10

4.9K 214 3
                                    

Sudah 5 hari kepergian Daniel dan Daniel belum pernah menelpon Shilla. Sebelum ke kampus, Shilla masih mencoba menghubungi nomor Daniel.

"Ck, katanya hubungi daddy jika terjadi apa-apa. Tapi ini? Uncle... Cari cara mengubungi daddy"

"Uncle sudah berusaha sayang, mungkin daddy memang sangat sibuk di sana"

"Jangan memanggil Shilla sayang. Uncle tak sayang pada Shilla!" ucap Shilla lalu turun dari mobil dan menutupnya dengan keras.

Shilla sudah sangat emosi. Bagaimana bisa Wandi yang katanya sangat handal itu tidak bisa menghubungi Daniel. Apa Daniel baik-baik saja disana? Apa Daniel kesulitan untuk bekerja sama di sana? Dan yang di pikiran Shilla adalah bagaimana jika Monica nekat mencelakai Daniel di sana? Huh ini hanya membuat Shilla kembali pusing.

"Shil!"

Panggil Gisel membuat Shilla mendongak.

"Kenapa? Kepala lo sakit lagi?"

"Nggak"

"Bokap lo lagi?"

Shilla mengangguk.

"Tenang aja, bokap lo aman pasti disana"

"Gue mau susul"

"Nanti?"

Shilla mengangguk

"Bareng?"

"Uncle Wandi"

"Makin dekat aja lo sama om lo itu, padahal baru seminggu hahaha"

Shilla terkekeh, benar juga.

"Gue deg-degan mau presentasi"

"Presentasi?"

"Hm.. Lo gak ingat ini mk apa?"

"Sekarang Jumat?"

Gisel mengangguk

"Ck" Shilla berdecak, ya ia akui selama seminggu ini ia tak memperhatikan kuliahnya karena memikirkan Daniel.

"Lo gak diskusi sama Gala?"

Shilla menggeleng.

"Ck ck ck.. Bicarain gih"

"Hmm nanti aja"

"Kalian mah aman-aman aja. Gak perlu dibagi, karena dasarnya kalian ngerti seluruh materi. Lah gue, udah dibagi masih aja deg-degan"

Shilla hanya terkekeh kecil meladeninya. Karena paksaan orang tua Gisel harus berkuliah agar bisa melanjutkan bisnis orang tuanya.

Tak lama kemudian, dosen mereka pun datang dan mereka langsung saja memulai presentasi mereka per kelompok.

Gala dan Shilla?

Ya mereka membaginya ketika mereka maju ke depan, dan hasilnya? Sangat bagus, mereka memaparkan materi dengan lancar dan mudah dipahami oleh yang lainnya.

"Sekian presentasi kami, terima kasih" Gala menutupnya dan mendapat tepuk tangan dari yang lainnya.

Setelah mendapat komentar dari dosen mereka, keduanya lalu kembali ke tempatnya.

"Gal, lo ke belakang dulu ya? Gue perlu diskusi sama Fikar"

Gala hanya mengangguk lalu mencari tempat Rara. Gala tersenyum miring ketika tempat kosong tersebut di samping Shilla.

"Ck" Shilla berdecak lalu menjauhkan kursinya meski sudah mentok di dinding.

Gala hanya tersenyum tipis melihatnya. Tidak kah Shilla melihat jika posisi kursi memang berdempetan seperti ini? Tak ada gunanya menghindar. Sangat jauh berbeda dengan Shilla sebelumnya yang sangat suka mendekatkan kursinya pada kursi Gala dulu.

Ashilla's ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang