22

1K 56 3
                                    

Sesampainya di apart Gala, Shilla langsung tidur di kamar Gala, tubuhnya sangat lelah. Gala yang melihat itu hanya tersenyum dan memilih untuk ke ruang tamu dan menelpon Roni.

"Bagaimana?"

"Sejauh ini aman. Tapi bos, apa bos yakin kita juga akan aman dari Dion? Bagaimana jika Dion tertangkap dan karena tidak terima dia memberitahukan polisi."

"Jika bukti dia tidak cukup, kita akan aman saja Ron"

"Baiklah bos, saja juga berharap demikian"

"Oh iya, belikan aku bahan masakan"

"Itu saja bos?"

"Hmm.. Atau belikan aku makanan dua porsi"

"Yang seperti biasa?"

"Ya"

"Oke"

Panggilan mereka berakhir, Gala menghela nafasnya. Jujur saja, ada sesuatu yang aneh, perasaannya gelisah dan berkata akan ada sesuatu. Tapi ia sendiri pun bingung, apa yang mungkin akan terjadi pada bisnisnya ini.



Di tempat lain, suhu ruangan terasa panas padahal pendingin ruangan tersebut sudah sedari tadi menyala. Hanya dua orang dalam ruangan tersebut namun mampu membuat ketegangan di sunyinya mereka.

Daniel mengepal kedua tangannya

Daniel menatap layar komputer dengan kesal

Daniel mengumpat dalam hatinya dengan segala ucapan kotor namun tak dapat ia keluarkan melalui mulutnya

Wandi sendiri hanya berdiri di belakang kursi Daniel

Melihat layar komputer di depannya juga membuatnya marah, apalagi Daniel terus memutar video tersebut.

Kursi bergerak mundur dan Daniel beranjak dari kursinya

Plak

Wandi menerima pukulan tersebut karena sudah ia duga, namun sebenarnya ia juga takut. Ia hanya diam menunggu sepupunya yang juga bosnya itu berbicara.

"Bagaimana bisa Wan... Aku begitu mempercayaimu dan hal sepenting ini tidak kau beritahu padaku"

"Begitu banyak kejadian yang kau sembunyikan"

"Aku layaknya ayah yang tak tahu apa-apa yang menimpa putrinya"

"Kau memperlakukanku diriku seperti orang bodoh Wan"

Plak

Kini tangan Daniel memukul keras meja hingga membuat Wandi menutup mata karena suara gema yang ditimbulkan.

Daniel kembali duduk lalu memijit pelipisnya, air matanya menetes begitu saja. Ia merasa gagal menjadi sosok ayah bagi Ashilla. Ia sangat bodoh, begitu banyak yang menimpa putrinya dan ia sungguh jauh dari putrinya.

Bagaimana bisa begitu banyak kejadian yang hanya terjadi kurang dalam sebulan. Apa Shilla baik-baik saja akan hal itu? Putrinya sangat pandai menutupi kesedihannya saat di Belanda. Bagaimana dengan mental putrinya? Apa tertekan? Atau Shilla muak hidup bersama dengannya?

"Bos"

"Bos!"

Wandi menenangkan Daniel. "Bos, kau harus kuat!"

"Ini lah alasanku tidak memberitahu atas semua kejadian disini karena aku tahu kau akan hilang fokus dan kau akan segera pulang kesini. Tapi bukan begitu caranya bos, dengan bos berhasil disana kita bisa membuktikan ke dia dan dia tak akan mengekang bos lagi"

"Tapi Wan, Ashi-"

"Apa bos tidak melihat betapa kuatnya putri bos? Dia sangat kuat bos, dua tahun lebih dia tinggal disini bos, begitu banyak hinaan yang ia terima, tapi ia masih berdiri dan hanya ingin bersamamu, hanya itu"

Ashilla's ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang