Assalamualaikum, Dear.. ^_^
Saya Datang lagi membawa part baru. Hehe, sebenarnya sudah lama banyak inspirasi menumpuk. Ide-ide novel lain sudah bermunculan seperti jamur di musim hujan. cuma waktunya saja yang masih nyisih-nyisihin sedikit-sedikit. Pas kebetulan bulan ini juga banyak agenda. Jadi, maafkanlah saya karena keterlamabatan nge-post ya. InsyaAllah pelan-pelan, asal jalan. -tampang polos, watados (wajah tanpa dosa)-
Dont Gemplang Me.
So, selamat membaca Dear :)
Btw, saya persembahkan part ini untuk follower pertama saya. Thankyuu Dear. Semangat menjaga diri yaaaaaaa (untuk semua jugaa)
Rio POV
Ragu dan bimbang melandaku ketika akan aku sampaikan pada Mama bahwa kini aku sedang berkenalan dengan seorang perempuan. Mama adalah tipe ibu-ibu heboh. Sangat berkebalikan dengan kepribadianku yang pendiam. Tapi aku harus menyampaikan ke Mama segera. Mau tak mau Mama juga harus ikut andil dan tahu bagaimana pihak perempuan. Karena mereka akan tinggal bersama. Jangan sampai antara Mama dengan menantunya nanti malah terjadi cek cok seperti pada umumnya, cek cok menantu perempuan dengan mertua.
Sebuah deringan telpon mengagetkanku, "Assalamualaikum, "
"Waalaikumussalm, Dek Rio, ini pak Malik Dek,"
Hem, Pak Malik. Tumben telpon di malam begini,"Oh, iya Pak..". Setelah berbasa-basi sebentar saling menanyakan kabar kami masing-masing, Pak Malik mengajakku bertemu, kebetulan beliau ada disekitar rumahku. Tumben, beliau adalah orang sibuk. Tak mungkin, jika beliau tidak ada urgen yang penting, dengan status beliau sebagai konsultan, beliau tak akan mungkin datang ke rumahku.
"Monggo Pak, masuk. Ini gubug-nya orangtua Rio dan Rio,"
"ah, bisa saja Nak Rio. Ohya, saya kemari dengan putri saya. Tapi, dia di mobil.."
"Oh.."
Kebetulan di rumah ada Mama dan Papa, jadi ku kenalkan sekalian kepada mereka.
Hidangan teh melati dan kue kering, Mama sajikan untuk Pak Malik sembari aku dan beliau berbasa-basi.
"Ehm, Nak Rio sebenarnya Bapak kesini mau ngobrol agak serius dengan Nak Rio, "
Agak kaget aku mendengar Pak Malik memanggilku Nak. Apa yang akan kira-kira disampaikan oleh Pak Malik, mungkinkah beliau mau untuk belajar islam dan siap menjadi bagian dari komunitas pengusaha rindu islam yang Aku dan kawan-kawanku bentuk?.
Ku condongkan tubuhku ke Pak Malik, sebagai isyarat bagi beliau untuk melanjutkan obrolan Beliau,
"Begini Dik, Adik tahu dan kenal kan Putri Bapak, Anisa?"
Oh, sepertinya aku sudah tahu kemana arah perbincangan Pak Malik ini. Tentu saja aku mengenal putrinya. Putrinya adalah teman se-kuliahku dulu. Dia seorang perempuan sholihah dengan karir yang menanjak bagus di dunia konsultan pertanian yang dia geluti.
"Iya Pak. Saya mengenal Anisa,. Sekarang Nisa sudah menjadi Konsultan Pertanian ya Pak, barakallah..."
"Iya Dik, Alhamdulillah. Dan karena dia sekarang sudah memiliki karir yang mapan dan penghasilan yang lumayan bagus, saya selaku orang tua Nisa menginginkan dia untuk memiliki kehidupan sendiri yang lebih bagus dari kehidupan saya pastinya.."
Pada titik ini, macam-macam prasangka sudah bermunculan. Tapi, tetap kucoba kutepis dan aku tak ingin berburuk sangka,
"....Nah, tentunya Dek Rio sudah tahu arah pembicaraan saya ini. Kalau boleh saya tahu, bolehkan saya bertanya apakah Dek Rio berkenan untuk beralih peran dengan saya mengambil tanggung jawab untuk Anisa,?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Menikah
SpiritualSebuah cerita. Bermula dari makhluq yang bernama manusia. Laki- laki dan perempuan. Yang memiliki naluri untuk mencintai. Yang membutuhkan lawan Jenisnya. Yang ingin mencintai dan dicintai. Namun, terhambat oleh kondisi lingkungan yang membuat merek...