16

5K 187 7
                                    

Shilla turun dari mobil dengan paperbag di tangannya, bahkan di tangan Daniel pun juga ada.

Mereka baru kembali di jam 9 malam

Entah waktu yang terlalu singkat atau ayah dan putrinya ini memang terlalu asik di luar.

Keduanya sama-sama bahagia, senyum tak pernah lepas dari keduanya. Daniel sudah lama menunggu momen ini, menghabiskan waktu berdua dengan putrinya. Ah andai saja Shelina masih ada, mereka akan terlihat seperti keluarga kecil yang sangat bahagia. Walau begitu, berdua dengan Shilla juga sudah sangat membuatnya bahagia, ia berharap Shelina hidup tenang dan bahagia disana.

"Sayang, daddy akan keluar bersama uncle sebentar"

"Kemana?"

"Mungkin hanya di restoran bawah"

"Ohh" Shilla manggut-manggut.

"Tidak apa?"

"Hm" Shilla mengangguk mantap.

"Baiklah, sekarang bersih-bersih"

Shilla kembali mengangguk dan memasuki kamar mandi sedangkan Daniel memilih untuk berbaring di sofa sebentar.

Setelah mandi, Shilla membuka satu per satu paperbag yang ada. Ia tak menyangka akan membeli barang sebanyak ini.

 Ia tak menyangka akan membeli barang sebanyak ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ashilla... Daddy pergi dulu. Hubungi daddy jika terjadi apa-apa"

"Iya daddy"

Setelah Daniel keluar, Shilla memilih untuk mengerjakan tugasnya, dirinya juga tak tahu kapan harus pulang? Jika boleh ia ingin tinggal beberapa saat disini, dua minggu mungkin? Atau menunggu Daniel selesai dengan urusannya disini? hahaha sepertinya mustahil, mungkin paling lama ia akan pulang lusa karena paksaan dari Daniel ataupun Wandi.

Pukul 11 malam

Shilla meregangkan otot-ototnya, mengerjakan makalah seorang diri juga cukup melelahkan. Tentu saja tak ada teman yang akan membantunya, meski ini tugas kelompok, Shilla tak keberatan jika mengerjakannya sendiri.

"Mending kerja sendiri daripada tidak ada tugas yang terkumpul"

Ya meski harus mengorbankan diri sendiri, baik untuk berpikir maupun melawan rasa 'mager'

Suara akses pintu membuat Shilla melihat pintu kamar, "Apa daddy sudah balik?"

Ia lalu beranjak, namun pintu masih tertutup membuat Shilla bingung dan sedikit takut. Ia tak salah dengar. Ia jelas mendengar suara akses pintu terbuka karena suara khasnya.

"Apa aku terlalu lelah jadi mendengar hal yang tidak-tidak?"

Shilla beralih ke dapur untuk minum sembari mengirimkan pesan kepada Daniel, kapan daddynya itu pulang.

Shilla kembali ke kamar, kembali lagi ia merasa takut setelah ia membuka pintu. Lampu kamarnya mati.  Shilla tak mematikannya, kaki yang harusnya melangkah masuk kembali mundur, ada yang salah. 

Ashilla's ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang