17

2K 108 4
                                    

Shilla menguap tuk kesekian kalinya. Wandi yang melihatnya menambah kecepatan mobilnya.

"Sangat mengantuk?"

Shilla mengangguk.

Wandi tersenyum tipis. Selama di pesawat, Shilla kurang tidur karena terlalu bahagia katanya. Ia sangat bahagia karena pernikahan Daniel dan Monica tak akan terjadi.

"Andai saja kamu tahu rencana daddymu selanjutnya, kamu pasti akan lebih bahagia sayang" batin Wandi.

"Kalian sudah tiba?"

"Hm"

"Ashilla baik-baik saja?"

"Ya. Dia sekarang lagi tertidur. Kurang tidur di pesawat"

"Oh.. Sudah di rumah?"

"Sementara perjalanan.. Ada apa?"

"Nanti ke kantorku sebentar, ada dokumen yang harus kau fotokan"

"Mana sekretaris mu?"

"Sakit, dia tidak masuk kantor hari ini"

"Baiklah"

Panggilan berakhir dan mereka pun sudah tiba di rumah.

"Uncle akan pergi?"

Wandi mengangguk "Uncle harus ke kantor daddymu, bersihkanlah dirimu dulu baru tidur, oke?"

Shilla mengangguk dan Wandi pun pergi setelahnya.

Shilla menghela nafasnya melihat kasurnya lalu tersenyum tipis, ia melempar dirinya dan menutup matanya. Dia sudah sangat mengantuk, nanti saja dia mandi.

Tok tok tok

Tok tok tokk tok tok tok

Suara ketukan keras membuat Shilla terbangun.

Shilla melihat jam terlebih dahulu, baru dua jam ia tertidur.

Ceklek

Plak

Satu tamparan mengenai pipinya.

"Benar-benar sampah!"

Shilla memegangi pipinya yang terasa panas.

"Kau sangat memalukan! Apa ini? Ha? Sudah kubilang kau harus menjaga nama baik ku, tapi tindakanmu membuat dirimu memang terlihat sampah"

Shilla menatap lembaran foto di sekitar kakinya. Shilla berdecih melihat foto tersebut.

"Daniel memang sudah sangat salah memungutmu!"

Air mata Shilla pun berhasil lolos.

"Lihatlah om, dia hanya bisa menangis tanpa memberi penjelasan" celetuk Monica di belakang Samuel.

"Sudah puas memakinya?" tanya Shilla kini. "Silahkan pergi jika sudah" Shilla ingin menutup pintunya namun dicegah oleh Samuel.

"Permainan apa yang kau buat ha?!"

"Percuma saya menjelaskan, karena anda akan tetap tidak percaya kan? Jadi untuk apa saya membela diri saya?"

"Oh jadi kau membenarkan jika dirimu memang murahan seperti di foto tersebut? Apa kau tidak mengerti, apa jadinya jika para kolega bisnisku mengetahuinya?! Untung saja Via memberitahukanku, jadi anak buahku bisa dengan cepat menghapus video dan foto tersebut"

"Syukurlah"

"Dasar anak tidak berguna" Samuel yang merasa dirinya hanya dipermainkan oleh Shilla kini menarik Shilla keluar dari kamar.

Ashilla's ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang