Kepingan Puzzle 4

10.5K 485 23
                                    

Well, terima kasih bagi yang sabar menunggu. Mencari inspirasi menulis itu...ternyata.. nano-nano rasanya. Tak begitu mudah. Tapi jika sudah ketemu juga tak begitu susah. 

Jadi, temen-temenku, ayo kita bersama-sama saling belajar menghargai ya.


Kalo banyak typo, maaf ye. Maklum, ketik-ketik-ketik-upload

Have a nice Day, Dear :) |

always keep yourself!!


Rara POv

Perasaan kemarin baru saja hari Ahad aku menjadi panitia majlis ta'lim Ibu-Ibu se karesidenan, kok sekarang sudah hari kamis saja ya?. Duh, besok sudah jumat. Cepat sekali hari berjalan. Besok D-Day-ku bertemu dengan pihak laki-laki. Nervous, nervous, dan nervous. Perasaan aku sering berinteraksi dengan laki-laki, yah meskipun seringnya ke petugas paket-an ketika aku mengirimkan pesanan gamisku. Tapi, ini rasanya berbeda. Deg-deg-an, malu tak ingin bertemu tapi ingin, ah, bagaimana aku harus menggambarkan rasa ini.

Setelah kemarin aku berkonsultasi dengan Mbak Ani, Beliau memberikanku berbagai arahan tentang bagaimana menyikapi "nadlor (melihat calon)" sedikit memberikanku ketenangan dan gambaran apa yang harus aku tanyakan. Karena Mbak Ani sudah menikah pastinya Beliau juga lebih tahu daripada aku yang polos masalah begituan.

Aku juga berkonsultasi dengan Mbak Amina. Beliau sudah beberapa kali menjadi MC untuk beberapa pasangan, dan Beliau orang yang bertanggung jawab dalam memilihkan calon. Kredibilitas beliau terjaga dan terpercaya. Tentunya kredibilitas memilihkan calon suami yang benar-benar mampu untuk memimpin. Bukan hanya mampu menafkahi saja.

Aku sudah memberitahu Ibu dan Mas Rohim tentang apa yang akan aku lakukan besok. Ibu sepenuhnya menyerahkan sepenuhnya kepadaku. Beliau tak menuntut calon suamiku seperti apa. Beliau hanya mengingatkanku untuk menjadi istri sholihah dan calon suami yang sholih. Ah, Ibu, betapa mulia hatimu. Disaat para orang tua lain, menyeleksi calon suami anaknya dengan perkara dunia, Beliau murni melihat kesholihan. Karena harta bisa dicari, tapi kesholihan dalah proses sejak dini. Tak bisa langsung adanya.

Sejak aku menjadi panitia perlengkapan untuk majlis ibu-ibu itu aku jadi sering berinteraksi dengan Bu Raya. Yang akhirnya menjadikanku juga lumayan tahu bagaimana gambaran keluarga Beliau. Tak ada yang meragukanku dengan background keluarganya. Dan untungnya, ketika kemarin aku mengembalikan bunga-bunga yang digunakan untuk dekor taka da anak Bu Raya. Jika saja dia ada, apa yang terjadi denganku. Pasti salting lagi. Duh,,,,

Tak sengaja aku membuka gallery WA-ku. Disitu ada foto bapakku waktu masih muda. Foto yang masih disimpan dengan bagus oleh ibuku. Ku hembuskan nafasku. Aku sangat sensitive dengan hal-hal yang berbau orang tua sekarang. Terutama menyangkut Bapak. Apa kabar Beliau disana?. Mungkin aku terbiasa sibuk disini, jadi tak terasa. Rindu itu akan semakin menguat dalam diriku jika aku sudah pulang ke rumah dan jika aku sendiri. Ada sesak yang begitu menyesakkan dada kini. Setetes air mata lolos dari mataku. Bergantian dengan bulir-bulir air mata yang lainnya. rasa rindu ini kadang datang tak diundang. Rasa rindu ini menjadikan benakku dipenuhi memori tentang Beliau. Bapak... semoga dengan kesholihah-an kami mampu mengangkat Engkau ke Surga..

Segera ku ambil air wudlu dan menenangkan diri. Segera ku tunaikan sholat malam. Dan akan segera ku adukan semua ini pada pemilik kehidupan ini. Juga aku akan menunaikan shalat istikhorohku untuk memudahkan prosesku besok dan seterusnya. Semoga kami menjalaninya dengan tetap menjaga kesucian proses ini.

Allah, tenangkan Aku. Semoga Engkau memudahkan urusan Kami.

******

Rio POV

MenikahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang