Lizi dan kedua temannya baru saja keluar dari ruang ganti. Hari ini kelasnya ada pelajaran olahraga. Ketiganya berjalan kearah lapangan olahraga. Sampai di sana mereka dapat melihat anak kelas XI IPA 1 yang juga ada di lapangan. Memang jam olahraga mereka sama tapi tentu saja guru mereka berbeda.
Lizi, Vira, Aletha dan beberapa teman sekelasnya yang baru saja tiba di lapangan bergegas menuju barisan kelas mereka.
Pak Romi yang melihat anak muridnya sudah berbaris rapi semua pun mulai berucap "Baiklah anak-anak hari ini kalian main bebas saja begitu juga untuk kelas XI IPA 1 karena bapak dan Pak Rama ada urusan dan minggu depan kita akan praktek bola Voli jadi jika kalian ingin berlatih, berlatihlah terlebih dahulu. Mengerti?"
"MENGERTI PAK" jawab mereka serempak.
"Kalau gitu bapak pergi dulu. Jangan buat masalah" setelah mengucapkan itu Pak Romi pun pergi meninggalkan mereka.
Para anak laki-laki mulai beranjak menuju lapangan basket sedangkan anak perempuan ada yang pergi menonton pertandingan basket, ada yang pergi bergosip dan ada juga yang masih di lapangan seperti Lizi dkk.
"Kita mau ngapain dah" tanya Aletha.
"Voli"
"Hah?" jawaban Lizi membuat Aletha bingung.
"Main voli, mingdep praktek" Aletha beroriah menanggapinya.
Mereka pun beranjak menuju lapangan voli dan memposisikan dirinya. Beberapa teman sekelas dan dari kelas sebelah juga ikut bermain termasuk Amora yang berada di tim lawan.
Vira melakukan servis sebagai awalan, bola melambung ke area lawan. Anggota dari lawan melakukan passing bawah yang diterima oleh anggota tim Lizi. Permainan terus berlanjut hingga dimana Lizi melakukan smash yang dimana bolanya mengarah ke arah Amora. Bukannya melakukan passing Amora malah diam saja hingga bola itu menghantam wajahnya. Kerasnya pukulan bola membuatnya terjatuh dan hidungnya berdarah. Melihat itu mereka pun mulai mengerumuni Amora.
"Ra lo gak papa" tanya salah satu teman Amora.
"Gak papa kok" jawab Amora menutup hidungnya yang berdarah. Teman Amora itu dengan perlahan menyingkirkan tangan Amora yang menutupi hidungnya karena penasaran. Dan betapa terkejutnya ia melihat darah yang keluar dari hidung temannya.
Teman Amora yang bernama Lesti itu bangkit berdiri kemudian mendorong kasar Lizi yang untungnya tenaganya tidak seberapa membuat Lizi tidak bergerak dari tempatnya.
"Ini semua gara-gara lo. Lo sengaja kan ngelemparin bola itu ke Amora. Iya kan?" emosinya menunjuk wajah Lizi.
Lizi memandang datar Lesti yang menuduhnya "Itu bukan salah gue, salah dia yang diam aja"
Lesti mengepalkan telapak tangannya "Alah gak usah bohong deh lo jelas-jelas lo emang sengaja ngelemparin bola itu ke dia kan"
"Itu salah dia yang bodoh" ucapan Lizi membuat Lesti tersulut emosi. Ia kembali mendorong Lizi kali ini lebih bertenaga membuat Lizi mundur beberapa langkah dan tanpa sengaja tubuhnya menabrak seseorang.
Lizi menoleh menatap orang itu begitu juga mereka yang ada disini. Kenzie melepaskan pegangannya pada kedua bahu Lizi yang menahan tubuh Lizi tadi. Ia maju berdiri didepan Lizi. Dapat ia lihat Amora yang jatuh terduduk didepannya.
"Ada apa ini"
"Ken lihat dia udah bikin Amora luka" ujarnya dengan suara yang berubah jadi lembut. Kenzie menatap Amora dan benar saja ia melihat hidung gadis itu yang berdarah.
Kenzie menoleh kebelakang menatap Lizi seolah bertanya padanya "Bukan gue" jawab Lizi.
Lesti berdecih "Dasar pembohong"
KAMU SEDANG MEMBACA
𝔐𝔜 𝔓𝔯𝔦𝔫𝔠𝔢𝔰𝔰
Teen Fiction"𝙺𝚒𝚜𝚊𝚑 𝚒𝚗𝚒 𝚝𝚎𝚗𝚝𝚊𝚗𝚐 𝚖𝚎𝚛𝚎𝚔𝚊 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚋𝚎𝚛𝚞𝚜𝚊𝚑𝚊 𝚋𝚎𝚛𝚍𝚊𝚖𝚊𝚒 𝚍𝚎𝚗𝚐𝚊𝚗 𝚖𝚊𝚜𝚊 𝚕𝚊𝚕𝚞" Berawal dari kecelakaan yang merenggut nyawanya.Tapi siapa sangka ia diberi kesempatan kedua, hidup untuk kedua kalinya namun d...