"Tuh bocah tumben belum datang" heran Aletha yang dari tadi belum melihat batang hidung Lizi.
"Mungkin dia agak telat" sahut Vira.
"Ya, tapi ini tuh udah mau bel ra"
"Ya udah tungguin aja paling bentar lagi datang" balas Vira menenangkan.
"Jangan-jangan masih molor lagi. Kebiasaan emang tuh bocah" kesal Aletha. Vira yang mendengar ucapan Aletha hanya bisa menghela nafas. Capek emang ngomong sama orang modelan gitu.
✧༺★༻✧
Bel istirahat berbunyi murid-murid berhamburan menuju kantin untuk mengisi perut mereka yang keroncongan.
Di Kantin sudah ramai dengan murid-murid yang tengah mengisi perut mereka.
"Gue yang pesan lo cari tempat duduk" ujar Vira. Setelah itu ia pergi meninggalkan Aletha.
Aletha mengedarkan pandangannya mencari kursi kosong untuk mereka tempati. Tatapannya berhenti ketika melihat seseorang yang sangat ia kenal tengah duduk di meja pojok sambil makan dengan tenang tanpa mempedulikan sekitarnya yang sangat ribut. Aletha menatap tajam orang itu, ia menghentak-hentakkan kakinya berjalan menuju orang itu.
"Enak banget lo disini makan enak enak gak ngajak-ngajak"
"Gak tau apa lo pala gue pusing dengerin ceramahannya bu Siti guru sejarah itu" Kesal Aletha kemudian menarik kursi dan duduk berhadapan dengan orang itu. "Bisa-bisanya lo bolos gak ngajak"
Lizi mendongak menatap Aletha yang datang-datang langsung marah-marah emang sahabatnya yang satu ini sangat emosian.
"Enak pala lo yang ada capek banget gue" sahut Lizi kesal. Enak saja ia dikatai bolos tidak tau kah dia kalau Lizi ini sangat-sangat capek setelah menyelesaikan hukumannya. Karena itulah ia langsung ke kantin setelah menyelesaikan hukumannya. Ia kan butuh asupan juga. Lagi pula pas dia selesai menyelesaikan hukumannya sebentar lagi jam istirahat. Jadi sekalian aja dia pergi duluan dan juga baginya mengisi perut lebih penting. Makan number one. Itulah motto hidup Lizi.
"Emang lo habis ngapain coba" tanya Vira meletakkan makanan pesanan mereka.
Lizi menyeruput jus alpukatnya "Gue habis dihukum"
"Emang lo ngapain" tanya Aletha penasaran dengan mulut yang tidak berhenti ngunyah.
"Gue telat"
"Kok bisa"
"Ya biasalah"
"Ya maksud gue kenapa lo bisa telat lo ngapain hah?" greget Aletha.
"Ban motor gue bocor" Aletha hanya beroria mendengar jawaban Lizi.
"Jadi lo kelamaan nyari bengkel?" tanya Vira.
Lizi menggaruk tengkuknya yang tidak gatal "e... enggak sih"
"Trus"
"Gue lupa kalau gue mau ke sekolah jadi gue nungguin deh ampe ban motor gue selesai diperbaiki" Vira dan Aletha tercengang dengan jawaban Lizi. Apa katanya lupa? Wah wah wah emang tingkah anak satu ini.
"Bisa-bisanya lo, parah sih" Aletha menggelengkan kepalanya tak percaya. "Gue pikir lo kenapa-kenapa ampe gak masuk" ucap Aletha yang dibalas anggukan oleh Vira.
Lizi tersenyum lebar mendengar ucapan Aletha "Ah so sweet banget deh" Lizi menghapus air mata gaibnya "Jadi terhura deh gue"
"Terharu" koleksi Vira yang dibalas cengiran oleh Lizi.
Kemudian mereka kembali menikmati makannya sambil sesekali bergurau.
"Eh tau gak" Aletha mulai bercerita sambil menatap mereka serius.
"Kemarin pas gue balik dari supermarket nih gue lihat ada orang duduk di pinggir jalan sambil nunduk berhubung gue orangnya sangat berperikemanusiaan ya udah gue samperin" ceritanya dengan wajah songongnya. Lizi memutar bola matanya malas. Sempet-sempetnya ia memuji dirinya sendiri.
"Trus?"
"Nah terus nih gue panggil dong gue nanya gini 'mbak, mbak gakpapa? Kenapa disini sendiri? Kepisah sama keluarganya ya?' nah pas dia dongak gue kaget dong ternyata orang yang gue tanyain tuh orang gila mana dia mau meluk gue lagi ihhh" Tawa Lizi dan Vira pecah saat itu juga. Sungguh temannya satu ini tingkahnya tidak pernah benar.
Aletha melihat kedua temannya tertawa mengerutkan bibirnya kesal. Dasar teman laknat emang.
Namun, suara seseorang mengalihkan atensi mereka bertiga. "Boleh gabung gak?"
"Boleh, duduk aja" ujar Aletha melihat orang itu adalah Kenzie.
"Tumben lo duduk disini biasanya juga sama anak OSIS" tanya Aletha binggung. Tidak biasanya ketua OSIS ini duduk bersama mereka, biasanya ia selalu makan bersama anak OSIS lainnya.
"Lagi pengen aja" Aletha yang mendengar jawaban itu hanya manggut-manggut.
"Ngapain lo duduk disini" ucap Lizi melihat Kenzie yang duduk disampingnya.
"Emang kenapa? Lo gak suka"
"Iya" sinis Lizi.
Kenzie bersedekap dada menatap Lizi "Emang apa urusannya sama lo. Suka-suka gue dong ini kan tempat umum. Lagi pula disini kosongkan jadi gak masalah kalau gue duduk disini"
"Dih serah lo lah" sarkas Lizi kemudian melanjutkan kembali acara makannya.
"Sejak kapan kalian jadi deket gini" tanya Vira yang heran dengan interaksi mereka berdua dari tadi.
"Em mungkin sejak waktu itu kami ketemu di tempat makan kaki lima" jawab Kenzie.
Aletha menaik turunkan alisnya mengoda "aaa cie cie ekhemm"
"Jadi ini alasan kenapa lo duduk bareng kita pasti lo suka kan sama Lizi ngaku lo" Aletha menunjuk Kenzie dengan senyum jahilnya.
"Sembarangan lo gue duduk disini karena tempat lain udah penuh" jawab Kenzie cepat.
"Aaa masa, gak yakin gue" goda Aletha lagi. Vira yang melihat mereka hanya geleng-geleng kepala. Kemudian ia memandang Lizi yang masih sibuk dengan makanannya tanpa mempedulikan mereka berdua yang juga membicarakan dirinya.
Lizi yang merasa di tatap pun mendongakkan kepalanya menatap Vira bertanya. Vira yang baru saja ingin berbicara terhenti dengan ucapan Aletha yang mendahuluinya.
"Lo beneran lagi dekat sama Kenzie Liz?"
Lizi menatap bingung Aletha. Hei dia dari tadi hanya diam dan tiba-tiba diserang dengan pertanyaan yang tidak jelas.
"Maksud lo" bingung Lizi.
"Lo lagi deket sama dia" Vira menunjuk Kenzie dengan dagunya.
"Engga.....eh" ucapan Lizi terpotong saat tiba-tiba Kenzie mengelap sudut bibirnya dengan tisu.
"Ada saos tadi" jawab Kenzie kembali melanjutkan makanannya tanpa mempedulikan tatapan heran dari mereka.
Tubuh Lizi mematung mendapat perlakuan seperti itu. Setelah itu ia membuang pandangannya kearah lain. Aletha yang melihat tingkah mereka berdua hanya senyum senyum tidak jelas, sepertinya ia punya bahan ejekan baru. Sedangkan Vira mengernyitkan dahinya bingung kemudian bergidik ngeri melihat Aletha yang seperti orang gila.
Tanpa mereka sadari sejak tadi pergerakan mereka tak luput dari penglihatan Reynad. Tapi ia hanya melihat lewat ekor matanya agar teman-temannya tidak melihat apa yang ia perhatikan sejak tadi.
Walaupun yang lain tidak melihatnya tapi Amora melihatnya, sedari tadi Reynad terus memandang kearah Lizi. Dan hal itu membuat Amora meremas roknya menahan kesal.
Namun, hal itu justru membuat seseorang tersenyum penuh arti, sepertinya drama akan segera dimulai, batinnya.
***
Jangan lupa vote dan comment ya
Oh ya jangan lupa follow IG aku siapa tau nanti aku ada spoiler bab selanjutnya 😁
@dandelion_pixee
KAMU SEDANG MEMBACA
𝔐𝔜 𝔓𝔯𝔦𝔫𝔠𝔢𝔰𝔰
Teen Fiction"𝙺𝚒𝚜𝚊𝚑 𝚒𝚗𝚒 𝚝𝚎𝚗𝚝𝚊𝚗𝚐 𝚖𝚎𝚛𝚎𝚔𝚊 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚋𝚎𝚛𝚞𝚜𝚊𝚑𝚊 𝚋𝚎𝚛𝚍𝚊𝚖𝚊𝚒 𝚍𝚎𝚗𝚐𝚊𝚗 𝚖𝚊𝚜𝚊 𝚕𝚊𝚕𝚞" Berawal dari kecelakaan yang merenggut nyawanya.Tapi siapa sangka ia diberi kesempatan kedua, hidup untuk kedua kalinya namun d...