Dua Keluarga, Surga Bersamanya

7.9K 312 15
                                    

Notes: Terima Kasih bagi teman-teman yang sudah memberikan saya 'petunjuk" nikah syar'i itu bagaimana. jawaban teman-teman saya akumulasi di Chapter ini ya. Dan chapter Walimatur 'Ursy-nya Rara dan Rio.

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Writer POV

"Mas, besok sudah balik ya?." Tanya Rara pelan ke Rio.

"Iya. Lusa bukannya Bila konsul?." Tanya Rio yang masih mengutak-atik laptopnya.

Rara sebenarnya belum mau balik. Masih kangen dengan suasana kampungnya. Ah, tapi,bukannya ketaatannya dia sekarang ada pada suami?, selama tak menentang Allah, mengapa harus berat.

Rara segera bersitighfar. Sungguh, syetan bisa hadir dalam setiap kesempatan.

Rara merapikan rambutnya, kemudian mengambilkan air minum untuk suaminya.

"Minum dulu Mas."

"Nanti aja Bil."

"Mas Ri.....kan Mas Rio belum minum daritadi. Kasihan tubuhnya Mas Rio." rajuk Rara. Padahal niatnya marahin saja. Malah jadinya merajuk. Entah mengapa, Rara sendiri juga bingung,di depan suaminya dia jadi mudah merajuk.

"Sudah tadi Bila." Rio masih menghadap laptopnya.

"Mas..."

"Hem."

Rara POV

Mas Rio Mas Bunglon sholihku.

Mas Rio itu kadang-kadang seperti anak kecil. Yang makan saja perlu diingatkan. Mungkin pola pengasuhan Mas Rio yang menjadi anak tunggal menjadikannya 'agak manja'.

"Minum Mas. Ini air putih kok Mas."

"Gak teh?." Tanya Mas Rio yang memandangku. "Cantik." Gumam Mas Rio pelan dengan senyuman manisnya.

Uh, jantungku belum siap dengan pujian Mas Rio. Kini, si jantung sedang melompat-lompat. Tapi senang juga mendapatkan pujian dari suami. Kecantikan setiap perempuan adalah anugerah. Dan kecantikan itu akan membawa berkah kalau ia perlihatkan kepada orang yang tepat. Tentunya suami kita.

"Nggak." Ku gelengkan kepalaku. "Kalau sekali-kali gapapa Mas. Tapi, Mas Ri itu keseringan minum teh. Kasihan nanti, tubuh harus bekerja lebih untuk mencerna cairan tehnya. Apalagi, teh juga ada kafeinnya.."

"Kan kafeinnya gak sama kayak kopi." Kilah Mas Rio.

"Iya, memang tak sama. Tapi, yang sedikit kalau di seringin ya jadi banyak."

"Sini sini, Sayang.."

Tuh kan. Mas Rio itu palling tahu cara buat istrinya mati kutu. Entah kenapa, ketika mendengar kata 'sayang' dari Mas Rio aku tak bisa mengendalikan aliran darah di kedua pipiku. Blushing.

Mas Rio ketawa. Mengambil air minum ditanganku. Dan merangkulku.

"Ih.."

Siapa yang tak kaget dengan tingkah lakunya ini.

Dengan santainya Mas Rio meminum air putih yang kubawakan, sambil duduk tentunya. Tak luput dari mataku Mas Rio berkomat-kamit membaca doa. Doa sebelum dan sesudah melakukan perbuatan, suatu Sunnah berpahala besar yang kadang kita lupakan.

"Aww. kok dicubit sih Bil?." Ku tunggu Mas Rio menghabiskan air minum yang kubawakan sebelum mencubitnya.

"Mas Ri ini, Sukanya ngagetin," kuletakkan gelas di meja dalam kamar.

"Yang ngelola pertanian organik siapa, yang pola hidupnya kurang sehat siapa coba." Omelku ke Mas Rio. "Makannya lebih teratur dan sehat ya Mas.."

"Hem."

MenikahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang