Mulutnya berusaha mengeluarkan suara. Tangan besar seseorang telah membekap mulutnya dengan erat. "Eh?" sadar Alenza heran.
"Loh? Batinya saat mulutnya kembali tak bisa mengeluarkan suara. Sejenak tadi, tangan besar itu terlepas dari mulut lalu di susul Sebuh kain tersumpal di dalam mulutnya. Ah, sangat sial karena dia belum sempat bertanya mau mereka apa. Matanya pun tertutup sebuah kain membuatnya juga tak dapat melihat apa pun saat ini.
Apa semua ini? Apakah ada orang jahat yang akan menculik dirinya lalu menjual organ-organ tubuh Alenza? Gadis itu bergidik ngeri membayangkan jika itu akan terjadi padanya.
"Serius ini gue di culik? Mana bisa gitu, tai! Nggak ada aba-aba dulu anjir, gue belum siap!" Umpatnya di dalam hati.
Kedua tangannya tertahan, sepertinya seseorang tengah berusaha mengingat tangannya di belakang. "Ck! Gue belum sempet liat wajah orang yang bawa gue ini, lagi! Apes bener, sial!"
Alenza merasa terkejut saat tubuhnya tiba-tiba melayang tinggi. Semua bebannya terasa telah terangkat. Apakah dia sudah di alam yang berbeda? Memangnya dia mati karena apa?.
"Eh, gue kenapa ini? Wah, kalo mati mendadak nggak lucu banget sih, gue belum ngucapin kata-kata terakhir, bangke!" Batinnya benar-benar tak mengerti apa yang terjadi padanya saat ini.
"Diam nggak pingsan 'kan? Kenapa nggak ada gerakan berontak?"
Hah? Suara siapa itu? Dan yang lebih herannya lagi, telinganya masih bisa mendengar saat sudah tak bernyawa. Ini sebuah informasi yang perlu di naungkan kepada orang-orang yang belum pernah merasakan kematian, sungguh hebat!.
"Coba cubit dia," suara seseorang kembali terdengar.
Argh! Apaan itu tadi? Kakinya seperti di gigit semut, sakit sekali. Alenza menganggukkan kepalanya kecil karena mendapatkan sebuah pengetahuan karena orang mati ternyata masih bisa merasakan rasa sakit seperti yang baru saja dia alami.
"Kenapa dia terangguk?"
Loh? Di mana dia sekarang? Mengapa seseorang megatahui jika dia selesai mengangguk? Apakah itu arwah orang lain tetapi dia tidak bisa melihatnya karena masih orang baru di sini?.
"Mungkin kepalanya ada kutu?"
What? Ada kutu? Bahkan jawaban itu tidak terlintas di pikiran Alenza sendiri. Lantas jika dia sudah mati, mengapa semuanya masih gelap gulita? Bukankah dia seharusnya masuk Surga, tempat indah penuh kenikmatan itu?.
Oh, apakah karena dia mempunyai sikap baik dan buruk di dunia, amalnya di dunia seimbang membuat Alenza hanya mengambang di kegelapan?.
Alenza merasakan bahwa dirnyabtenagh terduduk tegak. Bokongnya seperti menduduki sofa empuk yang harganya sangat mahal. Apa ini salah satu kenikmatan surga yang dia dapatkan di alam yang berbeda ini? Alenza jadi tak sabar menunggu kenikmatan lainnya!.
Suara mobil berjalan membuat kerutan di dahinya. Wah, sekarang dia tengah mengendarai mobil mewah, Alenza sangat antusias tak sabar untuk melihat semuanya.
Sebuah himpitan di kedua sisinya membuat Alenza keheranan. Kenapa begitu sempit? Apakah bukan hanya dia yang menaiki mobil ini? Dan ada orang lain tengah bersamanya.
"Hei, lihat dia. Sangat cantik."
Alenza menjadi tersipu malu, siapa yang baru saja memuji dirinya? Apakah dia bisa melihatnya dan mengucapkan terimakasih?.
Ah, sialan! Pipinya sangat gatal, ingin sekali tangannya bergerak menggaruknya kuat. "Eh tunggu?" batinnya mencoba menggerakkan tangannya.
"Lah, tai anjing! Gue belum mati! Gue masih di culik, gila!" Umpat Alenza dalam hati, baru menyadarinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
ALENZA [END]
Teen Fiction"Aku kira hari-hariku akan terasa bahagia setelah aku menyelesaikannya. Namun, untuk tersenyum saja rasanya sangat berat untuk ku lakukan. Air mata terus menerus menghujani pipi ku. Tangan ku enggan menghapusnya. Biarkan lah setiap tetesannya menjad...