5| Di hukum

130 7 0
                                    

Lizi menatap lesuh gerbang yang sudah tertutup rapat. Sudah ia duga pasti ia bakal terlambat. Menghela nafas pasrah, Lizi berjalan kearah warung kopi yang berada di belakang sekolahnya sambil mendorong motornya.

Tadi saat dalam perjalanan menuju ke sekolah, ban motornya bocor di tengah jalan. Jadilah ia berjalan mencari bengkel terdekat. Bukannya pergi mencari taksi atau memesan ojek online ia malah duduk santai menunggu ban motornya diperbaiki.
Dan ia baru sadar tujuannya saat tukang tambal ban itu menanyakan tujuannya. Ya walaupun itu mungkin cuma basa-basi tidak mungkin kan tukang tambal ban itu tidak melihat Lizi memakai seragam sekolah. Karena nanggung ban motornya hampir selesai diperbaiki jadilah ia lebih memilih menunggu saja. Dan karena itu lah Lizi menjadi terlambat sekarang.

Sampai disana Lizi melihat banyak anak yang satu sekolah dengannya ataupun berbeda sekolah nongkrong disana.

"Pasti mereka pada bolos" batin Lizi.

"Bi, saya nitip motor ya" ujar Lizi memarkirkan motornya disana.

"Iya taruh aja" ucap Bi inah yang tengah sibuk mengurus warungnya.

"Eh ada neng geulis, telat neng" sapa salah satu remaja disana dengan wajah tengilnya.

Lizi melirik sekilas orang yang menyapanya tadi "Nih orang buta atau gimana sih gitu aja ditanyain"

"Sini atuh nongkrong ama kita"

"Minimal kenalan lah"

"Pagi pagi udah lihat bidadari lewat emang rezeki anak ganteng gak bakal kemana"

"Nikmat mana yang kamu dustakan"

"Kiw cewek cakep banget sih"

"08 berapa cantik"

"Udah punya pacar belum"

"Kalau belum abang mau daftar dong"

"Daftar jadi babunya sih yang bener"

"Sekate-kate lo"

Begitulah seruan mereka yang melihat kedatangan Lizi. Sedangkan Lizi memilih pergi dari sana, ia malas menanggapi ocehan tidak jelas mereka.

✧༺★༻✧

Lizi menatap tembok belakang sekolah yang lumayan tinggi. Otaknya tengah memikirkan bagaimana caranya ia bisa melewati tembok ini.

Tak sengaja matanya melirik sebuah kotak kayu yang diletakkan begitu saja disana kemudian ia mengambil kotak itu dan meletakkannya didekat tembok. Ia mulai menaiki kotak kayu itu dan memanjat tembok. Saat sampai diatas ia mengambil ancang-ancang untuk melompat, dan Hap ia mendarat dengan sempurna.

Lizi menepuk nepuk tangannya menghilangkan kotoran yang menempel pada tangannya yang ia gunakan sebagai tumpuan saat mendarat tadi.

Lizi memandang sekitar, aman. Keadaan sepi dan sunyi dan mungkin petugas OSIS sudah selesai berpatroli.

"Ngapain lo disitu?"

Baru saja menghela nafas lega, Lizi tersentak saat mendengar suara seseorang memanggilnya. Mampus, sekarang ia sudah tertangkap basah.

Dengan perlahan Lizi membalikkan badannya melihat seorang laki-laki dengan almamater OSIS yang tengah menatapnya tajam. Lizi menggaruk tengkuknya yang tidak gatal baru pertama kalinya ia terlambat dan itupun ia langsung ketahuan.

Di kehidupan sebelumnya ia tidak pernah bolos ataupun terlambat meskipun dia anak geng motor tapi itu tidak membuatnya untuk menjadi siswi yang nakal. Dan sekarang ia terlambat karena ia lupa, iya dia lupa dan malah santai main HP di bengkel itu. Bisa-bisanya, dasar benar kata orang-orang 'HP mengalihkan segalanya'. Makan lupa, tidur lupa, mandi lupa untung gak lupa nafas coba bayangin kalau sampai lupa nafas kan beda cerita nantinya.

Laki-laki itu tersentak kaget melihat gadis yang telat itu adalah Lizi. Dengan cepat ia menormalkan kembali ekspresinya.

"Em gue tadi mau ke toilet tapi malah nyasar" alibi Lizi sambil tersenyum meyakinkan.

"Ke toilet? Nyasar?" Lizi mengangguk mantap. "Trus kenapa bawa tas?" Mampus tamatlah riwayatnya sekarang alibi apa lagi yang harus ia katakan sekarang.

"Ini tas tadi gue nemu tergeletak gitu aja jadi gue bawa aja. Ini bukan tas gue kok" elak Lizi lagi menunjuk tas yang kini sudah ia pegang dan bukan disampirkan kebahu seperti tadi.

Laki-laki itu mengernyitkan dahinya bingung kemudian mengangguk.

Lizi menatap intens laki-laki yang berdiri di depannya ini. Ia sepertinya pernah bertemu dengan laki-laki ini. Setelah beberapa detik berpikir ia menatap laki-laki itu lagi. Ya, ia ingat ini adalah laki-laki yang makan semeja dengannya di tempat bakso yang mengatakan ingin membeli Chindo. Ya, tidak salah lagi laki-laki ini yang membuatnya kesal dengan pertanyaan tidak bermutu nya.

"Lo cowok yang mau beli Chindo itukan?" tanya Lizi.

Wajah Kenzie langsung memerah malu dengan ucapan Lizi bisa-bisanya gadis ini masih mengingat itu. "Kan waktu itu gue bilang mau beli cendol bukan Chindo" balas Kenzie yang masih menahan malunya.

Lizi mangut-mangut mendengar jawaban Kenzie. Ia kan cuma bertanya emang salah.

"Udah sekarang lo ikut gue keruang bk" Kenzie menarik tangan Lizi mengikutinya. Namun, sebelum berhasil menariknya Lizi sudah terlebih dahulu melepaskan cekalannya "Eh eh maksud lo apa kan gue bilang gue mau ke toilet"

Kenzie menatap Lizi tajam "Lo pikir gue percaya dengan alibi lo?"

"Gue udah biasa ketemu sama siswa kek lo jadi lo gak bakal bisa nipu gue dengan alibi lo itu. Ngerti?" Lizi hanya pasrah saat Kenzie kembali menarik tangannya keruang bk.

✧༺★༻✧

"Dasar ketos nyebelin" untuk kesekian kalinya Lizi  mengumpati Kenzie. Setelah keluar dari ruang bk ia langsung disuruh mengerjakan hukumannya yaitu membersihkan semua toilet perempuan. Mana toiletnya banyak banget lagi dan ia mengerjakannya sendiri. Ck ck ck bisa mampus dia kelamaan di toilet.

"Ck ini perasaan dari tadi gak selesai-selesai" gerutu Lizi sambil mengempel lantai toilet.

"Misi ya kak" seorang siswi masuk pergi kebilik toilet setelah mengatakan itu. Hal itu membuat Lizi mengeram marah ini alasannya tidak selesai-selesai dari tadi ada saja yang datang ke toilet dan membuatnya harus mengepel lagi.

"Bisa-bisanya orang cakep, imut dan kalem kek gue disuruh bersihin toilet, nyebelin banget untung aja gue orangnya baik hati dan tidak pembangkang klo enggak ish dah tak ehh" Lizi terus mengeluh dan menggerakkan tangannya seolah tengah mencakar seseorang. Jangan heran dengan sikap Lizi yang narsis, banyak ngoceh dan tidak ada dingin-dinginnya sifat aslinya emang gitu apalagi kalau lagi sendiri behh gak usah ditanya lagi sih, tidak tertolong.

Kemudian Lizi menghembuskan nafas kasar "sabar....sabar.....orang sabar jodohnya Lin yi" ucapnya menenangkan diri. Menarik nafas dan membuangnya, Lizi melakukan itu beberapa kali "Oke sekarang lanjut kerja semangat" Lizi mengepalkan tangannya ke depan menyemangati dirinya sendiri.

"Kasihan mana masih muda lagi" ujar siswi tadi yang mengintip dari balik pintu bilik toilet menatap miris kearah Lizi yang sedari tadi terus berbicara sendiri seperti orang gila.

***

Jangan lupa vote dan comment ya

𝔐𝔜 𝔓𝔯𝔦𝔫𝔠𝔢𝔰𝔰Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang