The Perfect Puzzle 2

12.3K 529 38
                                    

Writer POV

"Ghazi Alfario, saya nikahkan dan kawinkan kamu dengan Adik saya Haura Salsabila bin Ahmad Abdullah dengan Mas Kawin Cincin emas murni seberat 9 gram dibayar tunai"

"Saya terima nikahnya dan kawinnya Haura Salsabila bin Ahmad Abdullah dengan Mas Kawin Cincin emas murni seberat 9 gram dibayar tunai"

"Sah?" Tanya pak penghulu.

SAH

SAH

SAH

Alhamdulillahi Rabbil 'alamiin.

Terucap syukur dari Rio.

Terucap syukur dari Rara.

Terucap syukur dari hadirin, atas pernikahan kilat dua orang manusia ini.

Ucapan syukur tiada terkira kini terucap dari sepasang manusia yang kini telah resmi beraqad untuk menyatukan kehidupan mereka atas nama Allah. Tangan Rara dari tadi menggenggam tangan Ibu dan mertuanya.

"Selamat Ndhuk, kamu sudah jadi istri." Seru Ibu Rara sambil memeluk Rara.

"Iya..selamat ya. Akhirnya Dek Rara bisa menggil saya Mama." Seru Bu Raya memeluk Rara selepas dia dari pelukan ibunya.

Rara malah sesenggukan. "Aduh, duh..kenapa ini kok malah nangis?. Nangis bahagia yo Ndhuk?" canda Ibu Rara.

Sambil sesenggukan, Rara mengangguk saja. Dia memang sedang berbahagia. Tapi ada satu kebahagiaan yang berkurang, Bapaknya bukan yang menikahkan dirinya. Entah mengapa air matanya turun. Kerinduannya pada Bapaknya makin menjadi. Tapi Rara tak menjadikan itu sebagai drama hatinya. Segera dia beristighfar.

Alhamdulillah...

Tapi tak dipungkiri, yang namanya rasa gugup bercampur bahagia itu kini brecampur menjadi satu. Aduh, bagaimana ya menggambarkannya. Rara sendiri juga bingung.

"Sebentar lagi suamimu akan kesini Ra."

Aduh-duh, bagaimana ini...batin Rara

"Cieeeeh.... Disalamin dulu suaminya Ra." Rohim datang dengan sumringah, dengan Rio.

Rio masuk ke kamar Rara. Karena memang Islam memerintahkan untuk memisahkan tamu laki-laki dan perempuan, termasuk dalam acara pernikahan. Harus ada hijab sempurna yang akan mampu untuk membatasi laki-laki dan perempuan. Sehingga kedua belah pihak tak akan mampu untuk melihat. Nah, untuk pengantin, seperti yang Rio dan Rara alami sekarang, maka Rio-lah yang akan menemui Rara di ruang khusus mereka. Disitu juga tidak ada kecuali mahram kedua belah pihak.Sekarang di kamar hanya ada Bu Raya, Ibu Rara dan Rohim.

Rio kini sudah ada berada di kamar Rara. Matanya memandang perempuan yang baru saja menjadi istrinya sekilas.

Rohim berdehem. Dia menyadari suasana kikuk kedua belah pihak.

"Disalami dulu Ndhok suaminya.." Ibu Rara mendorong Rara untuk maju kedepan.

Rara maju agak ragu. Sebenarnya bukannya ragu. Tapi, ketidakbiasaan dia dengan lawan jenis membuat dia masih sungkan, dan dia sedang nervous berat. Jantungnya dari tadi olahraga melompat sana-sini. Apalagi ini sentuhan pertamanya.

Tapi bukankah indahnya islam mengatur hubungan laki-laki dan perempuan dalam ikatan pernikahan adalah saat-saat seperti ini. Dua orang yang tidak saling mengenal, yang sebelumnya terbatasi ruang gerak mereka, disatukan karena aqad untuk hidup bersama. Mereka bersatu atas dasar ketaqwaan. Keindahannya akan sangat terasa saat pertama kali pengantin laki-laki dan pengantin perempuan bertemu pasca aqad. Rasanya nano-nano. Senang, bahagia, nervous, deg-degan takut, tidak PD, dsb. Semua itu berpadu menjadi kenanagan pernikahan yang tak akan pernah mampu tergantikan.

MenikahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang