi bisa lebih hati-hati" Rendi mengangguk
Gala mengeluarkan ponselnya berusaha menelpon Surya tapi tidak diangkat bahkan sampai berkali-kali membuatnya semakin tidak tenang.
"Surya kemana sih, telfon gue gak diangkat" Gala mengetik pesan untuk mengingatkan Surya agar berhati-hati. "nyebelin banget sih ini anak, waktu ada urusan penting aja gak bisa dihubungi kalo gak ada gunanya aja sering telfon" meski menggerutu Gala tetap mengirimkan pesan chat dan pesan suara.
Berada jauh dari Surya saat cowok itu dikatakan akan mengalami musibah benar-benar membuat pikiran dan hatinya tidak tenang. Meski memiliki badan besar seperti beruang jika sakit Surya akan manja seperti bayi dan biasanya akan selalu mencarinya.
Melihat seniornya khawatir Rendi jadi merasa bersalah telah memberitahu penglihatannya, meski hasil penglihatannya tidak terlalu akurat tapi selalu terjadi. "Mas Gala jangan cemas biasanya penglihatan saya meleset bisa aja kali ini juga."
Gala menoleh ke Rendi. "Tapi banyak yang terjadi kan Ren?" meski baru kali ini menjadi objek penglihatan Rendi dia sudah sering mendengar dari teman-teman jika hal itu sering akurat sekalipun meleset hanya waktunya saja bukan kejadiannya.
Rendi mengangguk sambil tersenyum canggung. "Tapi saya yakin ini meleset mas, soalnya saya gak lihat kejadiannya secara jelas."
"Iya, saya juga udah kasih tau temen saya jadi semoga aja semuanya aman" Gala berusaha tetap tenang agar Rendi tidak merasa bersalah atau canggung dengannya.
Gala memilih untuk melihat dokumen proyek yang akan ditinjau besok karena tidak ingin tenggelam dalam perasaan khawatir, meski dalam beberapa detik dia akan melihat ponselnya berharap Surya membalas pesannya.
Gala tidak bisa tenang dan memutuskan untuk menelfon Luna adik Surya untuk menanyakan dimana sahabatnya itu berada.
begitu telfon tersambung Gala langsung menanyakan keadaan Surya." Lun, abang kamu di rumah apa gak?"
"Di rumah kok kak, dia abis pulang dari gym dan tadi nyariin kakak"
Gala menghela nafas saat tau Surya di rumah. "Abang kamu kenapa cariin kakak, semalam kan dah pamit kalo mau keluar kota."
terdengar nafas panjang dari sebrang. " Biasa kak, dia lagi kumat manjanya tadi waktu gym ototnya gak sengaja ke tarik jadi ya gitu."
Gala menepuk dahinya ternyata ke khawatiran nya sia-sia musibah yang menimpa Surya hanya cedera kecil. "Maaf ya Lun gue malah telfon lo gara-gara Surya gak angkat telfon gue."
"Santai aja kak, ini masih normal dibanding abang yang spam chat waktu kita keluar waktu itu."
"Kakak tutup telfonnya ya." Gala terkekeh geli, merasa keduanya sedikit aneh setiap kali terpisah dan tanpa kabar pasti akan panik.
Gala jadi mengingat tingkah Surya yg pernah mengirim banyak pesan pada Luna saat dia keluar bersamanya dan tidak mengangkat telfonnya hal-hal sederhana seperti ini yang selalu membuatnya jatuh cinta lagi.
Semalam Surya menghubunginya untuk mengeluh tentang pahanya yang terasa nyeri keduanya berbicara sampai larut malam, karena hal itulah Gala sedikit mengantuk.
"Minum kopi dulu kalo ngantuk." Gala mengambil segelas kopi yang di berikan pak Gara.
"Makasih pak." Pak Gara memang tipe atasan yg perhatian, tapi sifatnya ini akan hilang jika sudah menyangkut pekerjaan saking tegasnya dia sampai mendapat julukan sebagai iblis berwajah malaikat.
"Pak nanti kita abis lihat proyek langsung pulang atau masih disini?"
"Langsung balik kita gak akan disini buat liburan" Gala menggerutu kesal di dalam hati, dugaan rekannya yang lain ternyata tepat pak Gara pasti akan langsung meminta mereka pulang.
Pak Gara bangkit menuju pintu garasi. "Cepet habisin kopinya terus kita berangkat" Gala buru-buru meminum kopinya dan mengikuti pak Gara keluar.
Tempat tujuan mereka tidak jauh dari vila yang mereka gunakan untuk menginap hanya butuh waktu 40 menit dengan mobil.
Semua berkumpul di depan gerbang yang belum sepenuhnya rampung. "Kalian harus hati-hati masih banyak material di dalam jadi jangan ceroboh." Semuanya serempak mengangguk.
Tim berisikan 7 orang itu masuk kedalam bangunan vila yg masih baru 90% jadi itu. "Gimana progres nya? bisa selesai tepat waktu kan" pak Gara bertanya pada pimpinan pekerja disana.
"Semuanya lancar pak, untuk pembangunan sendiri hanya kurang bagian gerbang dan untuk vila kami baru akan memasang instalasi listrik jika semuanya lancar tanpa kendala proyeknya akan selesai lebih cepat dari target."
Pak Gara menoleh. "Kalian dengar itu kan jadi nanti setelah balik dari sini siapkan semua rencana promosi yang sudah dibuat dan kirim kebagian pemasaran."
Semuanya hanya bisa mengangguk meski itu cukup melelahkan karena harus langsung bekerja setelah kembali dari luar kota.
Pak Gara benar-benar orang yang teliti dia memeriksa setiap sudut bangunan bahkan sampai ke bahan yang digunakan, biasanya kunjungan seperti ini akan memakan waktu beberapa jam saja tapi kali ini hampir satu hari penuh.
Gala merebahkan tubuhnya di kasur setelah mandi kegiatan hari ini benar-benar melelahkan tenaganya seakan sudah tersedot habis.
"Rebahan bentar deh abis itu baru makan," Baru saja Gala memejamkan mata ponselnya berdering. "siapa sih anjir yg nelfon." tanpa melihat id penelepon Gala langsung mengangkat telfonnya.
"Halo ada apa ya telfon saya."
"Lo lagi capek ya Gal?" Gala langsung melihat id penelepon karena terkejut.
"Iya gue baru balik Sur, kenapa lo telfon gue?"
"Gak ada yang penting sih gue cuma mau ngobrol aja sama lo, tapi kayaknya gak jadi deh."
"Gue gak capek banget sih cuma emang lagi pengen istirahat aja bentar, lo kalo mau ngomong gue temenin." Meski lelah Gala tetap ingin berbicara dengan Surya anggap saja ini pengobat rindu.
Keduanya hanya membahas tentang kegiatan apa saja yg mereka lakukan hari ini atau lebih tepatnya Surya yang terus mengeluh sakit di paha kanannya.
Gala sedikit jengkel dengan Surya yang melebih-lebihkan keluhannya. "Gak usah ngeluh terus, nanti kalo lo sembuh gue temenin olahraga."
"Bener ya lo temenin gue olahraga, awas aja kalo lo nolak pake banyak alasan bakal tetep gue seret lo." Mendengar jawaban Surya membuatnya sedikit menyesal menjanjikan untuk menemani cowok itu olahraga.
KAMU SEDANG MEMBACA
friendzone
De TodoJenggala yg jatuh cinta dengan teman masa kecilnya harus merasakan sakit hati karena melihat sahabatnya itu berpacaran dengan teman perempuannya meski berpacaran dengan teman perempuannya sikap Surya padanya tidak pernah berubah tetap perhatian dan...