9

4.5K 206 3
                                    

Shilla membaringkan dirinya di kasurnya. Rencana ke perpustakaan tak jadi ia lakukan karena waktunya habis di ruang kesehatan.

Gila

Shilla telah gila membiarkan Gala menguasai dirinya, membiarkan dirinya lagi-lagi mengikuti kata hatinya. Sangat salah, harusnya pengingat jika Gala lah yang membunuhnya harus muncul ketika Gala bersama dengannya. Tapi yang terjadi justru Shilla terbuai dan tak dapat menolak sentuhan Gala. Perasaannya masih sama. Ia masih sangat mencintai Gala.

"Nggakk!!!" Teriak Shilla.

"Gue benci sama lo! Gue udah gak cinta sama lo!" Teriak Shilla lalu menutup kepalanya bantal agar suaranya tak terdengar.

Shilla memilih untuk tidur. Kepalanya kembali berdenyut. Dokter mengatakan agar dirinya tak stress ataupun banyak pikiran. Tapi justru yang terjadi adalah sebaliknya. Pikirannya bertambah kacau, semakin banyak yang ia pikirkan.



"Ashilla"

Shilla membuka matanya perlahan ketika merasakan usapan lembut di kepalanya.

"Daddy?" Shilla membangunkan dirinya.

"Are u okay? Daddy khawatir kamu tidak membuka pintu jadi daddy menggunakan kunci cadangan"

"Sudah pukul berapa?"

"7 sayang"

Shilla menganga mendengarnya, apa ia tak salah dengar? Pukul 7? Dan dirinya tertidur di pukul 12 an.

"Bi Mira bilang kamu gak keluar kamar semenjak pulang. Kamu makan siang di luar?"

Shilla menggeleng "Kepala Shilla sakit dad"

"Sakit?!" Daniel semakin khawatir. "Kita ke rumah sakit sekarang"

"No dad, sepertinya sama saja" Shilla mendekati Daniel dan memeluk ayahnya itu.

"Apakah masih sakit?"

Shilla menggeleng.

"Apa ada pekerjaan berat yang kamu lakukan? Tugas kuliah terlalu sulit?"

Shilla kembali menggeleng.

Daniel memilih mengusap punggung putrinya. "Jangan berpikir berlebihan sayang, apapun yang di pikiran kamu, kamu hilangkan itu sejenak. Apa kamu masih takut?"

Shilla menggeleng lagi.

"Terus apa hm? Apa yang mengganggu mu"

Shilla hanya menggeleng dan suara isakan pun terdengar.

"Hei sayang, ada apa?" Daniel melepas pelukan mereka untuk melihat wajah putrinya karena menangis.

Shilla hanya menggeleng kembali dan memeluk Daniel.

"Maafin Shilla dad" lirih Shilla. "Shilla sayang sama daddy"

"Daddy lebih sayang padamu girl"

Tangis Shilla semakin menjadi membuat Daniel mengusap punggung Shilla lebih kuat. Ada apa dengan putrinya?

"Ada apa sebenarnya sayang? Apa yang terjadi? Atau apa yang kamu inginkan?"

"Ja-jan.. jangan menikah dengan Monica dad"

Daniel cukup terkejut. Hal itu lagi? Mengapa Shilla sangat tak ingin dirinya menikah dengan Monica.

"Mengapa sayang? Apa yang sebenarnya kamu tak suka pada tante Monica"

Shilla menggeleng "Jangan menikah dengannya dad"

"Daddy tidak mengerti sayang, mengapa kamu begitu tak menyukainya"

Ashilla's ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang