Prolog 2 -Rio

17.5K 691 5
                                    

26 tahun Rio sedang berkutat dengan tanamannya. Didepannya menghampar lahan yang luas. Ada bayam, wortel, jagung manis, brokoli dan sebagainya. Kasak-kusuk di kanan kiri oleh ibu-ibu pegawai mamanya yang sedang memetik sayur tak dihiraukannya.

Ibu-ibu dan pengusir lelahnya, nge-gosip. Huft, Rio menghembuskan nafas pelan. 5 menit lagi selesei.

"Rio,". Panggil Sang Mama

"Iya Ma, ada apa Ma?,". Toleh Rio ke sumber suara.

Mama Rio mengahmpiri Rio. Sembari meletakkan bayam seikat yang telah dipetiknya barusan ke keranjang pengumpul

"Antarin Mama ke Pengajian nanti donk Yo,, Kan Kamu yang mengundang Mama.." Rajuk Sang Mama. Berharap anaknya mau. Karena Sang Mama punya Misi

Tatapan Rio menyelidik. Dia berusaha memahami makna kata-kata Mamanya. Dia tahu, Sang Mama punya Misi. Tapi, dia juga tak menafikkan dirinya menginginkan Mamanya mengikuti pengajian itu. Agar Sang Mama mampu memahami islam.

"Ayo tho le". Rajuk Sang Mama. Mamanya sangat tahu, jika Rio tak pernah bisa untuk menolaknya kemauan ibunya jika menyangkut belajar islam. Well, sekalian menuntut ilmu, sekalian berusaha mencapai misi donk. Batin Mama.

"Iya Ma,". Jawab Rio, sembari dia melepaskan sarung tangan yang dia gunakan, barusan dia melihat-lihat apakah ada banyak ulat di lahan wortelnya.

Mamanya, tersenyum sumringah. Berbagai rencana sudah bersarang di kepalanya yang berbalut kerudung cokelat

"Tapi Ma..Mama jangan memalukan Rio lagi dengan menawarkan Rio ke mbak-mbak lagi lho ya. Rio ini bukan barang dagangan Ma..."

"Abisnya sih, kamu udah bujang lapuk begini, Mama Papa udah tua, gak nikah-nikah. Meskipun ini alasan klise Yo,,, tapi yo beginilah namanya orang tua. Pengin anaknya dapet yang terbaik. Mama tahu kamu penginnya cewek sholihah yang belajar islam itu terus kan,,makanya Mama tawarin kamu ke mbak-mbak yang se-organisasi sama kamu itu". Bela Sang Mama, sembari mencuci kakinya di tempat cuci kaki khusus ibu-ibu.

"Ma,"

Sang Mama menoleh

"Sekarang bukan waktunya, jika tiba. Kan kutemui orangtuanya. Entah siapa dia". Ucap Rio sembari melangkah ke dalam rumah. Dengan tenang, dan pasti.

MenikahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang